Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Tuna Grahita

16 Oktober 2013   10:10 Diperbarui: 24 Juni 2015   06:29 2968
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1381892935655906896

Selanjutnya, bagaimana cara guru menggunakan media telpon-telponan ini dalam proses pembelajaran?

Perlu dipahami bahwa Bahasa Indonesia di sekolah luar biasa memiliki karakteristik pembelajaran yang orientasinya sama dengan dengan apa yang diajarkan di sekolah umum pada umumnya yaitu pada kemampuan mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Namun demikian dengan media telpon-telponan lebih difokuskan pada kemampuan mendengarkan dan berbicara karena media ini memang berkaitan dengan kemampuan mendengarkan dan berbicara.

Pada tahap awal, terlebih dahulu guru melakukan pengenalan tentang media yang akan diadakan, termasuk di dalamnya cara menggunakan dan indikator yang akan dicapai. Misalnya ketika guru mengajarkan anak tunagrahita, terlebih dahulu diajarkan cara menggunakannya, bahkan semestinya guru harus menunjukkan cara menggunakan alat tersebut dengan tujuan agar memahami penggunaannya.

Selanjutnya guru memberitahukan indiktor yang ingin dicapai misalnya, kemampuan menggunakakn telepon baik melakukan percakapan atau komunikasi dua arah. Guru menunjuk satu anak sebagai lawan berbicara melalui media telpon-telponan tersebut, selanjutnya ketika semua anak memahami cara menggunakan media, anak-anak dibentuk beberapa kelompok dengan cara menyebut angka satu sampai sepuluh (cara ini disesuaikan kondisi siswa dan keinginan guru dalam mengelompokkan siswanya) kemudian masing-masing anak berkumpul sesuai dengan angka yang sama menjadi pasangannya ketika mempraktekkan media ini.

Setelah masing-masing anak mendapatkan pasangannya, secara bergantian pasangan tersebut mempraktekkan percakapan berdasarkan instruksi guru dan guru mencatat hasil percakapan dengan media, dari awal hingga akhir percakapan, cara ini dapat dilakukan berulang-ulang setelah dilakukan refleksi peningkatan kemampuan berbicara baik pengucapan maupun intonasi kalimat. Namun jika anak belum terbiasa menggunakan kalimat panjang ada baiknya diawali dari pengenalan kata-kata.

Cara ini dapat dilakukan terus menerus seiring dengan materi yang sesuai dengan penggunaan alat permainan ini. Namun demikian, ketepatan berbicara dan mendengar memang tergantung pula kemampuan indera anak tersebut, jika inderanya fungsinya baik maka kemampuan intelegensi dalam mengolah kata-kata akan lebih mudah dan teratur begitu sebaliknya jika anak-anak tersebut mengalami gangguan pendengaran maupun pengucapan maka akan berpengaruh pula pada kemampuan mendengar dan berbicaranya.

Wassalam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun