Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Hanya di Tanjung "Suba Tobo" Layani Ngopi 24 Jam

13 Februari 2019   22:51 Diperbarui: 13 Februari 2019   23:12 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngopi di Tanjung "Suba Tobo", Desa Lewoingu, Kecamatan Titehana, Kabupaten Flores Timur.Dokumen pribadi

Visi "Selamatkan Orang Muda Flores Timur" yang diusung Bupati, Antonius Hubertus Gege Hadjon dan Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, memberi angin segar dan iklim kondusif untuk lahir, tumbuh dan berkembangnya kreasi Orang Muda Flotim. Berbagai usaha kreatif orang muda secara mandiri hadir dan memberi ikon tersendiri dalam derap gerak pembangunan di daerah.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Maria Goreti (kiri) Rafael Kumanireng (kanan) suami istri yang menggagas tempat ngopi 24 jam di Tanjung "Suba Tobo"

Menjadi peternak ayam, ternak kambing, ternak babi, memelihara puyuh, menjual bunga, melukis, pembuat pot bunga, pemahat, usaha cafe adalah warna-warni "kebangkitan" orang muda Flotim dalam menjawabi visi "Selamat Orang Muda". Bahwa tidak harus menunggu modal dari pemerintah, namun lewat semangat yang dibangun, iklim yang tercipta, mampu mematik semangat orang muda untuk berkreasi.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Salah satu titik tumbuhnya kreasi orang muda adalah Tanjung "Suba Tobo". Tempat ini melayani pengunjung untuk menikmati kopi khas Flores Timur yakni Kopi Leworok selama 24 jam. Belum pernah ada sebelumnya, tempat yang sama seperti dikembangkan di Tanjung "Suba Tobo" ada di Flores Timur.

Menyebut nama "Suba Tobo" di telinga orang Flores Timur sendiripun masih asing, sebab tempat ini baru beroperasi awal Bulan Februari  2019 kemarin. Selain belum banyak pengunjung, informasi dan publikasi akan tempat ini, belum viral di media. Kalaupun ada, belum melengkapinya dengan nama tempat ini.

Penulis pada Rabu malam, (13/2/19) bertemu langsung dengan inisiator sekaligus pemilik tempat bernama Tanjung "Suba Tobo" ini. Mereka adalah Rafael Kumanireng dan Maria Goreti Oi Tukan. Pasangan suami istri.

Potret dengan latar Pulau Konga dan Tanjung
Potret dengan latar Pulau Konga dan Tanjung
Penyebutan Tanjung "Suba Tobo" menurut penuturan Aceng, nama sapaan Rafael Kumanireng bahwa, cerita itu ia dapatkan dari cerita orang tuanya. Dulu salah satu Nenek Moyang mereka yang bernama Suba, berubah menjadi batu persis di tanjung tidak jauh dari tempat pembuatan pondok untuk melayani pengunjung menikmati kopi saat ini.

"Dulu, menurut cerita orang tua saya, ada seorang kakek kami bernama Suba. Hampir setiap hari ia memancing di tanjung di bawah ini, yang berhadapan dengan Pulau Konga. Ia duduk dan memandang hamparan laut yang luas, Pulau Konga, Pulau Solor, dan keindahan di sekitarnya. Rasa kagum itu terus memuncak dan kejadian begitu ajaib, Kakek kami Suba tadi, tiba-tiba berubah menjadi batu.

Dokumen pribadi
Dokumen pribadi
Dan batu itu, saat ini masih ada, berbentuk seperti manusia dalam posisi duduk, sambil memegang busur dan panah. Di sampingnya terdapat seokor anjing yang turut berubah menjadi batu. Anjing ini adalah milik Kakek kami Suba. Sejak itu, tanjung ini dikenal dengan Tanjung "Suba Kote". Memang menyebutkan nama suatu tempat tentu tidak sekedar menyebutnya, tetapi mesti ada cerita sejarahnya,"kata Aceng.

Tanjung "Suba Tobo" umumnya dikenal dengan "Tanjung Eputobi/Tanjung Istirahat. Berada di Eputobi, Desa Lewoingu, Kecamatan Titehena, Kabupaten, Flores Timur. Tempat yang ramai dikunjungi setiap hari oleh wisatawan untuk foto dan selfi.

Di Tanjung "Suba Tobo" adalah salah satu spot baru, dimana terdapat pondok yang menjorok menghadap ke laut. Semuanya terbuat dari papan dan batang kelapa. Tiangnya terbuat dari batang pohon tua yang berukuran besar dan kuat. Ada dua lantai. Lantai bawah sebagai ruang tidur pemilik, dan lantai dua yang langsung berhadapan dengan jalan umum Trans Larantuka-Maumere dan sebaliknya. Di atas diletahkan beberapa meja dan kursi yang terbuat dari akar kayu yang dipotong dan dirancang sedemikian rupa dengan nuansa lokalitas.

Sementara ini, tersedia kopi Leworok, dengan satu porsi Rp.5.000 (Lima ribu rupiah). Kelebihan tempat ini adalah selain bisa menikmati pemadangan alam yang eksotis, pengunjung bisa datang kapan saja. Pelayanannya 24 jam. Walau belum lama dibuka, pemilik tempat ini setiap hari kewalahan menerima padatnya pengunjung.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun