Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Guru SLB Negeri Metro, Ingin berbagi cerita setiap hari, terus berkarya dan bekerja, karena itu adalah ibadah.

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar. Guru Penggerak Angkatan 8 Kota Metro. Tergerak, Bergerak dan Menggerakkan.

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Waspadai Es Batu Berbahaya Menjelang Puasa Ramadhan

19 Juni 2014   22:25 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:05 430
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Waspadai Es Batu Berbahaya Menjelang Puasa Ramadhan

Sebentar lagi, umat Islam kedatangan bulan suci Ramadhan. Meskipun pemerintah belum memberikan keterangan atau pengumuman resmi terkait awal Ramadhan, Muhammadiyah sudah mengeluarkan pengumuman bahwa tanggal 1 Ramadhan 1435 H bertepatan dengan tanggal 27 Juni 2014. Sehingga umat Islam mulai berpuasa tanggal 28 Juni 2014. Sebagaimana dirilis oleh news.liputan 6.com.

Meskipun pemerintah belum mengumumkan jadwal tersebut, paling tidak umat Islam sudah bisa meng-ancer-ancer kapan mereka harus memulai puasa Ramadhan. Kira-kira 9 hari lagi lagi ibadah puasa yang dinanti-nanti tersebut hadir.

Selain aktivitas puasa Ramadhan yang menjelang, dampaknya aktivitas yang berkaitan dengan konsumsi makanan di siang hari dihentikan. Akan tetapi, kegiatan berburu makanan berbuka dan sahur menjadi meningkat tajam. Apalagi kebutuhan akan air yang dingin atau air es yang dicampur aneka minuman lain tentu saja menjadi menu wajib bagi para jamaah yang akan berbuka puasa atau santap sahur.

Hal tersebut disebabkan karena memang di bulan puasa aktivitas masih saja dilakukan karena kebutuhan pekerjaan yang mengharuskan seseorang tetap melakukan aktivitas meskipun tengah berpuasa. Sehingga karena begitu beratnya aktivitas, kebutuhan konsumsi akan air dingin khususnya es pun ikut bertambah karena kebutuhan tubuh setelah seharian terjadi dehidrasi karena asupan air yang dikurangi. Ditambah lagi bulan ini bertepatan dengan musim kemarau sehingga cuaca sangat panas.

Sebagaimana peningkatan kebutuhan makanan dingin, termasuk cendol, es teler atau es yang hanya dicampur teh atau susu. Biasanya pun dijual bebas di pasar-pasar atau pusat-pusat jajanan.  Menjamurnya pusat jajanan tersebut secara tidak langsung meningkatkan ekspektasi produsen makanan maupun konsumen yang sekedar ingin membeli karena waktu yang tidak mencukupi jika harus membuat aneka makanan akibat aktivitas pekerjaan yang juga padat.

Ada hal-hal yang sepatutnya diwaspadai ketika hendak mengkonsumsi minuman yang menggunakan es sebagai campurannya, karena akhir-akhir ini seringkali ditemukan beberapa produsen yang sengaja menggunakan es dari air mentah yang akan dicampurkan dalam minumannya. Tentu saja, bagi produsen dapat meningkatkan keuntungan dari harga es yang cenderung murah. Akan tetapi, dampak yang ditimbulkan adalah konsumen akan mendapatkan es yang masih terkontaminasi bakteri berbahaya bagi kesehatan.

Sifat jail dari produsen minuman, karena ingin mendapatkan keuntungan yang relatif besar tapi mengorbankan konsumennya akibat air yang dibuat es ternyata mengandung bakteri atau jamur berbahaya. Selain tindakan ceroboh dan main ambil untung besar, mereka seringkali menggunakan air yang tidak layak konsumsi. Misalnya diambil dari sumber air yang tidak bersih atau sumur di perkotaan yang sudah tercemar bakteri yang berasal dari limbah rumah tangga.

Keinginan untuk menikmati minuman es untuk melepas dahaga harus berdampak pada sakit yang akan diderita peminumnya. Sekali lagi karena minuman es yang dibeli atau disajikan oleh penjual es ternyata dipenuhi bakteri dan jamur yang sangat merugikan tubuh peminumnya.

Sebagaimana dikutip dari neraca.com  bahwa menurut Survei Pengawasan Jajanan Anak Sekolah di tahun 2013 menunjukkan terjadi penurunan bahan tambahan pangan berlebih dari 5.668 sampel sekolah yang diteliti. Penurunan terjadi dari 24% pada 2012, menjadi 17% di 2013. Namun untuk cemaran mikroba menunjukkan peningkatan dari 66% di tahun lalu menjadi 76% saat ini.

"80% hasil kajian menunjukkan es tidak memenuhi syarat, ini sangat mengkwatirkan terutama ketika dikonsumsi anak-anak, banyak bakteri yang terdapat di batu es, ini dikarenakan pembuatannya menggunakan air mentah," ujar deputi bidang pengawasan keamanan pangan dan bahan berbahaya BPOM Roy Sparringa sebagaimana di rilis media tersebut.  sumber

Bakteri pada es yang dibuat dari air mentah  biasanya sama dengan yang ada pada tinja yaitu E-Coli. Tidak hanya itu, ada juga kapang dan kamir serta bakteri salmonela. Bakteri-bakteri tersebut tetap saja hidup dan berkembang meskipun sudah dijadikan es dan dikonsumsi oleh penggunanya.

Memproduksi es dengan air mentah memang dianggap produsen aman-aman saja, lantaran ketidak mengertian terhadap dampak yang ditimbulkan jika pembeli mengkonsumsinya. Ketidak mengertian produsen ditambah lagi bila konsumen menganggap bahwa bakteri-bakteri yang hidup di dalam air tersebut seketika mati jika dibekukan di lemari pendingin. Mereka menganggap air sudah dibekukan maka segala macam microba bisa mati akibat proses pendinginan. Padahal meskipun air sudah dibekukan, jika kualitas air buruk dan bercampur bakteri E-coli (Escherichia Coli) dan mikroba lain maka kondisi bakteri masih tetap hidup.

Bahkan selain bakteri E-coli menurut penelitian bakteri tahan dengan suhu 55ºC - 60ºC. Bahkan ada beberapa Bakteri yang hidup pada suhu rendah, seperti : Bakteri Mesofil yang biasa terdapat di air ini hidup dan tumbuh pada suhu 25-40ºC. Juga Bakteri Psikrofil yang hidup pada suhu 0º-30ºC. Bakteri seperti Entamoeba hystolyica, Giardia lamblia, dan Entamoeba coli. Bakteri-bakteri tersebut belum mati walaupun airnya sudah dibekukan menjadi es. Apabila es tersebut mencair dan kembali pada suhu normal, maka bakteri tersebut menjadi aktif lagi. sumber

Bakteri-bakteri berbahaya tersebut hanya akan mati jika air dipanaskan hingga mendidih. Sehingga jika es tersebut menggunakan air mentah, maka kemungkinan besar masih mengandung bakteri berbahaya.

Lalu bagaimana kita dapat terhindar dari es air mentah karena sangat sulit menemukan es yang dibuat dari air yang matang. Karena menurut penjualnya, es yang dibuat dari air matang cenderung lebih mahal. Selain lebih mahal jika diproduksi sendiri tentu membutuhkan waktu dan biaya untuk merebusnya. Namun untuk mengenali bahwa es tersebut mentah adalah terdapat gelembung-gelembung udara di dalam es akibat terperangkap pada saat pembekuan.

Namun untuk menghindari diri dan keluarga dari ancaman bakteri tersebut, sebaiknya membuat sendiri es batu dengan menggunakan kulkas sendiri dengan menggunakan air bersih dari air sumur (kran) atau air bor yang bersih kemudian direbus hingga benar-benar mendidih. Di jamin ketika air tersebut sudah mendidih maka semua kuman akan mati.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun