Mohon tunggu...
Sayyidatul Makrifah
Sayyidatul Makrifah Mohon Tunggu... Mahasiswa -

UIN MALANG

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bimbingan Konseling Islam kepada Waria

4 April 2016   07:38 Diperbarui: 12 April 2016   12:05 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Waria ?

Tentu tidak asing lagi dengan kata tersebut, semua orang tentu pernah menemuinya.

Secara umum masyarakat hanya bisa menerima dua identitas jenis kelamin yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagaimana bila dilihat pada KTP hanya ada 2 jenis kelamin.

Berperilaku sebagai waria memiliki banyak resiko. Meskipun banyak resiko jika memang jalan mereka yang ia tentukan seperti itu tetaplah mereka jalani, waria dihadapkan pada berbagai masalah yaitu penolakkan warga, kurangnya diterima atau bahkan tidak diterima, dianggap lelucon dan tidak diterima secara social.

Banyak komunitas - komunitas waria di dunia ini , termasuk di Indonesia. Termasuk pada daerah terpencil saya yaitu Kabupaten Trenggalek ada beberapa komunitas waria yang pernah saya jumpai,  biasanya para waria tersebut mencari pekerjaan di sudut-sudut kota , di terminal untuk menjajakan diri nya , ada juga yang bekerja di salon semata - mata hanya untuk mendapatkan uang.

Pernah saya melakukan pembicaraan singkat dengan seorang waria sebut saja namanya Mbak Agnes.

Tepatnya di Pagi hari pukul 05.00 di Desa Karangsuko Kabupaten Trenggalek bulan November 2015 untuk tanggal nya saya lupa. Kebetulan saya sedang jalan pagi bersama ibu saya dan kebetulan bertemu dengan Mbak Agnes yang pagi-pagi sudah di tebalkan dengan make up yang menor.

[ Percakapan ]

Saya dan ibu saya : Hai Mbak Agnes , jalan pagi kok sendirian?

Mbak Agnes : iya ini jalan pagi sendirian biar sehat dan tidak loyo.

Saya : kok sudah menor pagi-pagi mau bepergian ya mbak?

Mbak Agnes : iya mbak, nunggu pacar saya pulang jadi saya dandan pakek make up ( sambil ketawa )

Saya : pacarnya orang mana mbak ? Bentar lagi nikah dong. ( ketawa  sambil penasaran )

Mbak Agnes : ( senyum ) orang sana lo mbak ( menyebutkan kota tempat tinggal pacarnya ) , saya nungguin soalnya pacar saya mau pulang kerumah habis nyopir.

Saya : iya mbak. Apa mau nginep mbak?

Mbak Agnes : iya mbak mau nginep di rumah , maka dari itu saya dandan saya tungguin biar saya dapat uang.

Saya : enak ya dikasih uang?

Mbak Agnes : iya mbak kalau minta jatah ya habis itu saya di kasih uang buat jajan.

Saya : jatah ?

Mbak Agnes : iya mbak jatah, seperti umumnya suami istri.

Ibu saya : Astaghfirullah halladzim

Tidak panjang lebar saya dan ibu tidak meneruskan pembicaraan dan bergegas pamit jalan dahulu. Itulah singkat cerita pembicaraan saya memang sungguh mengejutkan.

[caption caption="Gambar waria"][/caption]Sekilas tentang Bimbingan Konseling Islam

Secara etimologis Bimbingan dan Konseling dari kata guidance dan counseling yang memiliki beberapa arti diantaranya memimpin , menunjukkan jalan , mengatur dan mengarahkan.

Pada umum nya memang di Indonesia ini ada banyak pondok pesantren yang di dalam nya umat islam laki-laki dan perempuan. 

Contoh nya : Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang , Pondok Pesantren Lirboyo di Kediri dll.

Namun menariknya di Yogyakarta ada pondok pesantren yang dinamakan pondok pesantren waria senin-kamis, kenapa di namakan seperti itu ?

Jawab nya : pondok pesantren ini menangani para waria berbagai profesi ada yang berprofesi sebagai pekerja malam, bekerja di salon , pengamen dll.

Kenapa di namakan senin - kamis ? Karena senin-kamis identik di Jawa adalah hari baik hari tirakat atau dikenal dengan puasa senin-kamis.

Pondok pesantren ini di pimpin oleh Bapak Maryani. Bapak Maryani ini mengumpulkan para waria-waria yang ada di Yogyakarta, para waria yang terkena bencana alam gunung meletus pun di Yogyakarta di kumpulkan di ajak di pondok pesantren untuk mengikuti mengajian, dzikir atau mujahadah. Kegiatan nya hari Rabu Pon Malam hari.

Kira-kira 15-20 orang yang datang. Memang unik banyak pondok pesantren yang di dalamnya adalah para waria. Adapun tujuan pesantren ini adalah memfasilitasi kaum waria untuk menyalurkan kebutuhan rohani nya beribadah kepada Tuhan YME. Tidak hanya untuk beribadah kepada  Sang Pencipta , namun di pesantren ini juga membuat kaum waria terampil akan kemampuan mereka.  Kaum waria pun diajari cara bekerja menguli dan bercocok tanam.

Ada ketakutan yang dialami Pak Maryani ini ketika seorang waria melakukan ibada di masjid takutnya para waria tersebut di anggap lelucon atau di cemooh, ada kalanya para masyarakat memandang aneh atau negatif tentang waria.

Sebenarnya niatan kaum waria sudah baik, sudah mau ikut pengajian atau dzikir di pondok pesantren hal itu untuk menyadarkan kaum para bahwasanya kematian itu akan datang di setiap saat serta untuk menyadarkan betapa salah perbuatan yang mereka lakukan, jika kodratnya laki-laki tetaplah menjadi laki-laki yang baik yang mampu memimpin.

Bapak Maryani ini tidak pantang menyerah untuk mengumpulkan kaum waria, pada pesantren nya ini Bapak Maryani membicarakan atau meminta masukkan kepada para Kyai-kyai besar untuk tahap yang lebih lanjut agar pesantren ini menjadi besar dan diketahui oleh banyak kalangan.

Jika sudah seperti ini bisa dinamakan kiamat sugra (kiamat kecil).

Untuk itu jika di sekitar kalian menemui kaum waria dekatilah mereka ajaklah mereka untuk kembali kejalan yang benar agar tidak menyesal di kemudia hari.

Semoga bermanfaat

[caption caption="Kljb"]

[/caption]

[caption caption="Kllkjb"]

[/caption]

[caption caption="Ibu ibu pengajian waria"]

[/caption]

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun