Serangan tikus sebenarnya sudah sejak pra tanam, yaitu tatkala para petani ini mulai menyebar bibit, gabah-gabah bibit pun dilahap sampai tak tersisa. Dan puncaknya ketika sebagian padi sudah bisa ditanam dan sudah mulai "meteng" atau hampir mengeluarkan buahnya ternyata dalam waktu semalam sudah dirusak oleh hama ini. Imbuh petani ini.
Rasa sedih dan kecewa bercampur bingung karena persediaan gabah mereka semakin menipis, sedangkan mereka harus membayar zakat dan persiapan lebaran yang juga tak bisa dilupakan.
Sejatinya serangan tikus ini pun sudah dilawan oleh para petani, ada di antara mereka yang mengobor atau melakukan pengasapan hingga mendapati puluhan ekor tikus, selain itu racun tikus pun tak kurang mereka sebar demi membunuh para perusak ini. Tapi, itulah kehidupan tikus, tatkala di musim hujan mereka mendapatkan cukup makanan, maka di musim kemarau ini mereka sangat kelaparan. Dampaknya tanaman padi yang diharapkan menjadi tumpuah kehidupan mereka harus lenyap oleh serangan hama. Bahkan serangakan tikuspun merambat pada tanaman jagung yang juga ditaman oleh sebagian petani di daerah ini.
Tidak hanya serangan tikus, karena memang saat ini saluran irigasi juga tengah diperbaiki, maka kesempatan mendapatkan air pun harus direlakan berlalu, ditambah lagi memang jatah air mereka digantikan oleh daerah lain yang juga mendapatkan jatah rutin secara bergantian.
Para petani ini tetap tabah meskipun ujian datang bertubi-tubi, tentu saja siklus kehidupan yang mengharuskan mereka melawan setiap serangan hama yang menyerang padi-padi mereka. Kalau lagi beruntung mereka akan mendapatkan sisa padi yang ditinggalkan si tikus, namun kalau lagi musibah, maka tak ada satupun buliran padi dapat mereka hasilkan. Semoga usaha mereka akan membuahkan hasil, tidak di hari ini mungkin di musim pengujan panenan mereka akan berlimpah. Semoga..
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H