Mohon tunggu...
maksimianus jandu
maksimianus jandu Mohon Tunggu... Mahasiswa - belajar menjalani hidup

belajar menjadi manusia..

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Manusia dan Kematian

24 Maret 2021   12:21 Diperbarui: 16 April 2021   09:44 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perkembangan aku sejati bersama aku empiris ini berjalan menuju puncak yang tidak dapat diketahui kapan atau di mana puncak itu akan dicapai oleh manusia? 

Dari sinilah kita dapat menarik suatu kesimpulan bahwa kematian manusia itu merupakan suatu jedah atau kematian sementara. Karena pengalaman-pengalaman yang dialami setiap subjek itu berjalan menuju puncak kristalisasi. Karenannya sesudah kematian perkembangan atau dinamika tidak hilang begitu saja melainkan berjalan terus.

Inilah kekhasan dalam diri manusia yakni harapan. Harapan bahwa pada suatu saat pengalaman kristalisasi itu akan tercapai. Pengalaman kristalisasi berarti pengalaman kepenuhan, kesempurnaan, keutuhan, penghaburan yang menebalkan proses kemanusiaan.

Pendeknya bahwa pengalaman kristalisasi itu tidak lain daripada pengalaman kesempurnaan. 

Itulah puncak dari kehidupan manusia. Dengan demikian, paham ini secara tidak langsung menolak paham materialisme-nihilisme yang mengatakan bahwa sesudah kematian tidak ada apa-apanya. Maka perspektif harapan menjadi penting dalam kehidupan manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun