Segumpal daging yang diberi tulang
menjadi kuat dengan ruh yang bersemayam
lahirlah sosok insan yang suci
yang tak perduli dengan ambisi nafsu duniawi
dalam keadaan buta dan tuli
sepasang mata terus terjaga
sepasang tangan menggenggam dengan erat
dalam dekapan hangat, masih ada rasa takut
setelah daging tumbuh menjadi sosok yang gagah
kini, merasa risih dengan sepasang mata dan pelukan hangat
sepasang tangan yang dulu setia menuntun ditepiskan seakan tak pernah dibutuhkanÂ
dengan sombong dia berucap
aku tidak butuh tanganmu
jangan awasi aku
aku, punya dunia
yang bisa kuciptakan  dengan inginku
kepada orang asing kau berteriak
hey... ini aku, lihat ke sini!
aku istimewa
aku luar biasa
apakah kamu tidak lihat?
dibalik kecongkakannya ingin melepaskan diri
ternyata dia mengemis minta diperhatikan
padahal sepasang mata yang tulus memperhatikan diminta untuk buta
dan sepasang tangan yang setia merangkul, ditepis bagai serangga yang menyerang
nak, setelah kau letih dengan semua ini, kembalilah
setelah kau tak punya tempat, pulanglah
jika kau tak lagi punya pegangan datanglah
jika kau sudah tahu bahwa kami tak pernah pura-pura, kami yang akan menganggapmu sedang berpura-pura
karena bagi kami kau tetap istimewa
menjadi juara di hatiÂ
menjadi obat dikala sakit
menjadi penghibur disaat sedih
bagi kami kau adalah anugerah terindah
sejak dulu, hingga kini
takkan pernah terganti
kami selalu sayang padamu, wahai anakku
Kamis, 17 November 2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H