Â
Kemarin, Selasa (30-12-2014) Puskesmas Sumbersari Bantul, Kec. Metro Selatan Kota Metro, mengutus petugas sosialisasi. Melalui pengeras suara (toa) mereka berkeliling Kelurahan Sumbersari demi memberikan penyuluhan akan waspada DBD (Demam Berdarah Dengue). Konon semenjak musim pengujan sudah ada korban meninggal dunia. Apalagi seperti biasanya, serangan demam berdarah mengalami puncaknya pada bulan Desember hingga Januari.
Selain memberikan sosialisasi adanya ancaman serangan nyamuk demam berdarah, mereka juga memberikan pengarahan tentang program 3 M plus, yaitu menguras tempat penampungan air minimal 1 kali dalam sepekan, mengubur barang bekas, dan menutup tempat-tempat penampungan air. Selain itu dengan menaburkan bubuk abate misalnya pada bak mandi agar jentik-jenik nyamuk demam berdarah mati. Plus mencegah gigitan nyamuk dan tidur menggunakan kelambu agar terbebas dari serangan nyamuk dan memakai obat nyamuk. Meski demikian kegiatan mencegah berkembang biaknya nyamuk lebih penting daripada mencegah gigitan nyamuk. Sehingga melakukan 3 M di atas sejatinya dilakukan dengan kesadaran masyarakat akan bahayanya jika spesies nyamuk Aedes Aegypti benar-benar berkembang dengan leluasa. Bahkan bukan hanya nyamuk demam berdarah, karena nyamuk malaria (anopheles) pun merupakan bahaya yang juga mengancam.
Dengan tiga program ini diharapkan penyebaran nyamuk Aedes Aegypti dapat dihentikan. Bahkan harapannya dapat diberantas sampai ke jentik-jentiknya. Selain dengan program 3 M plus juga pemerintah Kota Metro mengadakan program fogging untuk membunuh nyamuk dewasa.
Ada yang unik selain sosialisasi tersebut adalah pemerintah Kota Metro melalui Puskesmas terkait memberikan kesadaran agar masyarakatnya benar-benar menjaga lingkungan dari pertumbuhan dan penyebaran nyamuk demam berdarah ini. Sehingga kegiatan ini pun dilakukan setiap tahun ketika musim penghujan tiba.
Selain sosialisasi tersebut, petugas juga menyampaikan kepada warga agar mengambil bubuk abate secara gratis di puskesmas.
Sosialisasi semestinya tidak hanya di musim penghujan
Kegiatan yang sejatinya teramat penting ini semestinya dilakukan tidak hanya di musim penghujan tiba, lantaran epidemi (wabah penyakit) DBD sudah dirasakan masyarakat Indonesia, yakni sudah banyaknya korban berjatuhan akibat serangan nyamuk ini. Tak hanya di saat tingginya curah hujan, karena nyamuk-nyamuk demam berdarah mampu bertahan di daerah yang terdapat genangan air. Seperti di bak-bak air dan penampungan air yang tidak tertutup rapat, karena nyamuk ini mampu melakukan regenerasi ketika terdapat banyak genangan air yang jernih.
Sebagaimana dirilis oleh DPRD Kota Metro dalam situs resminya menyatakn bahwa ada peningkatan tajam di tahun 2013 dibandingkan tahun 2012 sebesar 470 kasus dengan 10 orang meninggal dunia. Di mana di tahun 2o12 terdapat 390 kasus dengan 5 orang meninggal dunia. sumber
Dengan peningkatan wabah nyamuk DBD tersebut sehingga perlu mendapatkan perhatian yang lebih intensif agar masyarakat benar-benar terbebas dari serangan nyamuk yang mampu merenggut nyawa korbannya.
Ada upaya menjual belikan bubuk abate secara paksa
Di luar kendali pemerintah daerah dalam pembagian bubuk abate yang sejatinya dilakukan secara gratis, ternyata sebagian oknum yang mengaku dari dinas terkait melakukan aksi jual beli bubuk ini ke pada beberapa masyarakat. Seperti keterangan korban yang menyampaikan kepada saya baru-baru ini. Pelaku yang berpakaian ala pegawai negeri dengan seragam PNS ini memaksa masuk ke instansi dan rumah-rumah penduduk dengan menawarkan bubuk abate. Sontak saja, masyarakat yang sudah mengerti bahwa pembagian bubuk abate dilakukan secara gratis mereka langsung menolaknya dan melaporkan pada pihak berwajib.
Meskipun demikian, ada pula beberapa masyarakat yang terpaksa membeli lantaran penjualnya setengah memaksa dengan harga Rp 5.000 perbungkus. Masyarakat yang menjadi korban rata-rata karena tingkat pengetahuan akan program pemerintah daerah masih kurang ditambah karena ketakutan lantaran mendapatkan ancaman dari penjualnya.
Saya sendiri pernah menerima tamu yang tiba-tiba menawarkan bubuk abate tapi saya tolak lantaran beberapa korban mengakui bahwa bubuk yang dijual ternyata palsu. Tidak hanya di rumah-rumah penduduk, di beberapa sekolah ternyata tidak lepas dari upaya penipuan dari oknum yang mengaku dari dinas kesehatan ini.
Adanya ulah para penipu dan pemaksa ini, hakekatnya sudah merusak ketenangan masyarakat kota Metro, selain itu mereka justru merusak upaya pemerintah dalam memberantas penyebaran nyamuk demam berdarah akibat ulah konyol yang mereka lakukan. Sampai tulisan ini dibuat belum ada satupun penipu yang tertangkap.
Sebagai langkah pencegahan penyebaran wabah demam berdarah, selain secara mandiri masyarakat melakukannya di rumah masing-masing, semestinya kegiatan gotong-royong dan melibatkan seluruh elemen masyarakat kembali digiatkan. Tentu agar program pencegahan dapat dilakukan secara menyeluruh dan masyarakat benar-benar memahami dan menyadari bahwa DBD adalah penyakit yang harus diwaspadai dan ditakuti lantaran sudah merenggut korban jiwa yang tidak sedikit.
Salam
Metro, 31/12/2014
Gambar disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H