Â
Musim Kemarau Tiba, Saatnya Petani Sulit Mendapatkan Pasokan Air
Bantuan pemerintah berupa sumur bor pun ternyata belum bisa mengentaskan persoalan kekeringan di sawah petani. Seperti di Lampung, ketersediaan sumur bor sejatinya sudah merata karena memang hampir di setiap desa bahkan RW sudah disiapkan sumur bor untuk mengatasi kekeringan.
Tapi ternyata setelah diusut, keberadaan sumur bor tersebut juga tidak bisa mewakili kebutuhan petani. Mereka tetap saja berebut air irigasi lantaran debit air sumur bor sangat kecil. Hal ini juga dikeluhkan oleh warga RW 04 ketika bersilaturrahmi di rumah beliau.
Saya awalnya optimis lantaran dengan keberadaan sumur bor itu bisa menanggulangi persoalan air, tapi setelah ditanya jawabnya keberadaan sumur bor tidak membantu lantaran untuk mencukupi kebutuhan air seperempat hektar saja menunggu semalam suntuk tidak juga penuh, apalagi harus puluhan hektar, tentu sama saja disebut pekerjaan yang sia-sia.
Belum lagi sumur bor tersebut membutuhkan minyak untuk menghidupkan genset. Dalam semalam jika dihitung tentu membutuhkan puluhan liter yang tak mungkin dapat dipenuhi lantaran petani akan semakin merugi.
Maka, sampai sejauh ini, keberadaan sumur bor tersebut tetap saja "ngangkrak" tak digunakan lantaran tak sesuai modal dengan hasil yang akan didapatkan.
Karena sulitnya mendapatkan air, otomatis perolehan padi petani juga turut berkurang lantaran padi merupakan jenis tanaman yang tidak boleh mengalami keterlambatan pasokan air. Jika itu terjadi maka sudah dapat dipastikan padi akan mengalami gagal panen (puso) dan petani akan gigit jari.Semoga saja, pemerintah semakin tanggap terkait persoalan petani, karena dari merekalah kebutuhan dasar masyarakat Indonesia dari sektor bahan makanan pokok dapat dipenuhi. Tak harus bergantung pada sektor import jika para petani bisa menjadi andalan pemenuhan kebutuhan pangan khususnya beras di dalam negeri. Salam
Â
Â
Â