Ngopi di Tanjung "Suba Tobo", Desa Lewoingu, Kecamatan Titehana, Kabupaten Flores Timur.Dokumen pribadi
Visi "Selamatkan Orang Muda Flores Timur" yang diusung Bupati, Antonius Hubertus Gege Hadjon dan Wakil Bupati Flores Timur, Agustinus Payong Boli, memberi angin segar dan iklim kondusif untuk lahir, tumbuh dan berkembangnya kreasi Orang Muda Flotim. Berbagai usaha kreatif orang muda secara mandiri hadir dan memberi ikon tersendiri dalam derap gerak pembangunan di daerah.
Menjadi peternak ayam, ternak kambing, ternak babi, memelihara puyuh, menjual bunga, melukis, pembuat pot bunga, pemahat, usaha cafe adalah warna-warni "kebangkitan" orang muda Flotim dalam menjawabi visi "Selamat Orang Muda". Bahwa tidak harus menunggu modal dari pemerintah, namun lewat semangat yang dibangun, iklim yang tercipta, mampu mematik semangat orang muda untuk berkreasi.
Menyebut nama "Suba Tobo" di telinga orang Flores Timur sendiripun masih asing, sebab tempat ini baru beroperasi awal Bulan Februari 2019 kemarin. Selain belum banyak pengunjung, informasi dan publikasi akan tempat ini, belum viral di media. Kalaupun ada, belum melengkapinya dengan nama tempat ini.
Penulis pada Rabu malam, (13/2/19) bertemu langsung dengan inisiator sekaligus pemilik tempat bernama Tanjung "Suba Tobo" ini. Mereka adalah Rafael Kumanireng dan Maria Goreti Oi Tukan. Pasangan suami istri.
"Dulu, menurut cerita orang tua saya, ada seorang kakek kami bernama Suba. Hampir setiap hari ia memancing di tanjung di bawah ini, yang berhadapan dengan Pulau Konga. Ia duduk dan memandang hamparan laut yang luas, Pulau Konga, Pulau Solor, dan keindahan di sekitarnya. Rasa kagum itu terus memuncak dan kejadian begitu ajaib, Kakek kami Suba tadi, tiba-tiba berubah menjadi batu.
Tanjung "Suba Tobo" umumnya dikenal dengan "Tanjung Eputobi/Tanjung Istirahat. Berada di Eputobi, Desa Lewoingu, Kecamatan Titehena, Kabupaten, Flores Timur. Tempat yang ramai dikunjungi setiap hari oleh wisatawan untuk foto dan selfi.
Di Tanjung "Suba Tobo" adalah salah satu spot baru, dimana terdapat pondok yang menjorok menghadap ke laut. Semuanya terbuat dari papan dan batang kelapa. Tiangnya terbuat dari batang pohon tua yang berukuran besar dan kuat. Ada dua lantai. Lantai bawah sebagai ruang tidur pemilik, dan lantai dua yang langsung berhadapan dengan jalan umum Trans Larantuka-Maumere dan sebaliknya. Di atas diletahkan beberapa meja dan kursi yang terbuat dari akar kayu yang dipotong dan dirancang sedemikian rupa dengan nuansa lokalitas.
Sementara ini, tersedia kopi Leworok, dengan satu porsi Rp.5.000 (Lima ribu rupiah). Kelebihan tempat ini adalah selain bisa menikmati pemadangan alam yang eksotis, pengunjung bisa datang kapan saja. Pelayanannya 24 jam. Walau belum lama dibuka, pemilik tempat ini setiap hari kewalahan menerima padatnya pengunjung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H