Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Kesalahpahaman tentang Susu

5 September 2015   06:38 Diperbarui: 5 September 2015   09:03 1677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Susu (Shutterstock)

Saya berkali-kali melihat tayangan iklan kok isinya tentang produk susu yang biasanya ditujukan pada anak-anak usia dini dan atau usia lanjut. Susu yang ditujukan pada anak usia dini notabene ditujukan pada kegunaan susu sebagai "pupuk" bagi pertumbuhan anak-anak usia dini agar mereka benar-benar tumbuh secara wajar dan sehat. Plus ditambah lagi dengan informasi tambahan bahwa anak dengan meminum susu tertentu menjadi lebih pintar, lebih kuat dan lebih sehat. 

Beda lagi jika iklan susu itu diarahkan pada kalangan "sepuh" atau masyarakat dalam kategori usia lanjut tentu isinya tentang pencegahan dan pengobatan osteoporosis (kata dokter kerapuhan tulang). Dan anehnya dalam iklan itu tidak dijelaskan seberapa pentingkah susu dibandingkan produk lain selain susu. Bagaimana mereka mengkonsumsinya apakah perlu tambahan makanan lain yang bisa menjadi makanan pokok selainnya. Belum lagi janji-janji manis kalau minum susu A maka "otomatis" anak menjadi pintar, sehat dan tahan penyakit. Kalau susu untuk kalangan uzur maka tulangnya menjadi kuat atau sembuh dan tak rapuh lagi. Benarkah iklan itu?

Kapasitas saya hanyalah pemerhati iklan (gayane) karena iklan merupakan produk manusia agar barang tertentu bisa diterima masyarakat dan laris manis. Tak hanya laris manis karena harapannya dengan iklan itu masyarakat tergiur dan menjadikan produk tersebut sebagai salah satu bagian dari rencana anggaran belanja keluarga yang harus dipersiapkan ketika awal bulan dan setelah gajian. Tidak peduli apakah produk itu berbahaya, isinya tidak sesuai takaran atau justru tidak memberikan efek apa-apa jika salah dalam menggunakannya.

Seperti beberapa waktu lalu, di Tiongkok beredar produk susu yang ternyata justru mengakibatkan jatuhnya korban, anak-anak pada diare bahkan ada yang meninggal dunia lantaran susu yang dikemas dengan apik, diiklankan dan dijual, ternyata mengandung senyawa tambahan berbahaya. Produk yang sejatinya kandungan gizinya amat rendah, karena diramu dengan produk kimia maka kandungannya "seolah-olah" memiliki nilai gizi yang tinggi.

Kasus kesalahan dalam memproduksi susu baik disengaja maupun tidak hakekatnya sudah banyak terjadi di belahan bumi manapun meskipun tak semua dipublikasikan.

Di berita nasional, seorang ibu yang kecewa lantaran selama mengandung ia selalu mengkonsumsi produk susu untuk ibu hamil. Ia menyangka bahwa dengan susu itu sang anak akan dilahirkan sehat wal afiat seperti dalam iklan. Nyatanya sang anak justru terlahir "maaf" cacat. Sang ayah terkejut, kenapa anaknya bisa begitu padahal sudah susah-susah membelikan susu meski harus membanting tulang lantaran kondisi keluarga yang kurang sejahtera.

Adapula seorang keluarga berada, ada dokter, ada polisi, guru dan lain-lain yang mengeluh tentang keadaan anaknya yang ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan. Mereka mengatakan bahwa selama kehamilan ia selalu mengkonsumsi susu khusus ibu mengandung, tapi nyatanya setelah lahir justru mengecewakan mereka. Akhirnya para orang tua itupun berlanjut kecewa. Meskipun kelahiran anak adalah takdir tapi karena melihat iklan susu yang begitu menggiurkan menjadi daya tarik tersendiri dan menganggap bahwa susu adalah produk utama yang mesti dikonsumsi. Khususnya bagi anak-anak, ibu hamil dan kaum lanjut usia. Bagaimana dengan saya yang masih muda apakah saya juga tidak butuh disusuin? 

Terlepas beberapa fenomena yang terjadi dan terlepas pula dari takdir ternyata banyak kesalahan dilakukan oleh "pengiklan" ketika menyampaikan produk kepada masyarakat luas. Jika ditelusuri dari berbagai fakta di lapangan dapat ditarik beberapa hal:

Pertama Susu adalah minuman tambahan bukan pokok

Saya masih ingat sewaktu sekolah dulu bahkan sampai sekarang yang namanya 4 sehat 5 sempurna masih diajarkan di sekolah-sekolah. Lantaran pengenalan produk makanan bergizi memang menjadi kurikulum wajib yang mesti disampaikan kepada anak didik agar mereka mengenal jenis-jenis makanan tersebut sebagai kebutuhan pokok pertumbuhan mereka. Tak hanya mengenal karena semestinya 4 sehat 5 sempurna itu juga dikonsumsi dan bukan sebagai bahan pelajaran saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun