Mohon tunggu...
MAKKATUL MUKARRAMAH
MAKKATUL MUKARRAMAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55522120025 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional dan Audit Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 1 Tax Audit - Diskursus Serat Tripama Untuk Kepatuhan Pajak Warga Negara - Prof Apollo

18 April 2024   00:58 Diperbarui: 18 April 2024   00:58 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa Itu Audit Kepatuhan Wajib Pajak?

Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara adalah proses pemeriksaan yang dilakukan oleh otoritas pajak untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakan yang telah ditetapkan oleh hukum pajak. Tujuan utamanya adalah untuk memastikan bahwa warga negara memenuhi kewajiban perpajakannya secara tepat waktu dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam audit ini, otoritas pajak melakukan pemeriksaan terhadap dokumen dan catatan keuangan wajib pajak untuk memverifikasi kepatuhan mereka terhadap peraturan perpajakan yang berlaku.

Kenapa Kepatuhan Wajib Pajak Penting ?

Kepatuhan wajib pajak penting karena beberapa alasan seperti :

  • Mendukung penerimaan negara > Kepatuhan wajib pajak membantu meningkatkan penerimaan negara dari segi pajak, yang merupakan sumber penting dalam pembiayaan pembangunan dan penyediaan layanan public.
  • Pemerataan beban pajak > Dengan memastikan semua wajib pajak memenuhi kewajiban mereka, beban pajak dapat dipertimbangkan secara adil dan merata di antara seluruh warga negara.
  • Peningkatan kesejahteraan masyarakat > Melalui optimalisasi penerimaan negara dari pajak, dana yang diperoleh dapat dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan program kesejahteraan sosial lainnya, yang pada gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
  • Pembangunan Ekonomi > Dengan adanya kepatuhan wajib pajak, pemerintah dapat memperoleh dana yang cukup untuk membiayai proyek-proyek pembangunan ekonomi, seperti pembangunan infrastruktur, yang mendukung pertumbuhan ekonomi negara.

Bagaimana Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara Indonesia ?

Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara Indonesia dilakukan oleh otoritas pajak untuk memeriksa dan menilai tingkat kepatuhan wajib pajak terhadap kewajiban perpajakan yang telah ditetapkan. Berikut adalah langkah-langkah umum dalam melakukan audit kepatuhan pajak di Indonesia:

  • Pemeriksaan Dokumen > Otoritas pajak akan memeriksa dokumen-dokumen dan catatan keuangan wajib pajak untuk memverifikasi kepatuhan mereka terhadap peraturan perpajakan yang berlaku
  • Pengujian Kepatuhan > Melakukan pengujian untuk memastikan bahwa wajib pajak telah memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
  • Pemeriksaan lapangan > Otoritas pajak dapat melakukan pemeriksaan langsung di tempat usaha atau tempat tinggal wajib pajak untuk mendapatkan informasi tambahan terkait kepatuhan mereka.
  • Penegakan Hukum > Jika ditemukan pelanggaran atau ketidakpatuhan, otoritas pajak dapat memberlakukan sanksi atau tindakan hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Langkah-langkah ini bertujuan untuk memastikan bahwa semua wajib pajak mematuhi kewajiban perpajakannya secara tepat waktu dan sesuai dengan aturan yang berlaku di Indonesia.

Document Pribadi (2024)
Document Pribadi (2024)

Apa itu Serat Tripama ? 

Serat Tripama adalah sebuah karya sastra Jawa yang dipercaya diciptakan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Mangkunegara IV, seorang tokoh kraton dari Kesultanan Surakarta. Karya ini terdiri dari tujuh bait tembang Dhandhanggula. Isi dari Serat Tripama meliputi ajaran nilai-nilai luhur yang diwariskan melalui tiga tokoh pewayangan, yaitu Patih Suwanda, Raden Kumbakarna, dan Raden Basukarna. 

Karya ini merupakan bagian dari tradisi sastra Jawa yang mengandung makna moral, etika, dan nasionalisme, serta menjadi warisan budaya penting bagi masyarakat Indonesia. Serat Tripama menekankan nilai-nilai kepahlawanan, nasionalisme, dan cinta tanah air, serta menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan karakter dan pendidikan moral di masyarakat. Melalui kisah-kisah dalam Serat Tripama, pembaca dapat belajar tentang sikap-sikap yang dihargai dalam budaya Jawa serta nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan bermasyarakat.

Serat Tripama merupakan karya sastra klasik Jawa yang mengandung ajaran moral dan etika. Hal ini menekankan pentingnya nasionalisme dan semangat kebangsaan di kalangan warga negara. Karakter dan simbol dalam Serat Tripama menyampaikan pesan tentang kejujuran, tanggung jawab, dan kewajiban, yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kepatuhan perpajakan.

Tujuh Bait Tembang Dhandhanggula Dalam Serat Tripama Jika Di Kaitkan Dengan Audit Pajak 

1. Pepeling supaya para prajurit prayogane niru sipat ksatria, lelabuhan / pangurbanan.

Pepeling adalah salah satu bait dalam Serat Tripama Pupuh Dhandhanggula, karangan KGPAA Mangkunegara IV. Pepeling ini mengajarkan para prajurit agar meniru sifat-sifat ksatria, seperti keberanian dan ketegasan, serta sikap tangguh dalam menghadapi tantangan, seperti halnya dalam perang.

Dalam konteks audit kepatuhan pajak, pepeling dapat diinterpretasikan sebagai pengingat kepada wajib pajak agar memahami dan meniru sikap kepatuhan seperti halnya seorang ksatria yang tangguh dan berani. Ini mencerminkan pentingnya untuk memiliki pemahaman yang baik tentang aturan pajak, menunjukkan ketegasan dalam memenuhi kewajiban pajak, serta sikap tangguh dalam menghadapi proses audit pajak.

Dengan memahami pepeling sebagai pengingat akan sifat-sifat ksatria, wajib pajak diharapkan dapat menghadapi proses audit dengan sikap yang berani, tegas, dan penuh kepatuhan, sehingga dapat memperkuat kepatuhan mereka terhadap kewajiban perpajakan.

  • Niru Sipat Ksatria > Para prajurit diajarkan untuk meniru sifat-sifat ksatria, seperti keberanian, kejujuran, dan loyalitas. Dalam konteks kepatuhan pajak, hal ini menggambarkan pentingnya integritas dan kewajiban untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan jujur dan berani.
  • Lelabuhan / pangurbanan > Merujuk pada tempat perlindungan atau perlunya memiliki landasan moral. Dalam audit kepatuhan pajak, lelabuhan ini dapat diartikan sebagai kesadaran akan kewajiban moral untuk mematuhi peraturan perpajakan demi kepentingan bersama dalam membangun masyarakat dan negara yang lebih baik.

2. Basur beteng toya pan casangka pan nyambat urip lan jiwat ing gaweanipun luhur, lara jati, karya murni.

Basur beteng toya pan casangka pan nyambat urip lan jiwat ing gaweanipun luhur, lara jati, karya murni merupakan bait dalam Serat Tripama Pupuh Dhandhanggula, karya KGPAA Mangkunegara IV. Pepeling ini menekankan pentingnya kesadaran dan keberanian dalam menjalani hidup yang luhur, penuh perjuangan, dan penuh pengabdian.

Dalam konteks audit kepatuhan pajak, pepeling ini mengajarkan bahwa kepatuhan pajak bukan hanya sekadar kewajiban hukum, tetapi juga menjadi bagian dari nilai-nilai yang luhur dan pengabdian kepada negara. Wajib pajak yang memiliki kesadaran dan keberanian untuk mematuhi aturan perpajakan akan menjalani hidup yang jujur, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi masyarakat.

Dengan demikian, basur beteng toya pan casangka pan nyambat urip lan jiwat ing gaweanipun luhur, lara jati, karya murni mengingatkan kita bahwa audit kepatuhan pajak bukan hanya sekadar penegakan hukum, tetapi juga merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan masyarakat yang adil, bertanggung jawab, dan berbudaya.

3. Caosira ngeri, sajekti angen-angen, eling-eling ngajeni, suksma tanpa tata, miji lan mokta kaendahan dipun sajati.

  • Caosira Ngeri > Merujuk pada ketakutan atau kecemasan yang muncul akibat potensi konsekuensi negatif dari tindakan yang melanggar aturan. Dalam audit kepatuhan pajak, caosira ngeri menggambarkan rasa takut terhadap sanksi atau konsekuensi hukum akibat pelanggaran peraturan perpajakan.
  • Sajekti Angen-angen > Menggambarkan keinginan atau aspirasi yang tulus. Dalam konteks audit pajak, sajekti angen-angen mencerminkan tekad untuk patuh secara sukarela terhadap kewajiban perpajakan sebagai bentuk komitmen moral dan etika yang kuat.
  • Eling-Eling Ngejeni >  Menyadari dan mengingat untuk selalu mematuhi aturan dan kewajiban, serta belajar dari pengalaman untuk tidak mengulangi kesalahan. Dalam audit kepatuhan pajak, eling-eling ngajeni mencerminkan pentingnya kesadaran dan pengingat akan kewajiban pajak serta pembelajaran dari pengalaman sebelumnya.
  • Suksma tanpa tata > Mengucapkan terima kasih tanpa tata krama atau tata cara yang sesuai. Dalam konteks audit pajak, suksma tanpa tata mengacu pada perlunya menghargai proses audit dan kerja keras petugas pajak dengan menyampaikan informasi yang akurat dan lengkap tanpa kelalaian atau manipulasi.
  • Miji Lan Mokta Kaendahan dipun sajati > Mengutamakan kejujuran dan integritas dalam segala aspek kehidupan. Dalam audit kepatuhan pajak, miji lan mokta kaendahan dipun sajati mencerminkan pentingnya prinsip kejujuran, transparansi, dan integritas dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

4. Seran ingles sedheng/sembah kang supaya paras amanat.

  • Seran Ingles Sedheng > Merupakan upaya untuk menyusun atau menata dengan rapi dan teratur, sehingga mencerminkan keteraturan dan ketertiban dalam menjalankan kewajiban perpajakan. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, seran ingles sedheng menggambarkan pentingnya memiliki sistem dan prosedur yang terstruktur untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan.
  • Sembah Kang Supaya Paras Amanat > Mengacu pada sikap hormat dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip integritas, transparansi, dan kejujuran dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Dalam konteks audit kepatuhan pajak, sembah kang supaya paras amanat mencerminkan pentingnya menjaga integritas dan mematuhi aturan dengan penuh tanggung jawab serta menghormati proses audit yang dilakukan oleh otoritas pajak.

5. Pan wates ingles wutuh, panguwasa ingles luhur wutuh, pawinih ananta pati kang sembayu suksma ngesti.

  • Pan Wates Ingles Wutuh > Mengacu pada kebutuhan untuk memiliki dasar yang kokoh dan kuat dalam menjalankan kewajiban perpajakan. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, hal ini menekankan pentingnya memiliki landasan yang solid, seperti pemahaman yang mendalam tentang aturan perpajakan dan proses-proses yang tepat untuk memastikan kepatuhan.
  • Panguwasa Ingles Luhur Wutuh > Menyiratkan perlunya memiliki pemimpin atau penguasa yang bertanggung jawab dan bermoral tinggi dalam menjalankan urusan perpajakan. Dalam konteks audit kepatuhan wajib pajak, hal ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang adil, transparan, dan mengutamakan kepatuhan terhadap aturan perpajakan.
  • Pawinih Ananta Pati Kang Sembayu Suksma Ngesti > Menggambarkan penghargaan dan rasa terima kasih yang dalam terhadap segala upaya dan kesempatan hidup yang diberikan. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, hal ini mencerminkan pentingnya kesadaran akan tanggung jawab sosial untuk mematuhi aturan perpajakan sebagai bentuk apresiasi terhadap kesempatan yang diberikan untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui pembayaran pajak.

6. Petung utami karsa suwung swara luhur suksma, pratandha kang mawa tentrem.

  • Petung utami Karsa suwung swara luhur suksma > Ungkapan ini mencerminkan pentingnya memiliki niat yang tulus dan kesadaran yang tinggi dalam menjalankan kewajiban perpajakan. "Petung Utami" merujuk pada niat atau tekad yang murni, "Karsa Suwung" menggambarkan tekad yang kuat dan teguh, "Swara Luhur" menunjukkan kesadaran yang tinggi dan integritas yang tak tergoyahkan, dan "Suksma" adalah penghargaan yang dalam terhadap kesempatan dan tanggung jawab yang diberikan. Dalam konteks audit kepatuhan wajib pajak, ungkapan ini menggarisbawahi pentingnya memiliki motivasi yang tulus dan komitmen yang kuat untuk mematuhi aturan perpajakan secara tepat dan jujur.
  • Pratandha kang mawa tentrem > Ungkapan ini menegaskan bahwa kepatuhan terhadap aturan perpajakan akan membawa kedamaian dan ketenangan. "Pratandha" merujuk pada kepatuhan atau ketaatan, sementara "mawa tentrem" menggambarkan memiliki kedamaian dan ketenangan batin. Dalam konteks audit kepatuhan wajib pajak, ungkapan ini menyoroti bahwa dengan mematuhi aturan perpajakan dengan baik, individu atau organisasi akan merasakan ketenangan pikiran dan kepastian bahwa mereka telah menjalankan kewajiban mereka dengan baik, tanpa kekhawatiran akan konsekuensi hukum atau sanksi.

7. Pambuka cahaya/pan sumber kasampurna, kasatrya luhur prakerti ananging para prajurit arya.

  • Pambuka Cahaya/pan Sumber Kasampurna > Ungkapan ini mencerminkan pentingnya integritas dan keadilan dalam menjalankan audit kepatuhan wajib pajak. "Pambuka Cahaya" atau "Pan Sumber Kasampurna" merujuk pada keberadaan yang memberikan cahaya atau sumber pengetahuan yang lengkap dan adil. Dalam konteks audit, hal ini menekankan bahwa audit harus dilakukan dengan integritas dan kecermatan yang menyeluruh, mengungkapkan segala informasi yang relevan dengan kepatuhan pajak.
  • Kasatrya Luhur Prekerti > Ungkapan ini menyoroti pentingnya memiliki sifat-sifat ksatria yang luhur, seperti keberanian, kejujuran, dan dedikasi dalam melakukan tugas. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, "Kasatrya Luhur Prakerti" menggambarkan auditor sebagai pahlawan yang menjalankan tugasnya dengan penuh integritas, keberanian, dan keadilan, tanpa memihak dan dengan kesadaran moral yang tinggi.
  • Ananging para prajurit arya > Ungkapan ini menekankan bahwa audit kepatuhan wajib pajak harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran akan peran yang dimiliki oleh para auditor. "Ananging Para Prajurit Arya" menggarisbawahi pentingnya menjalankan tugas dengan penuh dedikasi, profesionalisme, dan kepatuhan terhadap kode etik, sehingga hasil audit dapat dipercaya dan memiliki integritas yang tinggi.

"Serat Tripama" merupakan sebuah karya sastra klasik Jawa yang memuat ajaran tentang keteladanan satria atau prajurit. Dalam karya ini, terdapat tiga tokoh utama yang dijadikan teladan dalam keprajuritan, yaitu:

  • Patih Suwanda > Merupakan salah satu tokoh yang dipuja sebagai teladan keprajuritan. Ia dikenal sebagai sosok yang setia, berani, dan rela berkorban demi kebenaran serta tanah airnya.
  • Kumbakarna > Tokoh lainnya dalam "Serat Tripama" yang menjadi teladan dalam keprajuritan. Karakternya dipandang memiliki sifat-sifat yang luhur dalam konteks keberanian, kesetiaan, dan pengabdian kepada tanah air.
  • Suryaputera >  Merupakan tokoh ketiga dalam karya ini yang menjadi teladan keprajuritan. Suryaputera dipuji atas kesetiaannya kepada perintah, kesiapan untuk berkorban, dan komitmennya dalam membela kebenaran.

Ketiga tokoh ini mewakili nilai-nilai keprajuritan yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno, dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya.

Document Pribadi (2024)
Document Pribadi (2024)

Patih Suwanda dalam Konteks Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara

Patih Suwanda, sebagai tokoh dalam "Serat Tripama", menjadi simbol keteladanan dan kepatuhan yang dapat dihubungkan dengan audit kepatuhan pajak warga negara. Patih Suwanda, sebagai figur moral dalam sastra klasik, memberikan gambaran tentang pentingnya keteladanan dan kesadaran dalam konteks audit kepatuhan pajak warga negara.

  • Keteladanan > Patih Suwanda dalam "Serat Tripama" mencerminkan kesetiaan, pengorbanan, dan pembelaan terhadap kebenaran. Dalam audit kepatuhan pajak, kesetiaan terhadap kewajiban pajak dan kebenaran pelaporan menjadi nilai yang ditekankan.
  • Pengaruh > Studi menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak (tax audit) memengaruhi kepatuhan pajak warga negara. Demikian pula, karakter Patih Suwanda yang menjadi contoh keteladanan dapat memengaruhi perilaku warga negara dalam mematuhi kewajiban pajak.
  • Kesadaran > Audit kepatuhan pajak juga berkaitan dengan kesadaran warga negara terhadap pentingnya membayar pajak. Seperti dalam "Serat Tripama", kesadaran terhadap nilai-nilai moral menjadi pondasi kepatuhan, demikian pula kesadaran terhadap tanggung jawab pajak menjadi esensial dalam audit.

Kumbakarna dalam Konteks Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara

Kumbakarna, yang merupakan tokoh dalam "Serat Tripama", dapat dihubungkan dengan audit kepatuhan pajak warga negara melalui beberapa analogi:

  • Pengorbanan > Kumbakarna dalam cerita merupakan sosok yang rela berkorban jiwa raga. Dalam audit pajak, warga negara juga diharapkan rela berkorban dengan mematuhi kewajiban pajak untuk kemajuan bersama.
  • Kesadaran dan kepatuhan > Kumbakarna, sebagai teladan, membela kebenaran dan kewajiban dalam cerita. Dalam audit kepatuhan pajak, kesadaran terhadap kewajiban pajak dan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan menjadi penting untuk menjaga sistem perpajakan yang adil dan berkelanjutan.
  • Pemeriksaan > Kumbakarna, sebagai tokoh yang diuji dalam cerita, mencerminkan pentingnya pemeriksaan (audit) dalam menilai kepatuhan pajak warga negara. Pemeriksaan pajak dilakukan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dari wajib pajak.

Kumbakarna, dalam konteks ini, menggambarkan pentingnya kesadaran, pengorbanan, dan kepatuhan dalam audit kepatuhan pajak warga negara.

Suryaputera dalam Konteks Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara

Suryaputera dapat dihubungkan dengan audit kepatuhan pajak warga negara melalui beberapa analogi:

  • Kewajiban pajak > Suryaputera, sebagai tokoh yang memiliki kewajiban dalam cerita, mencerminkan kewajiban wajib pajak untuk memenuhi kewajiban perpajakannya.
  • Pengawasan kepatuhan > Pengawasan kepatuhan wajib pajak, seperti yang dilakukan oleh Suryaputera dalam menjalankan kewajibannya, merupakan salah satu fungsi yang dimiliki oleh Direktorat Jenderal Pajak.
  • Peran dalam Optimalisasi penerimaan pajak > Suryaputera juga mencerminkan tanggung jawab dalam memenuhi kewajiban perpajakan, yang berkontribusi pada optimalisasi penerimaan pajak negara.

Dengan demikian, Suryaputera, sebagai figur yang memegang kewajiban dan tanggung jawab, mencerminkan pentingnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak dalam konteks audit kepatuhan pajak warga negara.

Kaitan Sarat Wedotomo Dengan Audit Kepatuhan Pajak

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya, MangkunegaraIV, yang terkenal dengan Sarat Wedotomo, menekankan pentingnya kepemimpinan dan kepimpinan diri yang bijaksana dalam tradisi Jawa. Sarat Wedotomo, yang merupakan kumpulan ajaran moral dan etika Jawa, menjadi panduan bagi pemimpin dan individu untuk mengembangkan kepemimpinan yang bertanggung jawab dan beretika. Dalam konteks kepemimpinan, Mangkunegara IV mengajarkan pentingnya sikap rendah hati, kebijaksanaan, dan ketaatan terhadap aturan dan nilai-nilai tradisional Jawa. Dia dianggap sebagai pemimpin yang luar biasa dalam menjalankan pemerintahan yang transparan, akuntabel, dan bertanggung jawab kepada rakyatnya. Konsep kepemimpinan yang diajarkan oleh Mangkunegara IV juga mencakup pengembangan kepimpinan diri, termasuk keberanian, ketegasan, dan kemandirian dalam pengambilan keputusan. Ini tercermin dalam ajaran Serat Wedotomo tentang sikap rendah hati dan kesediaan untuk belajar dari pengalaman serta menjaga integritas diri.

Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara IV dikenal sebagai seorang pemimpin yang memiliki kebijakan yang transparan dan akuntabel dalam menjalankan pemerintahan. Dalam kaitannya dengan audit kepatuhan pajak, prinsip kepemimpinan dan kepemimpinan diri yang terdapat dalam ajaran Serat Wedhatama dapat menjadi pedoman bagi wajib pajak dan pemerintah untuk memastikan kepatuhan dalam kewajiban perpajakan. Berikut adalah hubungan antara ajaran kepemimpinan Sarat Wedotomo dengan audit kepatuhan pajak:

  • Kepemimpinan Transparasi > Sebagai pemimpin, KGPAA Mangkunegara IV menunjukkan transparansi dalam pemerintahannya. Dalam audit kepatuhan pajak, transparansi dalam penyampaian informasi pajak oleh pemerintah dan wajib pajak sangat penting untuk memastikan kepatuhan dan keadilan dalam sistem perpajakan.
  • Kepemimpinan diri > Serat Wedhatama mengandung ajaran tentang kepemimpinan diri yang kuat dan moralitas yang tinggi. Dalam konteks audit kepatuhan pajak, integritas dan tanggung jawab pribadi dalam membayar pajak serta mengikuti aturan perpajakan merupakan aspek penting yang ditekankan.
  • Nasionalisme dan kewajiban sosial > Serat Wedhatama juga mengajarkan nilai-nilai nasionalisme dan kewajiban sosial kepada masyarakat. Dalam konteks perpajakan, nasionalisme dapat mendorong wajib pajak untuk memenuhi kewajiban pajaknya demi kemajuan negara dan kesejahteraan Bersama.

Dengan menerapkan ajaran-ajaran Sarat Wedotomo dalam kepemimpinan dan kepemimpinan diri, baik pemerintah maupun wajib pajak dapat menciptakan lingkungan yang kondusif untuk meningkatkan kepatuhan pajak.

Docuement Pribadi (2024)
Docuement Pribadi (2024)

Apa implikasi dari penerapan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Serat Tripama dalam meningkatkan transparansi dan keadilan dalam proses audit kepatuhan pajak?


Penerapan prinsip-prinsip yang terkandung dalam Serat Tripama dapat memiliki implikasi yang signifikan dalam meningkatkan transparansi dan keadilan dalam proses audit kepatuhan pajak:

  • Kesederhanaan >  Prinsip kesederhanaan yang ditanamkan dalam Serat Tripama dapat membantu dalam menyederhanakan proses audit pajak, sehingga lebih mudah dipahami oleh wajib pajak dan mendorong transparansi dalam pelaporan pajak.
  • Kejujuran > Nilai kejujuran yang ditekankan dalam Serat Tripama akan mendorong terciptanya lingkungan yang jujur dalam pelaporan pajak, sehingga informasi yang disampaikan dalam proses audit lebih dapat dipercaya dan transparan.
  • Tanggung jawab Sosial >  Prinsip tanggung jawab sosial yang diajarkan dalam Serat Tripama dapat memotivasi wajib pajak untuk mematuhi kewajibannya secara adil dan bertanggung jawab, sehingga meningkatkan keadilan dalam proses audit pajak.

Dengan demikian, penerapan nilai-nilai dalam Serat Tripama dapat memberikan landasan moral yang kuat untuk meningkatkan transparansi dan keadilan dalam proses audit kepatuhan pajak.

Bagaiman Peran Serat Tripama Untuk Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara ?
Serat Tripama, karya sastra Jawa yang mengandung nilai-nilai moral dan etika, memiliki peran penting dalam audit kepatuhan pajak warga negara. Berikut adalah beberapa cara di mana Serat Tripama dapat memengaruhi audit kepatuhan pajak:

  • Mengedepankan kejujuran > Prinsip kejujuran dalam Serat Tripama mendorong auditor untuk melakukan audit dengan integritas tinggi, menghindari praktik-praktik tidak etis seperti manipulasi data atau penyalahgunaan kewenangan.
  • Mendorong transparasi > Serat Tripama mengajarkan nilai-nilai transparansi dan tanggung jawab sosial, yang dapat menginspirasi auditor untuk menjalankan tugas mereka dengan cara yang adil dan terbuka, sehingga proses audit pajak menjadi lebih terpercaya.
  • Memberikan inspirasi moral > Dengan menyajikan kisah-kisah tentang kejujuran, tanggung jawab, dan kesetiaan, Serat Tripama dapat memberikan inspirasi moral kepada auditor untuk menjalankan tugas mereka dengan penuh integritas dan etika yang tinggi.

Kenapa Serat Tripama penting dalam Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara ?

Serat Tripama memiliki relevansi penting dalam audit kepatuhan pajak warga negara karena:

  • Kisah-kisah dalam Serat Tripama memberikan contoh positif tentang kepatuhan terhadap nilai-nilai moral, yang dapat dijadikan inspirasi bagi auditor dalam menjalankan tugas mereka dengan penuh integritas dan tanggung jawab.
  • Serat Tripama menekankan pentingnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, yang dapat memotivasi warga negara untuk mematuhi kewajiban perpajakan sebagai bagian dari kontribusi mereka terhadap negara.

Daftar Pustaka

Cahyonowati, et all. (2012) "Peranan Etika, Pemeriksaan, Dan Denda Pajak Untuk Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi," Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Indonesia: Vol. 9: Iss. 2, Article 3. Doi: https://doi.org/10.21002/Jaki.2012.09

Afifah. (2009). Hukum Administrasi Negara Dalam Pelaksanaan Perpajakan Di Indonesia.". Https://Www.Researchgate.Net/Publication/336845430_Hukum_Administrasi_Negara_Dalam_Pelaksanaan_Perpajakan_Di_Indonesia_Oleh_Wilda_Afifah

Mustofa, M. (2022). Perilaku Kepatuhan Membayar Pajak Negara Demokrasi Dan Non Demokrasi. Efisiensi: Kajian Ilmu Administrasi, 19(2), 222-235. 10.21831/Efisiensi.V19i2.53578

Agun, et all,.  (2022). Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Memenuhi Kewajiban Perpajakan Orang Pribadi. Wicaksana: Jurnal Lingkungan Dan Pembangunan, 6(1), 23-31. Https://Ejournal.Warmadewa.Ac.Id/Index.Php/Wicaksana

Nugrahanto, & Nasution, S. (2019). Pengaruh Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Di Indonesia. Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara (Pkn), 1(1), 21-21. Https://Doi.Org/10.31092/Jpkn.V1i1.607

Mukhlis, & Timbul. "Pentingnya Kepatuhan Pajak Dalam Meningkatkan Kesejahteraan Hidup Masyarakat." Maksi, 2011. Https://Www.Neliti.Com/Publications/220282/Pentingnya-Kepatuhan-Pajak-Dalam-Meningkatkan-Kesejahteraan-Hidup-Masyarakat#Cite

Christian, & Aribowo. (2021). Pengawasan Kepatuhan Perpajakan Wajib Pajak Strategis Di Kpp Pratama Sukoharjo. Jurnal Pajak Indonesia (Indonesian Tax Review), 5 (2), 102--107. Https://Doi.Org/10.31092/Jpi.V5i2.1320

Javanologi. (2019). Ajaran Luhur Dalam Sastra Klasik "Serat Tripama" Karya K.G.P.A.A. Mangkunegara Iv. Https://Javanologi.Uns.Ac.Id/2019/12/31/Ajaran-Luhur-Dalam-Sastra-Klasik-Serat-Tripama-Karya-K-G-P-A-A-Mangkunagara-Iv/

Mangkunegara, I. (2020). Nilai-Nilai Budi Pekerti Dalam Serat Tripama Karya Mangkunagara Iv Sebagai Sarana Pendidikan Karakter. Https://Doi.Org/10.52829/Pw.278

Nugrahanto, & Cahyono, (2020). Tax Audit And Compliance Of Indonesian Individual Taxpayers. In Public Sector Accountants And Quantum Leap: How Far We Can Survive In Industrial Revolution 4.0? (Pp. 391-396). Routledge. Https://Doi.Org/10.31092/Jia.V4i2.981

Prayoga, A., ett all,. (2021). Pengaruh Pemeriksaan Pajak, Pemahaman Peraturan, Sanksi Pajak, Dan Relasi Sosial Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Restoran. Jurnal Akuntansi, Perpajakan, Dan Auditing,Vol. 2, No. 2, Hal 318-343. Https://Doi.Org/Xx.Xxxxx/Japa/Xxxxx.Issn:2722-9823

Saputro E (2022) Serat Tripama: Warisan Karakter Nasionalisme Bagi Bangsa Indonesia. Https://Kumparan.Com/Eko-Budi-Saputro/Serat-Tripama-Warisan-Karakter-Nasionalisme-Bagi-Bangsa-Indonesia-1z6kvig0jpy

Apollo .(2021). "Kepemimpinan KGPAA Mangkunegara Iv", Https://Www.Kompasiana.Com/Balawadayu/61c49cdd7a6d88169655a334/Kepemimpinan-Kgpaa-Mangkunegara-Iv

Munandar, Siswoyo A., And Atika Afifah. "Ajaran Tasawuf Dalam Serat Wedhatama Karya K.G.P.A.A Mangkunegara Iv." Kaca, Vol. 10, No. 1, Feb. 2020, Pp. 78-107, Doi:10.36781/Kaca.V10i1.3064.

Pasaribu, D,. et all,. (2023). Analysis Of Taxpayer Compliance And Audit In The Context Of Taxation In Indonesia. Amnesty: Jurnal Riset Perpajakan, 6(2), 161-164. (Https://Journal.Unismuh.Ac.Id/Index.Php/Jrp-Amnesty)

Suwailim, G,. et all,. (2023). Dissemination And Tax Knowledge Analysis On Tax Compliance. Jurnal Pajak Dan Keuangan Negara (Pkn), 5(1), 108-115. Https://Doi.Org/10.31092/Jpkn.V5i1.2043

Https://Datacenter.Ortax.Org/Ortax/Aturan/Show/17683

Wulandari, H. A. (2015). Pengaruh Prinsip Transparansi Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Mojokerto. Publika, 3(8). https://doi.org/10.26740/publika.v3n8.p%25p

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun