Mohon tunggu...
Ikra Amesta
Ikra Amesta Mohon Tunggu... -

Tidak ada yang terlalu penting untuk diceritakan tentang hidup saya karena saya lebih suka menceritakan hidup orang lain dan sebagainya dan apapun dan semuanya yang mungkin layak untuk diceritakan kepada orang-orang yang berkenan untuk membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ketika Tuhan Menciptakan Piala Dunia

9 Juni 2010   04:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:39 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ronaldo's Haircut, 2002

Setelah semua yang dilakukan, ada satu hal yang dirasa kurang sebagai pelengkap turnamen ini. Ya, kebahagiaan dalam bermain bola. Kegembiraan yang meriah seperti confetti yang berjatuhan ke lapangan saat Argentina melawan Belanda (1978). Kebahagian yang ditunjukkan lewat teriakan mengharu biru Marco Tardelli sambil berlari dengan kedua telapak tangan terkepal (‘It was just a noise. I could not say anything’). Atau raut muka melotot dengan mulut terbuka lebar yang diperlihatkan Salvatore Schillaci (1990) sehabis mencetak gol di Piala Dunia. Kebahagiaan juga diperlihatkan oleh Bebeto dari Brazil (1994) yang merayakan kelahiran anaknya dengan mengayun-ayunkan tangannya seperti orang yang sedang menimang seorang bayi. Dan siapa yang mampu melakukan salto dengan sempurna seperti yang dilakukan Miroslav Klose dari Jerman (2002). Dan bicara tentang salto bagaimana dengan Julius Aghahowa dari Nigeria (2002) yang melakukan salto delapan kali berturut-turut tanpa henti dengan lihainya. Tuhan pun menari dengan Roger Milla dari Kamerun (1990) di dekat bendera tendangan sudut untuk merayakan bahwa Piala Dunia ini telah lengkap dengan sejuta kebahagiaan, tawa, teriakan, gegap gempita, kemegahan, kemeriahan, perayaan, keindahan, tarian, senyum, keriangan, kebisingan, pesta, persahabatan, persatuan, kesenangan, cinta, kebersamaan, hingar bingar, keriuhan, harapan, mimpi, dan perdamaian sehingga kemenangan dan kekalahan bukanlah lagi menjadi hal yang penting. Piala Dunia menjelma menjadi drama mini kehidupan ini yang melibatkan banyak perasaan manusia yang terlibat di dalamnya ataupun yang menontonnya.

Roger Milla's Dance, 1990

Tuhan melihat kalendernya dan sekarang telah masuk ke tahun 2010. Saatnya buat Tuhan untuk kembali turun ke bumi dan berkemas menuju tanah Afrika. Saatnya drama baru dimulai. Saatnya peluit ditiupkan. Priiiiitttt!!!! So, what will happen next after the kick-off? Sumber: www.malarkii.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun