Mohon tunggu...
Muhamad Alfani Husen
Muhamad Alfani Husen Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa Ilmu Pemerintahan FISIP UNSIKA

Orang yang senang makan pecel lele, doyan rebahan, penggemar berat Squidward Tentacles

Selanjutnya

Tutup

Politik

Polemik RUU Haluan Ideologi Pancasila, Salah Kaprah Pemahaman Trisila dan Ekasila

8 Juli 2020   17:03 Diperbarui: 8 Juli 2020   18:28 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Polemik lain dari RUU HIP adalah pasal ke 3 yang berbunyi " Ketuhanan yang berkebudayan " Banyak kelompok masyarakat mengganggap pasal ini mendorong ke arah sekularisme. Namun, harus kita ketahui bahwa Ketuhanan yang berkebudayaan itu bukan berarti menuhankan budaya atau pun menyetarakan Tuhan dengan budaya. 

"Saudara-saudara, apakah prinsip ke-5? Prinsip Indonesia merdeka dengan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Prinsip Ketuhanan!" Selanjutnya ia menambahkan, "Segenap rakyat hendaknya bertuhan secara kebudayaan... ketuhanan yang berbudi pekerti luhur, ketuhanan yang hormat menghormati satu sama lain. " - kutipan pidato 1 Juni Sukarno. 

Apabila kita berpatokan kembali kepada pidato 1 Juni Ketuhanan yang keberbudayan itu berarti sebuah cara menyembah Tuhan dengan mengedepankan budaya budi pekerti yang luhur yang artinya dalam menjalankan ajaran agama kita harus mengedepankan nilai toleransi dan menghilangkan sebuah egoisme dalam beragama. Oleh karena itu, ketuhanan berkebudayaan bukan mazhab keagamaan, melainkan praktik beragama yang berbudaya. 

Oke, yang terakhir mari kita bahas Ekasila. Mungkin Ekasila bisa dikatakan pembahasan yang paling ramai diperbincangkan karena di dalam Ekasila hanya ada " Gotong Royong " Saja dan tidak ada kata " Ketuhanan " Di dalamnya. Hal ini membuat beberapa golongan menganggap paham ini membawa kita kepada paham negara Komunis karena tidak ada Ketuhanan dalam paham Ekasila ini.

Jikalau saya peras yang lima menjadi tiga, dan yang tiga menjadi satu, maka dapatlah saya satu perkataan Indonesia yang tulen, yaitu perkataan “Gotong Royong”. Negara Indonesia yang kita dirikan haruslah negara Gotong Royong! Alangkah hebatnya! Negara Gotong Royong! - Bung Karno (Pidato 1 Juni) 

Oke, yang menjadi pertanyaan saya apakah paham gotong royong atau Ekasila melenceng dari nilai ketuhanan? 

Bung Karno dalam pidato 1 Juni menjelaskan bahwa gotong-royong adalah pembantingan-tulang bersama, pemerasan-keringat bersama, perjoangan bantu-binantu bersama. Amal semua buat kepentingan semua, keringat semua buat kebahagiaan semua. 

Selain itu dalam Al-quran dikatakan bahwa;

“… dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah Amat berat siksa-Nya.” (QS. Al Maidah : 2)

Selain itu ada hadist yang mengatakan bahwa;

 “Barangsiapa menolong saudaranya, maka Allah akan selalu menolongnya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun