Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Buku PKN Kls 3, Ketika Suku Jawa di Lampung Menjadi Raib

15 April 2014   16:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:39 159
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_331756" align="aligncenter" width="416" caption="Buku PKN Kls 3, Penerbit Tiga Serangkai / doc.pribadi"][/caption]

Lagi-lagi pemerintah seperti kecolongan, tatkala buku yang terbit dan disahkan penggunaannya ternyata mengalami ke tidak-singkron-an antara isi buku dan kenyataan di lapangan. Seperti terkait keberadaan suku Jawa dan mungkin suku lain di wilayah Provinsi Lampung. Kasus ini mungkin sederet kesalahan yang terjadi terhadap buku-buku yang digunakan oleh guru dan anak-anak di Indonesia.

Sebenarnya bukan berbicara tentang suku, atau berusaha memancing persoalan kesukuan di Indonesia. Seperti halnya penyebutan suku-suku yang berbeda di Indonesia, suku Jawa memang mengalami penyebaran cukup pesat ke wilayah pelosok di Indonesia. Jadi amat tidak sulit menemukan suku yang berasal dari Pulau Jawa ini lantaran pemerintah era Soeharto sudah sukses memeratakan penduduk ke seluruh wilayah Indonesia baik dari Sabang sampai Merauke.

Karena kesuksesan program transmigrasi, baik transmigrasi bedol desa maupun transmigrasi mandiri, menjadikan banyak penduduk asli Jawa yang juga mendiami wilayah-wilayah di seluruh Indonesia. Meskipun program transmigrasi saat ini sudah sangat sulit dilakukan terkait kebijakan pemerintah daerah yang sedikit banyak memprioritaskan mengelola wilayah daerahnya dengan memanfaatkan masyarakat pribumi sebagai aset daerah masing-masing. Andaikan ada maka masyarakat calon transmigran mendapatkan wilayah-wilayah yang sulit dikelola. Misalnya baru-baru ini pemerintah mengadakan transmigrasi di wilayah Kalimantan di mana wilayah tersebut merupakan daerah gambut. Tanah yang tidak mudah dalam mengelolanya. Selain itu karena memang konflik di daerah tujuan para transmigran ini menjadikan mereka kapok mengikuti program transmigrasi yang sepatutnya diapresiasi ini.

Berbicara tentang kesukuan, saya tidak bermaksud memperpanjang lebar persoalan perbedaan suku karena kita sudah mafhum bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki banyak suku. Jadi persoalan suku jangan menjadi alat pemecah persatuan dan kesatuan bangsa.

Seperti pembahasan di atas, saya hendak menyorot sebuah kesalahan. Di mana ketika saya membaca buku PKN Kelas 3, yang ditulis oleh Ruliana Kuswartinah Penerbit PT Tiga Serangkai Putra Mandiri dimana pada pembahasan pada Bab 4 Tentang Ciri Khas Tanah Air Indonesia, sub B Contoh Kekhasan yang dimiliki Bangsa Indonesia.

[caption id="attachment_331757" align="aligncenter" width="488" caption="Suku-suku di Indonesia /sceenshoot.doc.pribadi"]

13975305851724867178
13975305851724867178
[/caption]

Dalam bahasan tersebut sepertinya penulis atau penerbit seakan-akan lupa bahwa di Sumatera khususnya Lampung saat ini suku-suku yang mendiami di daerah tersebut pun didiami oleh suku Jawa. Bahkan hakekatnya suku Jawa di daerah ini cukup banyak. Meskipun secara jelas tidak menunjukkan jumlahnya namun diperkirakan 60%. Hal ini disebabkan karena Sumatera menjadi tujuan pertama program transmigrasi pemerintah. Bahkan menurut situs travel Indonesia memang keberadaan suku Jawa cukup banyak di daerah ini. Sumber

Meskipun saya tidak ingin membahas berapa jumlah suku Jawa di Lampung dan daerah lainnya, tapi saya menduga Buku terbitan Tiga Serangkai tersebut tidak melakukan riset yang benar. Sehingga data yang dituangkan dalam buku tersebut terkesan aneh. Saya tidak mau berandai-andai, yang jelas buku yang sudah mendapatkan izin edar dan disahkan oleh Dipdiknas sepatutnya memiliki akurasi data yang baik. Tidak seperti buku-buku yang lain yang turut menjadi trending berita nasional karena berisi konten porno. Entah disengaja atau memang asal cetak saja.

Kesalahan tersebut menjadikan hati saya gundah, apakah memang itu benar-benar murni karena kesalahan data atau karena memang ada faktor lain yang saya tidak mengerti. Tentu saja karena perbedaan persepsi dan pemahaman saya, kadang ketika akan menyampaikan materi seringkali  bertentangan dengan fakta di lapangan.

Jika kesalahan karena kesalahan data, semestinya pemerintah selaku tim sensor buku nasional dapat memperbaiki sebelum buku tersebut terbit. Namun jika ternyata memang disengaja, saya tidak perlu banyak berkomentar. Karena ada faktor yang diluar pemahaman saya. Nah, kalau benar-benar disengaja berarti kesalahan tersebut sangat fatal.

Namun saya yakin bahwa penulis buku ini serta badan pengawasan perbukuan nasional memang menulis berdasarkan fakta yang "dianggap" benar. Karena fakta yang benar sampai saat ini Suku Jawa pun masih berkembang pesat. Tidak hanya di Lampung, karena di wilayah  lainpun demikian.

Saya berharap, status suku Jawa di rantau orang pun keberadaannya di akui karena mereka juga ikut membantu pembangunan nasional khususnya di Provinsi Lampung. Teruntuk Buku tersebut ditinjau ulang isinya, mengingat ada pengaburan esensi kependudukan di wilayah Indonesia.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun