Public speaking atau seni berbicara didepan umum merupakan sesuatu yang sangat menakutkan bagi sebagian orang. Public speaking bagi sebagian orang mungkin merupakan mimpi buruk yang sulit untuk dihindari. Bahkan hasil survey Michael Brown dalam bukunya yang berjudul ,succesfull presntation, didapati banyak orang lebih memilih jatuh dari gedung yang tinggi  dari pada harus berbicara di depan public atau dengan kata lain disuruh berpidato. Terkesan berlebihan sepertinya namun memang itulah kenyataanya. Tidak banyak orang yang mampu menjalankan tantangan seperti ini. Menjadi sesuatu yang menarik untuk untuk dicari tau  apa yang sebenarnya menjadikan seseorang terasa canggung, gugup, gemetar grogi suatu ketika tampil didepan umum dan diminta untuk berpidato.
Pernahkah kita membayangkan suatu ketika kita datang kerumah teman atau saudara kita yang menikah maupun meninggal. Saat kita sedang asyik duduk tiba-tiba ada seorang yang menghampiri kita dan berkata, " maaf pak karena bapak merupakan sahabat baik almarhum, atau sahabat baik yang sedang melaksanakan pernikahan" bapak diminta oleh keluarga untuk menyampaikan kata sambutan ataupun pidato singkat mewakili tamu undangan".
jikalau moment seperti ini terjadi secara mendadak, saya yakin saat itu juga keringat dingin akan membasahi pipih kita. Denyut serta detak jantung akan berdetak lebih kencang dari biasanya dan mungkin juga bumi terasa berhenti berputar sejenak " satu-satunya cara agar selamat dari posisi tersebut adalah kita bangun dari tidur kita dan berteriak " Untung Hanya Mimpi" ......
Sekarang mari kita  agak sedikit serius. kalau sekiranya kejadian sebenarnya sebagai mana yang saya ceritakan diatas benar-benar terjadi. Apa yang akan kita  lakukan? apakah kita tetap memilih jatuh dari gedung yang tinggi? atau lari dengan terhina dan menjadi pecundang dengan mempermalukan diri sendiri? atau kita akan menerima tantangan itu. Dalam situasi seperti ini barulah kita menyadari bahwa Hidup itu penuh dengan pilihan. Siapakah kita? bagaimanakah kita dihadapan orang lain? kita sendirilah yang menentukan.
Saya yakin bagi mereka yang berpengalaman dan memang berprofesi sebagai pembicara ulung yang memiliki segudang pengalaman dalam public speaking hal tersebut bukan sesuatau yang menakutkan dan mengerihkan. Mungkin bagi mereka yang memang sudah mahir dan terlatih berpidato atau public speaking peristiwa tersebut hanya dianggap angin sejuk lagi menyejukan yang membawa mereka kedalam zona yang nyaman dan tenang tanpa dihantui oleh rasa ketakutan. Permasalahannya sekarang, bagaimana kalau kejadian tersebut terjadi kepada orang-orang yang awam yang memang sama sekali belum berpengalaman dalam hal public speaking dan kemudian secara tiba-tiba diminta untuk berpidato sebagai mana diilustrasikan dalam cerita tadi. Mungkin inilah yang disebut mimpi buruk yang seharusnya tidak didapatkan.
Back to the topic ".  Sebenarnya apa sih yang membuat grogi, takut, gugup dan gemetaran  ketika berbicara atau sedang berkomunikasi atau berbicara di depan public. Padahal, kalau mau difikir-fikir, saat kita sedang duduk-duduk dan bercerita bersama-sama dengan teman di kelas maupun diruangan kerja ataupun saat bercengkeramah dengan keluarga dirumah  kesemuanya sama saja. Semuanya sama-sama proses Komunikasi dan biasanya sama sekali kita tidak gugup, gemetaran apa lagi takut sampai mengeluarkan keringat dingin.
Pengalaman dan perasaan takut gemetar dan panik seperti ini bukan hanya terjadi pada kita yang awam dengan hal seperti ini. Menurut Ali Akbar dalam bukunya " 9 strategi jitu menjadi pembicara dadakan" Orang-orang yang memiliki nama besar sekaliber duniapun pernah merasakannya. Charles stewart Parnell dia adalah sosok pemimpin di negara Irlandia. Pada saat beliau pertama kali berpidato di depan public Chareles StewartParnell mengepalkan tangan sekuat kuatnya sehingga kukunya menancap di telapak tangannya yang menyebabkan tangannya berlumuran darah. Bahkan salah seorang anggota parlemen inggris yang sangat berpengaruh dalam perang Boer mengalami ketakutan yang sangat luar biasa saat berpidato sehingga beliau salah ucap gagap dan kemudian pingsan dilantai, dia adalah perdana menteri  Winston Churchill
Ini adalah fakta yang dapat kita ambil hikmanya bahwa orator besar sekaliber dunia juga pernah mengalami masa-masa sulit pada saat melakukan pidato tidak  ada proses instan dalam mencapai keberhasilan. Namun kesemuanya dapat berubah menjadi lebih baik seiring waktu yang terus berjalan dengan diiringi kedisiplinan kita dalam mengasah kemampuan.Â
Otot tangan, kaki, dan dada kita tidak akan menjadi besar kalau kita hanya berlatih sekali. Otot-otot tangan, kaki, dada serta anggota tubuh kita baru dapat terbentuk dengan baik kalau kita rutin berlatih dan terus berlatih. Kita tidak akan pernah mampu menjadi orator dan pembicara yang baik kalau kita tidak pernah berusaha dan berani untuk mengambil satu kali kesempatan untuk berbicara di depan public saat kita diminta.
 Walaupun beribu-ribu resep serta ratusan buku retorika dan public speaking yang kita baca dan pelajari, semuanya itu tidak akan bermanfaat sampai kita berani untuk mencobanya. Ya.. kalau dianalogikan seperti kita membeli banyak resep obat didokter atau di apotek namun kita tidak pernah mau mencoba meminum obat yang kita beli itu. Apakah kitah akan sembuh..?? entah lah...sepertinya tidak" begitu juga dengan public speaking. Kita tidak akan berhasil sampai kita mau mencobahnya. " just do it"
 Harold D lasswell mengatakan bahwa komunikasi adalah " who says what in which chanell to whom and with what effect " siapa yang mengatakan apa, dengan menggunakan media apa, kepada siapa, dan pengaruhnya apa. Sesederhana inilah sebenarnya hakekat proses komunikasi itu. Lalu kenapa tanpak begitu sulit, rumit dan menakutkan ketika proses ini dilakukan di depan public? Jawabannya karena kita tidak terlatih, kita tidak memiliki konsep, starategi dan persiapan yang mempuni.
Sekarang Mari kita ilustrasikan permasalahan ini kedalam sebuah cerita sederhana agar menjadi mudah untuk dicerna. Seorang pelajar anggap saja namanya Zia. Zia adalah anak yang sangat rajin, disiplin serta sangat tekun dalam belajar. Setiap malam dia selalu belajar serta tak lupa selalu mengerjakan soal-soal latihan yang kemungkinan besar akan dihadapi keesokan harinya.
 Pada malam harinya Zia selalu juga mengerjakan contoh-contoh soal latihan yang ada dalam buku yang dia pelajari. 1,2,3,4 bahkan sampai 10 soal test dia coba kerjakan dengan jenis, serta varian soal tes yang berbeda. keesokan harinya ketika diruang kelas secara tiba-tiba gurunya menunjuk Zia untuk maju kedepan kelas dan diminta untuk mengerjakan, menjawab serta menjelaskan soal latihan No 1 didepan teman-temannya. Pada saat situasi seperti ini saya yakin Zia akan tampil dengan gagah berani dengan penuh kepercayaan diri tingkat tinggi dan saya yakin bahwa Zia akan mampu menyelesaikannya dengan sangat baik.Â
Karena apa? karena dia sudah mempersiapkan konsep serta cara menjawab pertanyaanya. Bahkan untuk soal tes no 2, 3, 4 dan seterusnya. Ilustrasi cerita sederhana inilah yang disebut dengan konsep persiapan yang matang. Konsep persiapan yang matang seperti ini sebenarnya merupakan salah satu stok amunisi cadangan yang siap kapan saja akan digunakan.
Mengerjakan soal tes 1,2,3,4 dan seterusnya sebenarnya merepresentasikan  janis  naskah, serta konsep pidato dengan varian yang berbedah yang harus dipersipakan dalam memory kita. Apakah maksudnya dengan meghafal  seluruh jenis pidato tersebut ? " tentu saja tidak " tugas kita hanya memahami konsep-konsep serta inti dari pidato-pidato tersebut. Pelajari garis besar dari setiap jenis pidato tersebut, pilihlah jenis pidato yang menurut kita itu adalah pidato yang terbaik entah itu pidato pernikahan, entah itu pidato dalam rangka acara kematian, ataupun syukuran  yang terpenting adalah pelajari, baca dan membaca secara kontinyu serta pahami garis-garis besar dan hal-hal penting yang memang harus disampaikan.
Kembali saya ilustrasikan begini. Saat kita datang ke suatu acara, tiba-tiba anda diminta untuk tampil ke atas panggung untuk menyanyikan satu buah lagu. Dalam situasi sperti ini sangat kecil kemungkinan kita menerima panggilan tersebut tanpa adanya persiapan terlebih dahulu kecuali kita menggunakan catatan. Persiapan apa yang saya maksud?, persiapan yang saya maksud disini adalah setidaknya ada satu lagu yang memang benar-benar sudah kita hafal  dan fahami sehingga kita mampu menyanyikan lagu dengan baik. Saat bernyanyi kita tidak mesti menggunakan kata-kata sebagai mana yang kita hafal.Â
Boleh saja kita mengubah dan menggantinya dengan  kata-kata yang lain yang terpenting tidak mengubah nada serta irama lagunya. Pidatopun begitu tidak berbeda dengan menyanyi di atas panggung keduanya dapat dikatakan proses komunikasi verbal, hanya menyanyi menggunakan cengkok, irama, nada dan note tertentu sedangkan pidato tidak diharuskan sekomplit itu. Kedua proses komunikasi verbal ini sama-sama membutuhkan persiapan kata-kata hafalan yang harus disampaikan/dinyanyikan. Saya kembali menekankan kembali disini bahwa bukan menghafal kata demi kata dari setiap konsep yang kita buat tapi, hafalkanlah garis besar yang memang penting yang harus disampaikan kemudian kembangkanlah  Konsep dan kata-kata yang kita hafal tadi dalam bentuk improvisasi yang situasional. Â
Suatu ketika kita hadir diacara kematian, pernikahan ataupun acara lainnya dan tiba-tiba kita diminta untuk memberikan kata sambutan, kita sudah memiliki amunisi simpanan yang sudah siap ditembakan. Jenis konsep persiapan seperti ini Terlihat sulit memakan waktu dan tenaga. Namun, inilah salah satu konsep dan strategi yang cukup baik untuk pembicara pemula. Ya, anggap saja setelah kita membaca tulisan ini kita memiliki segudang jadwal padat, dan dari setiap jadwal undangan padat itu kita adalah pembicaranya. Jadi satu satunya cara ampuh untuk mengatasi permasalahan itu adalah mempersiapkan konsep dan strategi sedini mungkin. Â
Mempersiapakan Konsep serta strategi sedini mungkin merupakan proses pembelajaran bagi pembicara pemula yang benar-benar harus dilakukan. Hal yang perlu diingat adalah tidak ada proses instan untuk menjadi seorang yang sukses. Semua membutuhkan perjuangan, kerja keras, komitmen dan keberanian dalam mengambil keputusan. Pisau tidak akan langsung tajam hanya dengan satu kali diasah perlu berkali kali asahan untuk membuat sebuah pisau yang luar biasa tajam. Â Begitu juga dengan public speaking. Gunakanlah asahan pertama dengan asahan yang terbaik sehingga hasilnya menakjubkan. Â "Just do it"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H