Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembina Pramuka, Guru Moral Penuh Dengan Amal

15 Agustus 2014   08:03 Diperbarui: 18 Juni 2015   03:30 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Para Peserta KMD (Pembina Pramuka) Beserta Pelatih foto bersama pasca penutupan Kursus Mahir Dasar Tk. Nasional di Kwarda Lampung/ doc. m. ali amiruddin

Ada yang sedikit terlupakan di hari ini, bukan karena tanggal 14 Agustus hari Pramuka yang setiap tahun kita peringati, dan  menjelang peringatan hari Proklamasi 17 Agustus esok lusa. Tapi yang terlupa oleh kita adalah sosok-sosok Pembina Pramuka yang selalu mengajarkan nilai-nilai Pancasila, moral atau karakter terpuji dan juga mendidik anak-anak negeri dengan pengetahuan akan cinta negerinya dan tentu saja cinta kepada sesama.

Para pembina yang tanpa pamrih mengorbankan waktunya demi sebuah cita-cita menempa generasi muda dengan patriotisme yang utuh, bukan karena kepentingan kelompok tertentu tapi murni demi cita-cita luhur menitipkan nilai-nilai kehormatan, kesetiaan dan pengabdian bagi anggotanya.

Kala itu, Pramuka memang merupakan simbol kebanggaan, bahkan tak hanya pembinanya yang turut bangga melihat gelak tawa, riangnnya, soliditas, solidaritas dan kreativitas para anak didiknya. Tentu lebih dari itu, karena dengan yakin dan bangganya mereka telah menitipkan sebuah generasi yang ingin mewarisi para pemimpin negeri ini dengan semangat nasionalisme yang tak perlu diragukan lagi.

Saya teringat di usia Sekolah Dasar, tentu saja ketika mengikuti Pramuka Siaga tatkala masih baru-barunya mengenal Pramuka, sepertinya mengikuti Pramuka begitu menyenangkan, penuh tantangan dan tentu saja menemukan banyak teman dari berbagai penjuru daerah. Tentu saja ada sosok yang membuat bangga dan begitu kagumnya saya adalah para pembina yang selalu siap mendampingi dan melatih kemandirian kami selaku siaga mula.

Mereka mengabdikan waktunya melatih dan membina Pramuka meski tak dibayar. Seandainya pihak sekolah memberikan insentif bagi pembinanya, maka nilaianya tak lebih dari kebutuhan membeli 10 kg beras. Tapi mereka tetap ikhlas mengabdikan ilmu dan pengalamannya.

Bahkan mereka rela berlapar-lapar ria demi melatih kami dan tentu saja mereka rela meninggalkan keluarga mereka beberapa hari demi menjadi pembina pendamping bahkan panitia dalam kegiatan perkemahan dan jambore. Para pembina tak pernah dibayar dan tak mendapatkan bingkisan, hanya selembar piagam penghargaan atas kesuksesannya mendampingi dan menyukseskan hajat besar tersebut.

Meskipun kadangkala tatkala mendampingi peserta, para pembina pun harus merasakan kerasnya petualangan, hujan dan panas dilalui demi sebuah tantangan dan bekal kemandirian anak-anak Indonesia. Walaupun akhir-akhir ini setelah para Pembina sudah mulai senja, para generasi muda mulai kehilangan kecintaannya para Pramuka. Tak sedikit para siswa yang mengeluh karena sekolah mewajibkan para siswanya mengikuti Pramuka. Bahkan jika dilihat ketika melihat persentase jumlah anggota Pramuka, maka jumlah mereka tak lebih dari separuh dari jumlah siswa seluruhnya. Bahkan mungkin hanya sekitar 10% saja dari keseluruhan siswa. Hal ini sebuah gejala yang sangat mengkhawatirkan karena jika kita melihat tingkat pemahaman siswa terhadap nilai-nilai Pancasila dan NKRI pun seperti jauh dari yang sepatutnya.

Berkurangnya intensitas, kualitas dan kuantitas siswa mengikuti Pramuka tentu saja akibat dari semakin sedikitnya para pembina pramuka yang mau melatih dan membina karena kebutuhan hidup yang semakin membuat mereka menjerit. Tentu saja karena ketika mereka sudah berkeluarga kebutuhan hidup pun harus dipenuhi. Amat mungkin para pembina ini tetap mau mengabdikan pengalamannya, jika pihak sekolah dan pemerintah benar-benar memikirkan nasib para pembinanya.

Kala itu, menjadi pembina Pramuka juga sebuah keistimewaan, karena dimanapun berada mereka selalu dihormati dan dihargai bahkan ada banyak pemimpin negeri ini yang lahir dari Pramuka. Bahkan menurut keterangan beberapa tokoh, mereka mendapatkan pekerjaan di instansi pemerintah karena melampirkan bukti pernah mengabdikan diri menjadi pembina Pramuka.

[caption id="attachment_353024" align="aligncenter" width="449" caption="Peserta tengah melakukan permainan team work pada KMD Tk. Nasional di Kwarda Lampung / doc. m. ali amiruddin"][/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun