Beratnya usaha jamu di tengah-tengah jamu modern
Seperti apa yang di alami Bu Fathonah dan penjual jamu lainnya, tentu tak terlepas dari para pembeli atau pelanggan yang setia menanti jamunya datang. Meski kadangkala permintaan tak dapat dipenuhi lantaran bahan pembuatan jamu (umbi-umbian dan rempah-rempah) semakin langka juga harganya juga ikut melambung tinggi.Â
Jadi para penjual jamu ini berusaha meyakinkan pembeli bahwa kualitas jamu tidak berubah tapi hanya dinaikkan sedikit. Cara ini lebih sportif dibandingkan mengurangi kualitas jamunya.Â
Tentu jika kualitas jamu dikurangi atau justru dicampuri dengan bahan yang kurang baik, tentu hasilnya juga mengecewakan. Konsumen yang sudah terbiasa memperoleh manfaat dari jamu, akan merasakan kecewa jika kualitasnya justru menurun.
Kendala penjualan karena bahan yang merangkak naik, dipengaruhi oleh adanya jamu-jamu yang diproduksi secara modern dan harganya juga cenderung murah. Seperti contoh jamu tolak angin, dengan hanya 1.000-1.500 rupiah kita bisa menikmati jamunya.Â
Ada pula jamu jenis jamu komplit biasanya di pasaran kisaran 2.000 sd 2.500 rupiah. tentu harganya sangat terjangkau untuk kalangan bawah. Tentu karena harga jamu modern ini murah, dampaknya jamu tradisional menjadi kalah bersaing, baik dari segi ekonomisnya juga terkait efektifitas dan efisiensi dalam penyajian.
Masih bersyukur saat ini-khususnya di kampung-kampung-para petani umbi (rimpang jahe, temulawak dan sejenisnya) masih banyak ditemukan, Jadi kebutuhan akan bahan utama jamu tidak terlalu sulit diperoleh.Â
Namun demikian, kendalanya adalah tatkala saat ini semua bahan pangan naik, bahan baku jamu juga naik. Masih beruntung jika masih ada yang menjual. Coba kalau tidak ada, kan repot.
Semestinya dengan rasa cinta akan produk dalam negeri, pemerintah menggiatkan kembali petani yang khusus menanam bahan obat-obatan atau jamu tradisional.Â
Selain mengadakan penyuluhan, juga tak kalah pentingnya adalah pemerintah bisa menampung hasil pertanian mereka sehingga harga-harga tersebut cenderung stabil.Â
Sangat kontras untuk saat ini, para petani bahan jamu cenderung bersemangat tatkala menanam, seperti jahe, kunyit, kencur, temulawak dll, tapi tatkala panen harganya justru turun drastis. karena kondisi ini banyak petani yang gulung tikar dan emoh menanam bahan jamu lagi.