Oleh karena itu, kreativitas jiwa yang diungkapkan oleh St. Teresia adalah benar. Manusia mampu menampilkan cinta yang luar biasa dalam kesibukan hidup sehari-hari yang sederhana. Gagasan Socrates bersifat rasional-intelektual. Ada suatu identifikasi antasa psyche dan tempat sejati intelek serta karakter individu. Manusia adalah makhluk rasional dan jiwanya adalah rasio atau inteleknya. Jika bagi para sofis nilai tradisional terkait erat dengan hal-hal badaniah: hidup, kesehatan tubuh, dan kecantikan serta hal ihwal yang berkaitan erat dengan aspek ekternal manusia, seperti kekayaan, kepopuleran, dan kekuasaan.Â
Socrates malah membalik semuanya itu. Baginya niali tertinggi terletak pada hal-hal batiniah rasional; jiwa lebih tinggi daripada badan dan manusia diidentikan dengan jiwa. Jika manusia dibedakan dari yang lain karena batin atau jiwanya dan jika jiwa adalah aku sadar, tahu, dan rasional maka keutamaan (arete) atau apa yang mewujudkan secara penuh kesadaran dan intelegensi demikian adalah ilmu dan pengetahuan.Â
Tuhan Menyejarah dalam Hidup Manusia (hlm. 21-23)
Aliran filsafat belum pernah membahas tema "Tuhan" hingga Agama Katolik mulai berkembang di sekitar peradaban Yunani. Sejak itu konsep tersebut menyejarah. Maksudnya ialah bahwa Tuhan senantiasa terlibat dalam keseharian manusia. Entah dalam keadaan suka maupun duka, Ia selalu terlibat. Menurut Paulus, seorang Rasul Kristus, Tuhan adalah Dia yang dari-Nya segala prinsip ada, bergerak, dan hidup mengalir.Â
Oleh karena itu, pada prinsip filsafat, Tuhan diidentikan dengan prinsip "Ada". Tuhan adalah Dia yang mengada. Dengan kata lain, segala sesuatu berasal dan akan kembali kepada-Nya. Aristoteles mengungkapkan bahwa Tuhan adalah yang memungkinkan segalanya bergerak. Dia adalah asal dan tujuan segala apa yang ada. Atau dengan kata lain, Tuhan adalah sumber hidup. Sehingga oleh filsafat, hidup merupakan kesempurnaan.
Dengan demikian, hidup manusia identik dengan menyejarah. Peziarahan manusia memiliki awal dan akhir yakni Tuhan sendiri maka, sejarah manusia memperoleh keselamatannya di dalam Tuhan. Jika Tuhan adalah awal dan akhir hidup manusia maka Tuhan adalah penyusun sejarah sekaligus penggerak manusia menuju kepada-Nya sendiri.
Komentar
Dewasa ini umat manusia berada dalam periode baru sejarahnya. Tuhan yang menyejarah dalam hidup manusia pun dihayati secara lebih serius. Hal ini ditimbulkan oleh karena kecerdasan dan usaha kreatif manusia. Tuhan yang "mengada" bagi manusia oleh umat Kristiani diyakini bahwa kehadiran Kristus adalah bukti nyatanya. Adapun Gereja percaya bahwa Kristus yang telah datang "mengada" di dunia yang disalibkan dan wafat itu, lalu bangkit adalah untuk seluruh umat manusia (2Kor. 5:15). Ia mengaruniakan kepada manusia terang dan kekuatan melalui Roh-Nya supaya manusia mampu menanggapi panggilannya yang amat luhur.Â
Dengan kata lain Tuhan yang menyejarah dengan cara yang barangkali belum "dimengerti" oleh semua orang. Sebab jika demikian, Kristus Yesus tidak akan disaliblan. Gereja percaya bahwa kunci, pusat, dan tujuan seluruh sejarah hdiup manusia terdapat pada Tuhan dan Gurunya. Selain itu, Gereja menyatakan bahwa di balik segala perubahan ada banyak hal yang tidak berubah, dan yang mempunyai dasarnya yang terdalam pada diri Kristus, Dia yang tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya (bdk. Ibr. 13:8). Jadi, Kristus menjadi "Tuhan yang mengada" bagi manusia.Â
Tuhan dikatakan sebagai asal dan tujuan dari segala yang ada karena menurut Aristoteles yang membahas mengenai  realitas itu, mengungkapkan bahwa Tuhan menjadi causa prima.  Atau sebab pertama dari segala apa yang ada (dalam bab Allah Jauh dan Dekat). Ia juga menjadi penggerak yang tak-digerakan oleh yang lain. Maka Tuhan itu jauh mengatasi bahasa manusia. Bahasa manusia tidak mampu melukiskan Tuhan  yang menyejarah dengan sempurna sebab pengalamannya sendiri kerap tidak dapat diuraikan dengan tuntas dan memuaskan.Â
Tuhan adalah Konstruksi Hidup Manuisa (hlm. 23-27)