Mohon tunggu...
Adi Prima
Adi Prima Mohon Tunggu... Administrasi - Photojournalist

Saya adalah seorang freelance photojournalist di Sumatera Barat, memotret satwa-satwa dilindungi, benda bersejarah, tokoh- tokoh besar dan keindahan bentangan alam, adalah kegemaran saya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Sound of Borobudur Suara dan Dawai Peradaban Bangsa Indonesia

12 Mei 2021   15:31 Diperbarui: 12 Mei 2021   15:43 517
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Eko Pece atau Eko Supriyanto menghidupkan kembali gerakan tari yang ada pada relief-relief Candi Borobudur di Dharmasraya (foto Adi Prima)
Eko Pece atau Eko Supriyanto menghidupkan kembali gerakan tari yang ada pada relief-relief Candi Borobudur di Dharmasraya (foto Adi Prima)
Adalah Eko Pece atau Eko Supriyanto, penari yang juga koreografer yang menghidupkan kembali gerakan tari yang ada pada relief-relief Candi Borobudur. Eko Pece merupakan koreografer yang namanya dikenal secara internasional saat ditunjuk oleh penyanyi Madonna menjadi penata tari untuk konsernya di berbagai Negara.

Sound of Borobudur Movement

Dengan alat musik hasil interpretasi abad ke-8 Sound of Borobudur membawakan lagu daerah dan lagu Indonesia di Dharmasraya (foto Adi Prima).
Dengan alat musik hasil interpretasi abad ke-8 Sound of Borobudur membawakan lagu daerah dan lagu Indonesia di Dharmasraya (foto Adi Prima).

Gerakan kebudayaan memperdengarkan bunyi atau suara peradaban melalui musik sudah dimulai oleh musisi dan seniman. Sound of Borobudur Movement adalah gerakan kebudayaan berbasis upaya atas bukti yang tak terbantahkan sebagai tinggalan atas suatu pencapaian yang diwariskan secara berlimpah ruah kepada bangsa ini, tulis Trie Utami.

Saya terakhir berkunjung tahun 2011 ke Candi Borobudur, pada tahun itu, di sekitar Borobudur tidak saya temukan informasi tentang suara peradaban. Meskipun bahasan tentang relief-relief menyerupai instrument alat musik ini sudah dituangkan dalam bentuk skripsi tugas akhir Roosenani Kusumastuti, mahasiswi Universitas Indonesia (UI) pada tahun 1981. Tugas akhir mahasiswi UI ini juga yang menjadi titik tolak penelitian Trie Utami terhadap relief alat-alat musik di Candi Borobudur.

Sekarang, mengunjungi Candi Borobudur pastinya semakin menarik dengan adanya jejaring kegiatan dan program-program di kawasan Borobudur seperti: Sound Of Borobudur Exehibition Centre, Sound Of Borobudur Learning Centre (yang isi kegiatannya meliputi program pendidikan dan pelatihan musik kepada masyarakat, pelajar dan tamu pariwisata bagi pemandu wisata). Lalu ada program pelatihan berbasis Sustainibility Livelyhood di kawasan penunjang pariwisata seputar Borobudur, serta berbagai program lintas disiplin ilmu lain yang membunyikan suara peradaban Borobudur.

Merekam Peradaban Lewat Lomba Foto dan Video

Saat ini, bisa dipastikan setiap pengunjung Candi Borobudur membawa handphone yang memiliki kamera, ini adalah modal besar untuk merekam dan membunyikan bahwa Borobudur adalah pusat musik dunia lewat media fotografi dan video. Jika diselenggarakan, cakupan lomba Sound Of Borobudur bisa tingkat nasional hingga internasional, sebab, Borobudur juga dikunjungi wisatawan dari luar negeri. Artinya, gaung Sound of Borobudur sebagai pusat musik dunia akan semakin jauh dengan bukti-bukti dokumentasi foto dan video yang tersebar di flatform media sosial pengunjung.

Teknisnya, jika pengunjung Borobudur berhasil menemukan instrument musik pada relief-relief yang terpahat pada Candi Borobudur dengan bukti foto atau video yang diupload di platform media sosial yang telah disepakati, berikan apresiasi atau hadiah yang menarik kepada pemenangnya.

Sound of Borobudur Movement menyanyikan suara dan memetik kembali dawai peradaban bangsa (foto Adi Prima)
Sound of Borobudur Movement menyanyikan suara dan memetik kembali dawai peradaban bangsa (foto Adi Prima)
HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun