Korps Pengajar MudaMereka adalah sarjana-sarjana terbaik dari berbagai penjuru tanah air. Mereka terpanggil untuk menjadi Pengajar Muda: ikut membantu mencerdaskan kehidupan bangsa melalui langkah nyata di bidang pendidikan. Menjadi Pengajar Muda bukanlah pengorbanan. Ini adalah kesempatan sekaligus kehormatan besar untuk mengenal bangsa Indonesia secara langsung dan utuh. Selama setahun di daerah penempatan, mereka mengajar, berinteraksi dan membagi inspirasi. (Indonesiamengajar.org)
Program Indonesia mengajar ternyata sejauh ini masih belum sepenuhnya dipahami. Padahal pesan yang dititipkan Menteri Pendidikan adalah setiap lulusan perguruan tinggi yang fresh graduated agar menjalankan misi suci. Misi mengamalkan ilmu pengetahuannya kepada negara. Berjuang mendidik anak bangsa di daerah-daerah terpencil yang selama ini kurang tersentuh tangan-tangan profesional muda.
Program mulia yang digagas tahun 1990 ini pun sampai saat ini sudah mengalami kemajuan yang signifikan. Banyak lulusan perguruan tinggi yang bersedia ditempatkan di daerah-daerah terpencil demi mengangkat derajat pendidikan masyarakat daerah tersebut dan selanjutkan turut membantu kemajuan daerahnya seperti daerah-daerah lainnya. Tapi sayang, ternyata program Indonesia Mengajar ini belum sepenuhnya dipahami oleh mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi.
Kog tahu kalau program Indonesia mengajar ini belum dipahami sebagian mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi?
Tepatnya sepekan yang lalu, tatkala saya lagi berurusan dengan legalisir ijazah, saya mencoba bertanya basa-basi apa yang akan dilakukan pasca kelulusan ini. Ternyata responnya negatif. Mereka justru kurang begitu tertarik untuk membahas program setelah lulus kuliah. Ditambah lagi setelah saya menyinggung program Indonesia Mengajar, ternyata mereka pun kurang respek. Ternyata setelah saya selidik, kurang responnya dengan program Indonesia mengajar lantaran setiap orang yang berhasil lulus rekruitmen tak menjamin menjadi pegawai negeri.
Alasan klasik yang selalu menuntut jabatan meskipun pekerjaan belum dilalui. Selain karena kurang responnya terkait program Menteri Pendidikan tersebut, menurut keterangan sarjana ini karena orang tua tidak memberikan izin jika harus meninggalkan orang tua dan hidup di daerah terpencil. Selain mereka kurang tertarik program Indonesia mengajar, ternyata orang tua justru tidak memberikan kesempatan bagi anaknya untuk menikmati masa-masa pencarian pekerjaan dengan ikut terlibat dalam program pemerintah tersebut.
Tentu saja, jika paradigma mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi ini masih cetek, dan menganggap bahwa mengabdi pada pemerintah adalah pekerjaan yang sia-sia, hakekatnya fakta ini sangat memprihatinkan. Bolehlah jika persoalannya karena mereka adalah kaum wanita yang mungkin saja ada kekhawatiran tatkala di perantauan. Meskipun hal ini tak beralasan, lantaran siapa saja yang mengikuti program ini sejatinya sudah dijamin oleh pemerintah. Apalagi pemerintah memandang para lulusan ini sudah mampu dan siap menjadi para pendidik di daerah pedalaman dan perbatasan.
Mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi, selain kurang memahami program pemerintah ini ternyata mereka masih memikirkan bagaimana statusnya kemudian ketika mereka benar-benar mengikuti program ini. Padahal semestinya mumpung masih muda dan belum tersita waktunya dengan urusan keluarga, mending ikut serta dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa itu. Tetnu semuanya diawali dengan niat beribadah, mengabdi dan mengamalkan ilmu. Selain mengamalkan ilmu tentu saja sebagai pengalaman yang sangat luar biasa karena bisa mengenal masyarakat yang berada di wilayah perbatasan atau wilayah yang jauh dari perkotaan.
Kebijakan Indonesia mengajar mempersiapkan tenaga pendidik yang tangguh
Sudah menjadi maklum, bahwa kesempatan menjadi guru memang saat ini sudah semakin sulit. Apalagi semenjak lahirnya Undang-undang Aparatur Negara menjadikan kesempatan buat guru honorer semakin tertutup. Lantaran ketersediaan guru honorer sudah terlalu banyak. Ditambah lagi para guru honorer yang sudah mengabdi lama akan diangkat oleh pemerintah melalui jalur guru kontrak atau pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja. Namun demikian, meskipun program pengangkatan guru honorer dilakukan dengan cara dikontrak pemerintah, tidak secara otomatis dapat menyelesaikan persoalan honorer yang sampai saat ini masih berjibun di lembaga pendidikan kita. Bagaimana ini? Apakah tidak ada jalan lain?
Sesuai dengan program Indonesia mengajar ini, tentu paling tidak akan merekrut tenaga-tenaga profesional muda yang siap menjalankan profesinya sebagai pengajar relawan di daerah terpencil. Lantaran selama ini keberadaan guru di daerah terpencil masih jauh dari kesan tercukupi. Selain itu, lantaran tidak semua pegawai negeri mau dimutasi ke wilayah-wilayah yang terpencil. Tentu persoalannya karena mereka lebih memilih daerah-daerah yang mudah dilalui oleh kendaraan umum maupun pribadi.
Selain itu ketersediaan sarana pemenuhan kebutuhan pribadi pun masih jauh dari pantas. Sehingga amat wajar jika amat sulit mencari pegawai baru yang mau menjadi pegawai tetap dan siap menetap di daerah yang terpencil tersebut. Nah, dengan pertimbangan sulitnya melakukan rekruitmen tenaga guru dari kalangan pegawai baru maupun lama, maka program Indonesia mengajar ini adalah peluang pemerintah dan lulusan perguruan tinggi yang masih fresh graduated agar bisa tertantang dan mau berjuang di daerah yang benar-benar membutuhkan. Harapannya semua lulusan yang memang potensial diharapkan bisa membangun daerah terpencil dengan semangat pengabdian dan keilmuan yang mantap demi memajukan daerah sasaran program.
Hanya calon pendidik yang tangguhlah yang siap menjadi guru di daerah pedalaman
Sulitnya medan juang dan keterbatasan infrastruktur cukup menjadi tantangan yang berat bagi yang memiliki komitmen terhadap kemajuan pendidikan di Indonesia. Tapi akan menjadi pengalaman berharga apabila calon-calon rekrutment benar-benar siap ditempatkan di daerah pedalaman. Paling tidak yang bersedia berjuang di daerah terpencil adalah sosok pendidik yang bermental baja.
Mereka masih muda, dan masih memiliki kesempatan untuk bergerak dan berkiprah dalam pemberantasan buta huruf. Berjuang dalam usaha membuat melek pendidikan bagi masyarakat daerah pedalaman. Program ini tentulah bukan program yang mudah, tapi juga bukan menjadi persoalan yang sangat sulit. Lantaran saat ini wilayah Indonesia sudah mulai bertumbuh dan berkembang seiring kemajuan jaman yang menuntut warganya semakin menggeliat demi kemajuan daerahnya.
[caption id="" align="aligncenter" width="621" caption="Gambar : Wilayah penempatan program Indonesia mengajar"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H