Mohon tunggu...
Maksimus Masan Kian
Maksimus Masan Kian Mohon Tunggu... Guru - Guru Kampung

Pria

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Rupa Mangu, Anak Kampung yang Membiayai Kuliah dari Menulis

9 Februari 2019   15:08 Diperbarui: 11 Februari 2019   00:29 518
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kami kadang menghabiskan waktu berlama lama, hanya berdiskusi seputar dunia memulis. Dan memasang target untuk setiap minggu selalu ada tulisan kami yang terekspos di koran, katanya.

Tamat dari SPG Podor, Kondradus Mangu memilih mengajar di SMPS Katolik 1912, tahun 1989 sampai 1994. Pada sekolah kampung halamannya Gubernur NTT ini, Ia mengajar Mata Pelajaran Bahasa Indonesia.

Niat yang besar untuk mengasah kemampuan di dunia jurnalis mendorongnya harus "merantau" ke Kupang, Ibu Kota Provinsi NTT. Tujuannya, adalah mencari lembaga yang dapat meningkatkan kemampuannya dalam menulis. Tak butuh waktu lama, ia diterima bekerja di Koran Suara Timor.

Sambil bekerja di Koran Timor, ia juga menjadi koresponden. Majalah Travel Club. Tahun 1998-1999, lewat ajakan temannya Mans Balawala, berdua ke Dili dan mengolah Koran Novas, Pimpinan Freddy Wahon. Kurang lebih 11 bulan di Dili, putra dari Bapak Mateus Kopong Bura (almahrum) ini memutuskan kembali ke kampung halaman dan berniat mengadu nasib ke Ibu Kota Negara, Jakarta. Sama seperti di Kupang, niatnya ke Jakarta juga ingin meningkatkan kapasitasnya dalam dunia menulis.

2001, Ia ke Jakarta. Di Jakarta, tinggal di Depok. Dengan pengalamannya menulis yang ada dan namanya sudah dikenal, Ia langsung diajak bekerja oleh seorang teman namanya Ansel Deri. Pertama bekerja menjadi Wartawan Ozon. Sebuah Majalah Lingkunga Hidup.

"Saya bersyukur tiba di Jakarta langsung dapat kerja. Sebagai wartawan di lapangan, setiap hari kami mencari isu isu aktual di lapangan. Saya sering juga di Kantor DPR/MPR. Sempat ditugaskan ke Surabaya peliputan di Semen Gersik, peliputan di Yogyakarta, Jawa Barat dan beberapa wilayah lainnya. Setelah punya penghasilan, saya kemudian berniat melanjutkan pendidikan ke jenjang strata satu (Sarjana). Memilih Jurusan Bahasa dan Sastra, saya mendaftarkan diri di Universitas Indra Prasya (Unindra) Jakarta Selatan. Semua biaya kuliah hingga sarjana saya dapat biayai dari hasil menulis," kisahnya.

Benar benar menjadi teladan. Kuliah sambil kerja. Dan kerja untuk membiayainya adalah dengan menulis. Sungguh ini langkah di zaman itu. Ketekunan yang ia lewati dan proses yang tak pernah letih, menghantarnya meraih gelar sarjana pendidikan pada tahun 2010. 

Sejak itu ia mengabdikan dirinya sebagai guru di SD St. Fransiskus Tebet, kemudian mengajar di SMK Setya Bahkti dan SD Setya Bahkti hingga sekarang. Aktivitasnya dalam mengajar, tidak mematahkan semangatnya untuk terus menulis. 

Hingga saat ini, ia menjadi penulis di beberapa media diantaranya; Sahabat Pena, Travel Club, Mingguan Hidup, Majalah Praba Yogyakarta, Majalah Utusan Yogyakarta, Majalah Internasional Ucean News, penakatolik, Depoedu.

Dalam menulis, hal yang paling disukai adalah menulis profil pengalaman iman seseorang. Baginya, dengan mewawancara profil orang seperti itu, secara tidak langsung, kita mendapatkan katekese gratis.

"Kita sepertinya turut merasakan, apa yang dirasakan oleh orang yang kita wawancarai. Seorang Imam dalam khotbahnya, bisa mempengaruhi orang pada ruang terbatas yang dibatasi oleh dinding gereja, sementara lewat tulisan mampu menjangkau khalayak," tuturnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun