Karya ini merupakan bagian dari tradisi sastra Jawa yang mengandung makna moral, etika, dan nasionalisme, serta menjadi warisan budaya penting bagi masyarakat Indonesia. Serat Tripama menekankan nilai-nilai kepahlawanan, nasionalisme, dan cinta tanah air, serta menjadi sumber inspirasi dalam pengembangan karakter dan pendidikan moral di masyarakat. Melalui kisah-kisah dalam Serat Tripama, pembaca dapat belajar tentang sikap-sikap yang dihargai dalam budaya Jawa serta nilai-nilai yang dianggap penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Serat Tripama merupakan karya sastra klasik Jawa yang mengandung ajaran moral dan etika. Hal ini menekankan pentingnya nasionalisme dan semangat kebangsaan di kalangan warga negara. Karakter dan simbol dalam Serat Tripama menyampaikan pesan tentang kejujuran, tanggung jawab, dan kewajiban, yang dapat diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk kepatuhan perpajakan.
Tujuh Bait Tembang Dhandhanggula Dalam Serat Tripama Jika Di Kaitkan Dengan Audit PajakÂ
1. Pepeling supaya para prajurit prayogane niru sipat ksatria, lelabuhan / pangurbanan.
Pepeling adalah salah satu bait dalam Serat Tripama Pupuh Dhandhanggula, karangan KGPAA Mangkunegara IV. Pepeling ini mengajarkan para prajurit agar meniru sifat-sifat ksatria, seperti keberanian dan ketegasan, serta sikap tangguh dalam menghadapi tantangan, seperti halnya dalam perang.
Dalam konteks audit kepatuhan pajak, pepeling dapat diinterpretasikan sebagai pengingat kepada wajib pajak agar memahami dan meniru sikap kepatuhan seperti halnya seorang ksatria yang tangguh dan berani. Ini mencerminkan pentingnya untuk memiliki pemahaman yang baik tentang aturan pajak, menunjukkan ketegasan dalam memenuhi kewajiban pajak, serta sikap tangguh dalam menghadapi proses audit pajak.
Dengan memahami pepeling sebagai pengingat akan sifat-sifat ksatria, wajib pajak diharapkan dapat menghadapi proses audit dengan sikap yang berani, tegas, dan penuh kepatuhan, sehingga dapat memperkuat kepatuhan mereka terhadap kewajiban perpajakan.
- Niru Sipat Ksatria > Para prajurit diajarkan untuk meniru sifat-sifat ksatria, seperti keberanian, kejujuran, dan loyalitas. Dalam konteks kepatuhan pajak, hal ini menggambarkan pentingnya integritas dan kewajiban untuk mematuhi peraturan perpajakan dengan jujur dan berani.
- Lelabuhan / pangurbanan > Merujuk pada tempat perlindungan atau perlunya memiliki landasan moral. Dalam audit kepatuhan pajak, lelabuhan ini dapat diartikan sebagai kesadaran akan kewajiban moral untuk mematuhi peraturan perpajakan demi kepentingan bersama dalam membangun masyarakat dan negara yang lebih baik.
2. Basur beteng toya pan casangka pan nyambat urip lan jiwat ing gaweanipun luhur, lara jati, karya murni.
Basur beteng toya pan casangka pan nyambat urip lan jiwat ing gaweanipun luhur, lara jati, karya murni merupakan bait dalam Serat Tripama Pupuh Dhandhanggula, karya KGPAA Mangkunegara IV. Pepeling ini menekankan pentingnya kesadaran dan keberanian dalam menjalani hidup yang luhur, penuh perjuangan, dan penuh pengabdian.
Dalam konteks audit kepatuhan pajak, pepeling ini mengajarkan bahwa kepatuhan pajak bukan hanya sekadar kewajiban hukum, tetapi juga menjadi bagian dari nilai-nilai yang luhur dan pengabdian kepada negara. Wajib pajak yang memiliki kesadaran dan keberanian untuk mematuhi aturan perpajakan akan menjalani hidup yang jujur, bertanggung jawab, dan bermanfaat bagi masyarakat.
Dengan demikian, basur beteng toya pan casangka pan nyambat urip lan jiwat ing gaweanipun luhur, lara jati, karya murni mengingatkan kita bahwa audit kepatuhan pajak bukan hanya sekadar penegakan hukum, tetapi juga merupakan bagian dari upaya untuk menciptakan masyarakat yang adil, bertanggung jawab, dan berbudaya.