Banyak tulisannya bertengger di rubrik opini pada media lokal diantaranya, Pos Kupang, Timor Expres, VictoryNews, juga media daring seperti, detik.com dan lainnya.
Awalnya, saya berpikir, penulis hanya menulis seputar dunia kesehatan, sesuai latar ilmu dan profesimu. Ternyata dugaan saya salah. Alumni Pendidikan Ners di Fakultas Keperawatan Univeraitas Airlangga, Surabaya ini, seperti memberi bonus tambahan kepada pembaca dengan topik-topik lain yang  aktual dan menarik. Salah satu yang saya suka adalah tulisan dengan topik, "Menghadapi Serangan Hoax".Â
Sepakat bahwa, hoax hari ini sudah menjadi lahan bisnis oleh kelompok yang berkepentingan, maka mesti secara bersama kita lawan dan bumihanguskan. Kita tidak boleh terlena dan termakan dengan prilaku oknum yang menyesatkan ini. Apalagi secara gegabah membagikan informasi tanpa didahului dengan klarifikasi.
Ada lagi tulisan yang menurut saya menarik yakni, "Sisi Lain Piala Dunia". Bagi saya menarik, karena orang tidak berpikir menulis pertandingan bola kaki dengan kesehatan, saat hangatnya kompetisi itu sedang berlangsung. Paling yang diulas, pasti seputar tim mana yang menang, yang lolos ke babak berikut, siapa yang mencetak gol.Â
Penulis hadir, mengulas soal prilaku penonton yang menghabiskan waktu untuk menonton dan lupa tidur yang kemudian memengaruhi kesehatannya. Ini lagi-lagi menurut saya, penulis memiliki kepekaan yang luar biasa sebagai salah satu syarat seorang penulis.
Saya suka sekali argumentasinya pada tulisan "Berpikir Lagi Soal Menutup Prostitusi", terdapat di halaman 130-131. Jika narasi itu dibacakan di hadapan Pa Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore pasti ada pertimbangan lagi soal penutupan tempat prostitusi di Kota Kupang. He..he..Argumentasinya hebat.
"Dilema Menjadi Petani" adalah tulisan yang menurut saya memiliki muatan membangun motivasi orang muda untuk tidak gengsi masuk kebun. Tingginya sekolah akan mubazir, jika tidak terserap di dunia kerja. Berharap kerja di kantoran yang peluangnya kecil sementara lahan masih luas untuk bisa digarap.
Tulisan ini telah membentuk mind set orang untuk tidak memandang petani dan aktivitas bertani dengan sebelah mata. Kita membangun optimisme bersama, bahwa menjadi petani profesional justru dapat menghasilkan berkah yang berlimpah.Â
Profisiat buat Saverinus Suhardin. Sebagai pembaca, saya terhibur, tercerahkan dan ditambahkan pengetahuan. Teruslah mengalirkan mata air inspirasi melalui tulisan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H