Mohon tunggu...
MAKRIPUDDIIN
MAKRIPUDDIIN Mohon Tunggu... Guru - Guru

Sebagai seorang guru jiwa selalu meronta untuk membantu siswaku meraih kesuksesan, tidak perduli lelah dan letih bagi saya mereka adalah teman sekaligus rasa bangga saya ketika melihat mereka berhasil meraih mimpinya. Bisa dibilang sudah menjadi bagian dari hobi selain membaca, menulis dan nonton film animasi. Berbagi cerita dengan siswa, mendengar kegundahan dan membantu mereka untuk berani melawan rasa takut mereka memiliki makna tersendiri.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kami Tak Pernah Pura-pura

17 November 2022   16:45 Diperbarui: 17 November 2022   17:00 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Segumpal daging yang diberi tulang

menjadi kuat dengan ruh yang bersemayam

lahirlah sosok insan yang suci

yang tak perduli dengan ambisi nafsu duniawi

dalam keadaan buta dan tuli

sepasang mata terus terjaga

sepasang tangan menggenggam dengan erat

dalam dekapan hangat, masih ada rasa takut

setelah daging tumbuh menjadi sosok yang gagah

kini, merasa risih dengan sepasang mata dan pelukan hangat

sepasang tangan yang dulu setia menuntun ditepiskan seakan tak pernah dibutuhkan 

dengan sombong dia berucap

aku tidak butuh tanganmu

jangan awasi aku

aku, punya dunia

yang bisa kuciptakan  dengan inginku

kepada orang asing kau berteriak

hey... ini aku, lihat ke sini!

aku istimewa

aku luar biasa

apakah kamu tidak lihat?

dibalik kecongkakannya ingin melepaskan diri

ternyata dia mengemis minta diperhatikan

padahal sepasang mata yang tulus memperhatikan diminta untuk buta

dan sepasang tangan yang setia merangkul, ditepis bagai serangga yang menyerang

nak, setelah kau letih dengan semua ini, kembalilah

setelah kau tak punya tempat, pulanglah

jika kau tak lagi punya pegangan datanglah

jika kau sudah tahu bahwa kami tak pernah pura-pura, kami yang akan menganggapmu sedang berpura-pura

karena bagi kami kau tetap istimewa

menjadi juara di hati 

menjadi obat dikala sakit

menjadi penghibur disaat sedih

bagi kami kau adalah anugerah terindah

sejak dulu, hingga kini

takkan pernah terganti

kami selalu sayang padamu, wahai anakku

Kamis, 17 November 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun