[caption id="attachment_353416" align="aligncenter" width="463" caption="Anak-anak disabilitas (SLB N Metro Lampung) tengah mengikuti lomba makan kerupuk / doc. pribadi"][/caption]
Tulisan ini semestinya saya publish sebelum hajat karnaval yang diselenggarakan oleh masyarakat Kota Metro. Sebab, di pagi harinya selama dua hari, kami, guru dan siswa berbaur memeriahkan moment bersejarah tersebut dalam aneka kegiatan yang tentu saja menyenangkan.
Selayaknya peringatan HUT RI di sekolah-sekolah pada umumnya, bahkan mungkin lebih heboh karena kegiatan kami diisi oleh kemeriahan dan melibatkan semua jenis kekhususan. Semua jenjang tersebut dilibatkan tanpa pilah-pilih lantaran kita semua ingin merasakan indahnya makna kemerdekaan.
Kemerdekaan yang mesti dimaknai sebagai tonggak sejarah bagi tegakknya nilai-nilai kesetaraan. Apalagi bagi penyandang disabilitas, momentum tahun ini semakin terasa, karena di tahun-tahun yang lalu boleh jadi masih ada saja siswa-siswa berkebutuhan khusus yang dianggap tak layak untuk berkembang seperti anak-anak sebaya yang kebetulan terlahir sempurna.
Kemeriahan di hari itu, diisi dengan aneka perlombaan yang juga diikuti oleh siapa saja yang berkenan dan mau mengikuti kegiatan tersebut, seperti kegiatan lari dengan memindahkan bola, lari kelereng, lari dengan kursi roda, lomba makan kerupuk, lari karung dan tarik tambang. Meskipun ada beberapa lomba yang tidak kami adakan seperti panjat pinang, yang pasti antusiasme dan kebahagiaan anak-anak ini begitu terasa.
Tentu saja, setiap perlombaan hakekatnya memiliki segudang makna tersendiri bagi pembentukan karakter dan fisik anak didik. Misalnya pada perlombaan lari dan memindahkan bola. Bagi anak-anak pada umumnya, selain sebagai wahana bermain lomba tersebut hakekatnya sebuah pembelajaran yang melibatkan dua elemen penting, jiwa dan raga. Jiwa anak dididik agar senantiasa berani unjuk gigi, memiliki kepercayaan diri dan tentu saja memiliki sikap kemandirian dan mampu melakukan sosialisasi dengan siapa saja tanpa minder dan rendah hati.
Dengan gerakan berlari secara fisik anak dilatih menjadi kuat sehingga diharapkan tumbuh kembang anak akan semakin baik. Meskipun hakekatnya bentuk permainan dan perlombaan pun sejatinya harus diajarkan dan dilaksanakan setiap waktu dan setiap saat sebagai media pembentukan fisik dan karakter anak didik, lebih khusus penyandang disabilitas.
[caption id="attachment_353417" align="aligncenter" width="532" caption="Anak-anak disabilitas lomba lari sambil memindahkan bola / doc. pribadi"]
[caption id="attachment_353422" align="aligncenter" width="534" caption="anak-anak bersiap-siap lomba lari kelereng / doc. pribadi"]
Lomba lari kelereng, hakekatnya tak luput dari pembelajaran tentang percaya diri dan konsentrasi serta keseimbangan jasmani dan rohani. Bahkan lebih dari itu kemampuan motorik halus dengan memfokuskan diri pada satu media kelereng menjadikan anak memiliki ketenangan "tuma'ninah" dan stabilitas diri ketika melakukan sesuatu. Anak diajarkan agar tidak terburu-buru memenangkan perlombaan tapi bagaimana menjaga agar kelereng tidak lekas terjatuh dan mencapai finis dengan aman.
[caption id="attachment_353418" align="aligncenter" width="443" caption="dua anak tengah asyik bersaing menghabiskan kerupuk / doc. pribadi"]