Mohon tunggu...
Ikra Amesta
Ikra Amesta Mohon Tunggu... -

Tidak ada yang terlalu penting untuk diceritakan tentang hidup saya karena saya lebih suka menceritakan hidup orang lain dan sebagainya dan apapun dan semuanya yang mungkin layak untuk diceritakan kepada orang-orang yang berkenan untuk membacanya.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga

Ketika Tuhan Menciptakan Piala Dunia

9 Juni 2010   04:02 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:39 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Zidane's Sister Incident, 2006

Kemudian Tuhan berpikir untuk menyesuaikan rancangan Piala Dunia dengan rancangan kehidupan manusia. Diawali dengan kelahiran kemudian diakhiri dengan kematian. Kelahiran seperti yang dilakukan Paolo Rossi dari Italia (1982), seorang pecundang yang kemudian menghukum Brazil dengan tiga gol dan membawa negaranya meraih kasta tertinggi. Kelahiran negara baru Kroasia (1998) yang dipimpin Davor Suker untuk menghancurkan Jerman dan duduk manis di kursi yang terhormat. Kelahiran-kelahiran hebat yang kemudian diiringi dengan kisah-kisah kematian. Percobaan pertama adalah sebuah koma selama dua menit. Terjangan hebat dari kipper Harald Schumacer dari Jerman terhadap Patrick Battiston dari Prancis (1982) yang membuat gigi depan pemain Prancis itu rontok dan terkapar tak berdaya di atas rumput. Lihat bagaiamana raut muka Michel Platini yang tegang dan gemetar menyangkan rekannya itu telah meninggal di lapangan. Percobaan kedua adalah sudden death. Gol perpanjangan waktu yang paling menyakitkan datang dari kepala Ahn Jung-Hwan (2002) dari Korea Selatan ke gawang Italia. Sebuah gol yang membuat murka seisi Italia. Percobaan terakhir, yang paling tragis, Andres Escobar (1994). Kematian yang benar-benar terjadi yang bisa dielakkan seandainya kaki kanan pemain Kolombia itu tidak terjulur terlalu panjang yang membelokkan bola ke gawangnya sendiri. Hukumannya adalah 12 kali tembakan dari seorang fans sepakbola yang mengiringi letusan pistolnya dengan teriakan “Gol!”

Andres Escobar Made An Own Goal, 1994

Setelah kejadian itu semuanya menjadi membosankan. Tidak ada lagi hal yang menarik. Maka Tuhan memutuskan untuk melibatkan dirinya secara langsung. Dia membuat keputusan mengejutkan dengan tidak mengizinkan tim kuat Hungaria (1958) dengan Ferenc Puskas dan Sandor Koscis-nya serta tim Belanda (1974) dengan Total Football-nya untuk menjadi juara dunia lewat sebuah kekalahan di babak final. Kemudian klaim Inggris sebagai negeri pencetus sepakbola harus runtuh di tangan Amerika Serikat (1950), negeri yang tidak mengenal permainan olahraga kaki. Lihat bagaimana para juara bertahan Argentina (1990) dan Prancis (2002) yang bertekuk lutut di bawah tim debutan Kamerun dan Senegal pada partai pembukaan. Yang paling diingat, tentu saja Korea Utara (1966) dan nama Pak Doo-Ik yang menghancurkan tim kuat Italia dan serta merta mengacaukan rumah judi dimanapun. Di lain waktu, Tuhan mengusir kejenuhan dengan mengangkat seekor anjing bernama Pickles sebagai pahlawan yang berhasil menemukan trofi Jules Rimet yang hilang dicuri (1966). Sebelumnya bahkan seekor anjing masuk ke lapangan permainan dan menghentikan sementara pertandingan antara Inggris melawan Brazil sebelum striker Jimmy Graves (1962) berhasil menangkap dan menjinakkan anjing liar tersebut.

Pak Doo-Ik Scored A Goal Against Italy, 1966

Belum selesai dengan itu semua, Tuhan pun ikut bermain sepak bola. Saat Maradona dan kiper Peter Shilton dari Inggris sama-sama meloncat untuk menerjang bola, saat itulah Tuhan muncul dari tangan Maradona. Dua menit kemudian ia memberikan Maradona solo run yang akan terus dikenang sepanjang masa. Dia juga memberikan solo run kepada Michael Owen (1998) untuk menjebol gawang Argentina lalu kepada Saeed Al-Owairan dari Arab Saudi (1994) untuk mempermainkan pemain Belgia. Selain membuat gol, Dia juga menghentikannya. Ketika Pele menyundul bola dengan keras (1970) dengan kekuatan 99% gol, Tuhan menjadi Gordon Banks, kiper Inggris, yang entah bagaimana caranya mampu menghadang bola tersebut. Bahkan Pele, dan para penonton, terdiam beberapa saat untuk meyakinkan diri terhadap apa yang baru saja terjadi. Tuhan bahkan membiarkan setiap manusia berdebat untuk menentukan apakah tendangan Geoff Hurst dari Inggris ke gawang Jerman (1996) yang memantul dari mistar gawang telah melewati garis atau belum. Is it a goal or is it not? Di lapangan sepakbola Dia juga merekonstruksi kondisi dunia yang diciptakan-Nya. Di lapangan hijau, Jerman Timur menaklukkan Jerman Barat (1974) dan Jurgen Sparwasser, sang penentu kemenangan, seketika menjadi pahlwan bagi Sosialisme. Kemudian Iran yang mengalahkan seteru politik abadinya Amerika Serikat (1998) lewat pertandingan yang sarat dengan ketegangan. Tidak diragukan lagi bahwa kemunculan-Nya di tengah lapangan mengundang decak kagum. Sebuah pemandangan visual yang selalu mencengangkan. Lewat Johan Cruyff (1974), Dia mengajarkan bagaimana caranya berputar untuk melepaskan diri dari hadangan lawan. Ketenangan Bobby Moore dari Inggris (1970) saat menghentikan bola serta gerakan kaki Pele yang menggocek kesana-kemari dengan lincah. Kemudian tendangan gunting voli Negrete dari Meksiko (1986) yang menghujam gawang lawan dan meninggalkan penonton di stadion Azteca dalam kekaguman. Atau gocekan waltz Archie Gemmill dari Skotlandia (1978) yang memberi pelajaran pada barisan pertahanan tim Belanda. Perhatikan juga bagaimana tendangan bebas Ronaldinho (2002) yang melambung tinggi berakhir di jala gawang Inggris dengan tukikan yang sempurna.

Johan Cruyff 's Turn, 1974

Kemudian Tuhan berpikir tentang fashion. Dia meraih guntingnya lalu memberikan nilai tersendiri pada penampilan rambut sebagai nilai tambah Piala Dunia. Rambut gimbal Ruud Gullit (1990), Rambut oranye terang nan megah milik Carlos Valderrama (1990), rambut dreadlock Henrik Larsson (1994), rambut berantakan serta jenggot dan kumis khas filsuf zaman pertengahan milik Alexi Lalas (1994), rambut kesebelasan Rumania yang semuanya dicat pirang (1998), Rambut gondrong ala Gabriel Batistuta (1994) dan Carlos Puyol (2006), headband Claudio Caniggia (1990), dan rambut Mohawk David Beckham dan Christian Ziege (2002). Semuanya memberikan inspirasi baru bagi para penata rambut. Namun potongan konyol Chris Waddle (1990), Taribo West (1998) dan Ronaldo (2002) cukup memberikan waktu untuk tertawa lepas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun