elegi rindu
di halaman rumahku,
masih tersisa bekas kakimu.
menari-nari sambil memanggil-manggil rindu
dan mengetuk-ngetuk pintu.
Â
terduakan
kenangan yang berdiri di belakangmu itu
begitu tampan,
sehingga aku merasa terduakan.
boleh kuajak ia berkenalan?
sebelum kutikam dan kukuburkan
di pekarangan dendam?
Â
elegi puisi
jam memejamkan menit satu persatu.
detik berjatuhan
di selangkangan nafas puisi patah hati.
yang tersengal-sengal akibat cinta bunuh diri.
Â
montage
di taman,
bunga-bunga saling beradu.
kupu-kupu asyik bercumbu.
di dada,
rindu menggebu-gebu.
nafas menghalimbubu.
Â
mimpi
malam.
tidur.
saat bangun,
sudah di selangkangan perempuan.
aku ini kerinduan, katanya.
Â
jarum jam
lidahku tertusuk jarum jam.
berputar dalam diam.
tik tok tik tok jadi kenangan.
Â
di pinggiran kuburan
seorang wanita mencoretcoret nisan.
: aku sudah kepincut dengan kematian, sayang.
Â
bulan tak menangis
suatu saat, bulan akan duduk di sudut kamar saat malam tiba sambil memandangi mawar yang telah menghitam di atas meja. tapi ia tidak akan pernah menangis.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H