Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Konspirasi Politik -PLUTOKRASI-Indonesia Ala Film "The Game"

27 Desember 2013   10:08 Diperbarui: 24 Mei 2022   11:04 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13881136051656289088

Meskipun tidak semua rakyat sadar bahwa politik itu "kejam" dengan balutan istilah demokrasi yakni politik diasumsikan sebagai kehendak rakyat dan kembali berpulang kepada kesejahteraan rakyat ternyata justru membunuh daya cerna dan nalar rakyat kecil bahwa hakekatnya politik itu semata-mata untuk memperoleh kekuasaan dan uang serta melegalkan aksi memperkaya diri bagi pemilik kekuasaan negara karena secara otomatis siapapun yang memiliki kebijakan maka sudah dapat dipastikan mereka memiliki hak untuk mengendalikan kebijakan negara. 

Nah, naasnya saat ini pemerintah Indonesia justru sedikit banyak sudah banyak dikendalikan oleh para sistem plutokrasi, orang-orang beruang tebal dapat mengatur negara dengan kebijakan pasar yang telah memberangus kemampuan pemimpin negeri ini dalam memberangus hegemoni kekuasaan ala orang-orang kaya. 

Jika kita sedikit membaca kisah film The Game yang tadi malah ditayangkan di salah satu tv swasta, ternyata hampir mirip dan pantas disandingkan sistem politik Indonesia dan gerak para politisi dalam memperjuangkan sebuah kekuasaan mereka. 

Di mana meskipun para politisi ini dianggap dan menganggap diri mereka telah memperjuangkan rakyat kecil, sebenarnya apa yang mereka sampaikan jauh panggang dari api. 

Ketika mereka menganggap bahwa apa yang dilakukan untuk membela rakyat kecil sejatinya mereka telah disetir oleh seseorang yang memiliki kekayaan dan mereka memiliki hampir seluruh aset produktif di negeri ini. Film yang disutradari oleh David Fincher , yang dibintangi Michael Douglas dan Sean Penn , dan diproduksi oleh Propaganda Film dan Difilmkan oleh Polygram Entertainment. 

Film ini bercerita tentang seorang bankir investasi kaya yang memburu hadiah misterius yang harus terlibat dalam sebuah permainan aneh. Sebagai bentuk konspirasi yang dibuat oleh seorang penguasa dolar. 

Tetapi apakah politik Indonesia memang merupakan politik konspirasi seperti apa yang diperankan oleh Michael Douglas sebagai Nicholas Van Orton dan Sean Penn sebagai Conrad Van Orton ini merujuk kondisi yang "memaksa" sosok Nicholas untuk mengikuti aturan dari pemilik "Permainan"? Jawabnya semestinya melihat beberapa sisi yang bersinggungan. 

Pertama, sejak Indonesia merdeka, kemudian berada dalam hegemoni kekuasaan ordebaru dan kini masuk dan berada dalam orde reformasi yang "katanya" dalam masa demokrasi ternyata juga belum menunjukkan apa yang seringkali mereka suarakan. "katanya" mereka berjuang untuk rakyat dan demokrasi kita adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat api "faktanya" selama 68 tahun Indonesia merdeka rakyat Indonesia masih saja belum merdeka. 

Sebut saja kemerdekaan ketika dapat menikmati kehidupan yang layak, dan kemerdekaan ketika mereka mengharapkan kehidupan yang aman dan nyaman. "faktanya" ada banyak kasus pembunuhan dan kekerasaan yang dilakukan sekawanan penjahat terhadap rakyat kecil di semua daerah. 

Pemerintah belum bisa menunjukkan kemampuannya dalam menciptakan rasa aman bagi rakyatnya. Tapi justru mereka berusaha mengamankan diri sendiri, keluarga mereka, kolega, kelompok yang tentu saja dianggap paling berhak mendapatkan rasa aman dan kenyamanan di tengah himpitan ekonomi rakyat yang semakin lama semakin parah serta di tengah kekerasan di jalanan yang seringkali rakyat temui. 

Kedua, meski saat ini era reformasi, yang "katanya" reformasi di segala bidang ternyata sangat sedikit sekali yang menyentuh persoalan ekonomi rakyat kecil. Hukum ditegakkan tapi rasa keadilan tetaplah ditinggalkan. Ekonomi "katanya" baik tapi faktanya rupiah pun tak bernilai, padahal dahulu uang seratus rupiah dapat membeli sebungkus kerupuk, tapi sekarang setara dengan nilai seribu rupiah. Bahkan uang seribu rupiah seperti tak berharga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun