Mohon tunggu...
Anshar Daud
Anshar Daud Mohon Tunggu... Mahasiswa S3 Manajemen Pemasaran Undip Semarang -

Anshar Daud, CPM(A) adalah praktisi pemasaran dalam industri telekomunikasi. Ia merupakan anggota aktif IMA (Indonesia Marketing Association) dan IMARC (Indonesian Marketing Academy). Saat ini terdaftar sebagai Mahasiswa S3 Bidang Pemasaran Univ. Diponegoro Semarang.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kedikdayaan Konsumen Gratis

13 Januari 2016   06:25 Diperbarui: 13 Januari 2016   07:57 355
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pola bisnis yang mengungkit komunitas netizen menjadi income generator disebutnya sebagai pasar pihak ketiga (three party market, Free #2). Pihak pertama memanfaatkan komunitas pihak kedua untuk dijadikan sebagai target iklan oleh pihak ketiga. Meskipun dieksploitasi oleh pihak pertama, pihak kedua sama sekali tidak dirugikan karena mereka menerima kompensasi berupa layanan aplikasi gratis. Begitu pula dengan pihak ketiga, mereka membayar pihak pertama secara proporsional sesuai jumlah klik (view) dari iklan yang ditayangkan. Kalaupun klik (view) tidak membuahkan sales, namun like, sharing atau retwit yang dilakukan oleh pihak kedua meningkatkan efek buzz / viral dan WOM (word of mouth)  dari merek yang bersangkutan.

Bentuk relasi horinsontal yang terjalin dalam platform sosial media membuka ruang dan peluang bagi semua pihak untuk berkontribusi dalam proses penciptaan nilai. Fasilitas User Generated Content (UGC) yang menjadi karakter utama teknologi Web 2.0 menyebabkan setiap netizen menjadi publisher content bagi dirinya sendiri maupun anggota komunitas lainnya, sehingga jejaring sosial setiap hari dibanjiri beragam konten berupa pesan teks, foto dan video. Seluruh aliran informasi ini kemudian di indeks oleh mesin pencari seperti Google, Yahoo maupun Bing.

Kumpulan milyaran file digital tersebut lalu memunculkan sebuah bisnis baru yang disebut sebagai Big Data dengan nilai finansial ribuan triliun dolar. Kolaborasi berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) dalam ekosistem jejaring sosial mendorong proses value co-creation yang mendistribusikan mutual benefit bagi semua pihak. Sosial media mampu merealisasikan teori simbiose mutualisme melalui interaksi yang bersifat take and give sehingga setiap anggota komunitas memperoleh nilai yang proporsional. Kondisi ini membuktikan bahwa horisontalisasi dapat meniadakan eksklusivitas dan monopoli serta melahirkan demokratisasi ekonomi yang berujung pada kemenangan kolektif dengan output more than win-win solution : everybody win and happy.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun