Apakah meneteskan air mata itu hanya bagi wanita saja, atau bagi pria pun berhak untuk melakukannya?
Menangis atau meneteskan air mata sebagai wujud penyesalan atau rasa sedih yang mendalam, atau sentuhan empati yang dalam sehingga seseorang yang tak pernah mengalami masalahpun turut hanyut dalam lingkaran kesedihan. Mereka tanpa sengaja menangis atau terharu dan menumpahkan air mata. Meskipun setelah mereka menangis merekapun kembali bernyanyi-nyanyi atau tertawa-tawa karena terbawa eforia hiburan yang tengah mereka simak.
Sebut saja ketika ada adegan menyumbang ke salah satu masyarakat miskin, di mana masyarakat tersebut sampai menitikkan air mata karena bersedih dengan apa yang dialaminya. Dampaknya tak hanya si miskin yang menangis, di studio pun ikut pula memperlihatkan rona kesedihan. Entah sedih beneran atau tidak. Tapi yang membuat saya terheran-heran, semenit mereka lepas meneteskan air mata karena tayangan haru, mereka pun bernyanyi-nyanyi dan tertawa-tawa kegirangan. Sepertinya tangisan mereka hanya Settingan. Benar gak ya? ah entahlah yang pasti orang yang menangis tersebut merasa terharu dengan apa yang dilihatnya.
Tapi siapapun yang memiliki perasaan, tatkala melihat seseorang bersedih dan meneteskan air mata tentu saja akan terharu dan tanpa sadar terhanyut dalam situasi tersebut. Karena naluri manusia adalah sekeras-keras watak atau karakter seseorang, maka mereka akan dapat diluluhkan oleh air mata seseorang. Entah mungkin sebuah kodrat bagi manusia, tatkala mereka tak mampu membendung rasa kasihan dan empati atas penderitaan dan permohonan orang lain yang tengah menerima persoalan. Sehingga siapapun dia baik pria maupun wanita tidak menutup kemungkinan akan meneteskan air mata sebagai bentuk curahan rasa terdalam dalam diri mereka. tak hanya wanita yang acapkali disebut sebagai manusia cengeng, tapi priapun di saat-saat mereka membutuhkan curahan perasaan, maka tetesan air mata itu dapat mewakili perasan duka. Wajar dan tak ada yang aneh dalam hal ini.
Namun demikian, sedih yang sebenarnya dengan settingan hakekatnya tidak serupa, alias berbeda. Seseorang yang melakukannya karena berada pada situasi yang benar-benar merasakan kepedihan hidup, sosok yang di depannya tentu akan merasakan sebuah kejujuran di dalamnya. Tapi akan berbeda jika itu hanya tangisan tipu-tipu, tentu siapapun akan menduga bahwa tangisan tersebut sebagian dari sebutan dari air mata buaya. Mereka meneteskan air mata karena ingin menerkam mangsanya dan ingin memperoleh keuntungan dari kelalaian calon korbannya.
Mudah-mudahan kita tidak termasuk pada pemilik air mata buaya yang menetes di kedua mata para koruptor dan tersangka kejahatan karena ingin mendapatkan maaf dari sang hakim akibat kejahatan kita. Dan jangan pula seperti tangisan orang yang terkena gangguan jiwa, mereka menangis dan tertawa tak jelas ritme dan kapan mereka harus melakukannya.
Salam
Gambar : www.myniceprofile.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H