Mohon tunggu...
MAKKATUL MUKARRAMAH
MAKKATUL MUKARRAMAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Magister Akuntansi - NIM 55522120025 - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Pajak Internasional dan Audit Pajak - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

TB 1 Tax Audit - Diskursus Serat Tripama Untuk Kepatuhan Pajak Warga Negara - Prof Apollo

18 April 2024   00:58 Diperbarui: 18 April 2024   00:58 141
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Docuement Pribadi (2024)

3. Caosira ngeri, sajekti angen-angen, eling-eling ngajeni, suksma tanpa tata, miji lan mokta kaendahan dipun sajati.

  • Caosira Ngeri > Merujuk pada ketakutan atau kecemasan yang muncul akibat potensi konsekuensi negatif dari tindakan yang melanggar aturan. Dalam audit kepatuhan pajak, caosira ngeri menggambarkan rasa takut terhadap sanksi atau konsekuensi hukum akibat pelanggaran peraturan perpajakan.
  • Sajekti Angen-angen > Menggambarkan keinginan atau aspirasi yang tulus. Dalam konteks audit pajak, sajekti angen-angen mencerminkan tekad untuk patuh secara sukarela terhadap kewajiban perpajakan sebagai bentuk komitmen moral dan etika yang kuat.
  • Eling-Eling Ngejeni >  Menyadari dan mengingat untuk selalu mematuhi aturan dan kewajiban, serta belajar dari pengalaman untuk tidak mengulangi kesalahan. Dalam audit kepatuhan pajak, eling-eling ngajeni mencerminkan pentingnya kesadaran dan pengingat akan kewajiban pajak serta pembelajaran dari pengalaman sebelumnya.
  • Suksma tanpa tata > Mengucapkan terima kasih tanpa tata krama atau tata cara yang sesuai. Dalam konteks audit pajak, suksma tanpa tata mengacu pada perlunya menghargai proses audit dan kerja keras petugas pajak dengan menyampaikan informasi yang akurat dan lengkap tanpa kelalaian atau manipulasi.
  • Miji Lan Mokta Kaendahan dipun sajati > Mengutamakan kejujuran dan integritas dalam segala aspek kehidupan. Dalam audit kepatuhan pajak, miji lan mokta kaendahan dipun sajati mencerminkan pentingnya prinsip kejujuran, transparansi, dan integritas dalam melaksanakan kewajiban perpajakan.

4. Seran ingles sedheng/sembah kang supaya paras amanat.

  • Seran Ingles Sedheng > Merupakan upaya untuk menyusun atau menata dengan rapi dan teratur, sehingga mencerminkan keteraturan dan ketertiban dalam menjalankan kewajiban perpajakan. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, seran ingles sedheng menggambarkan pentingnya memiliki sistem dan prosedur yang terstruktur untuk memastikan kepatuhan terhadap peraturan perpajakan.
  • Sembah Kang Supaya Paras Amanat > Mengacu pada sikap hormat dan penghormatan terhadap prinsip-prinsip integritas, transparansi, dan kejujuran dalam pelaksanaan kewajiban perpajakan. Dalam konteks audit kepatuhan pajak, sembah kang supaya paras amanat mencerminkan pentingnya menjaga integritas dan mematuhi aturan dengan penuh tanggung jawab serta menghormati proses audit yang dilakukan oleh otoritas pajak.

5. Pan wates ingles wutuh, panguwasa ingles luhur wutuh, pawinih ananta pati kang sembayu suksma ngesti.

  • Pan Wates Ingles Wutuh > Mengacu pada kebutuhan untuk memiliki dasar yang kokoh dan kuat dalam menjalankan kewajiban perpajakan. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, hal ini menekankan pentingnya memiliki landasan yang solid, seperti pemahaman yang mendalam tentang aturan perpajakan dan proses-proses yang tepat untuk memastikan kepatuhan.
  • Panguwasa Ingles Luhur Wutuh > Menyiratkan perlunya memiliki pemimpin atau penguasa yang bertanggung jawab dan bermoral tinggi dalam menjalankan urusan perpajakan. Dalam konteks audit kepatuhan wajib pajak, hal ini menekankan pentingnya kepemimpinan yang adil, transparan, dan mengutamakan kepatuhan terhadap aturan perpajakan.
  • Pawinih Ananta Pati Kang Sembayu Suksma Ngesti > Menggambarkan penghargaan dan rasa terima kasih yang dalam terhadap segala upaya dan kesempatan hidup yang diberikan. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, hal ini mencerminkan pentingnya kesadaran akan tanggung jawab sosial untuk mematuhi aturan perpajakan sebagai bentuk apresiasi terhadap kesempatan yang diberikan untuk berkontribusi kepada masyarakat melalui pembayaran pajak.

6. Petung utami karsa suwung swara luhur suksma, pratandha kang mawa tentrem.

  • Petung utami Karsa suwung swara luhur suksma > Ungkapan ini mencerminkan pentingnya memiliki niat yang tulus dan kesadaran yang tinggi dalam menjalankan kewajiban perpajakan. "Petung Utami" merujuk pada niat atau tekad yang murni, "Karsa Suwung" menggambarkan tekad yang kuat dan teguh, "Swara Luhur" menunjukkan kesadaran yang tinggi dan integritas yang tak tergoyahkan, dan "Suksma" adalah penghargaan yang dalam terhadap kesempatan dan tanggung jawab yang diberikan. Dalam konteks audit kepatuhan wajib pajak, ungkapan ini menggarisbawahi pentingnya memiliki motivasi yang tulus dan komitmen yang kuat untuk mematuhi aturan perpajakan secara tepat dan jujur.
  • Pratandha kang mawa tentrem > Ungkapan ini menegaskan bahwa kepatuhan terhadap aturan perpajakan akan membawa kedamaian dan ketenangan. "Pratandha" merujuk pada kepatuhan atau ketaatan, sementara "mawa tentrem" menggambarkan memiliki kedamaian dan ketenangan batin. Dalam konteks audit kepatuhan wajib pajak, ungkapan ini menyoroti bahwa dengan mematuhi aturan perpajakan dengan baik, individu atau organisasi akan merasakan ketenangan pikiran dan kepastian bahwa mereka telah menjalankan kewajiban mereka dengan baik, tanpa kekhawatiran akan konsekuensi hukum atau sanksi.

7. Pambuka cahaya/pan sumber kasampurna, kasatrya luhur prakerti ananging para prajurit arya.

  • Pambuka Cahaya/pan Sumber Kasampurna > Ungkapan ini mencerminkan pentingnya integritas dan keadilan dalam menjalankan audit kepatuhan wajib pajak. "Pambuka Cahaya" atau "Pan Sumber Kasampurna" merujuk pada keberadaan yang memberikan cahaya atau sumber pengetahuan yang lengkap dan adil. Dalam konteks audit, hal ini menekankan bahwa audit harus dilakukan dengan integritas dan kecermatan yang menyeluruh, mengungkapkan segala informasi yang relevan dengan kepatuhan pajak.
  • Kasatrya Luhur Prekerti > Ungkapan ini menyoroti pentingnya memiliki sifat-sifat ksatria yang luhur, seperti keberanian, kejujuran, dan dedikasi dalam melakukan tugas. Dalam audit kepatuhan wajib pajak, "Kasatrya Luhur Prakerti" menggambarkan auditor sebagai pahlawan yang menjalankan tugasnya dengan penuh integritas, keberanian, dan keadilan, tanpa memihak dan dengan kesadaran moral yang tinggi.
  • Ananging para prajurit arya > Ungkapan ini menekankan bahwa audit kepatuhan wajib pajak harus dilakukan dengan penuh tanggung jawab dan kesadaran akan peran yang dimiliki oleh para auditor. "Ananging Para Prajurit Arya" menggarisbawahi pentingnya menjalankan tugas dengan penuh dedikasi, profesionalisme, dan kepatuhan terhadap kode etik, sehingga hasil audit dapat dipercaya dan memiliki integritas yang tinggi.

"Serat Tripama" merupakan sebuah karya sastra klasik Jawa yang memuat ajaran tentang keteladanan satria atau prajurit. Dalam karya ini, terdapat tiga tokoh utama yang dijadikan teladan dalam keprajuritan, yaitu:

  • Patih Suwanda > Merupakan salah satu tokoh yang dipuja sebagai teladan keprajuritan. Ia dikenal sebagai sosok yang setia, berani, dan rela berkorban demi kebenaran serta tanah airnya.
  • Kumbakarna > Tokoh lainnya dalam "Serat Tripama" yang menjadi teladan dalam keprajuritan. Karakternya dipandang memiliki sifat-sifat yang luhur dalam konteks keberanian, kesetiaan, dan pengabdian kepada tanah air.
  • Suryaputera >  Merupakan tokoh ketiga dalam karya ini yang menjadi teladan keprajuritan. Suryaputera dipuji atas kesetiaannya kepada perintah, kesiapan untuk berkorban, dan komitmennya dalam membela kebenaran.

Ketiga tokoh ini mewakili nilai-nilai keprajuritan yang dianggap penting dalam kehidupan masyarakat Jawa kuno, dan menjadi inspirasi bagi generasi selanjutnya.

Document Pribadi (2024)
Document Pribadi (2024)

Patih Suwanda dalam Konteks Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara

Patih Suwanda, sebagai tokoh dalam "Serat Tripama", menjadi simbol keteladanan dan kepatuhan yang dapat dihubungkan dengan audit kepatuhan pajak warga negara. Patih Suwanda, sebagai figur moral dalam sastra klasik, memberikan gambaran tentang pentingnya keteladanan dan kesadaran dalam konteks audit kepatuhan pajak warga negara.

  • Keteladanan > Patih Suwanda dalam "Serat Tripama" mencerminkan kesetiaan, pengorbanan, dan pembelaan terhadap kebenaran. Dalam audit kepatuhan pajak, kesetiaan terhadap kewajiban pajak dan kebenaran pelaporan menjadi nilai yang ditekankan.
  • Pengaruh > Studi menunjukkan bahwa pemeriksaan pajak (tax audit) memengaruhi kepatuhan pajak warga negara. Demikian pula, karakter Patih Suwanda yang menjadi contoh keteladanan dapat memengaruhi perilaku warga negara dalam mematuhi kewajiban pajak.
  • Kesadaran > Audit kepatuhan pajak juga berkaitan dengan kesadaran warga negara terhadap pentingnya membayar pajak. Seperti dalam "Serat Tripama", kesadaran terhadap nilai-nilai moral menjadi pondasi kepatuhan, demikian pula kesadaran terhadap tanggung jawab pajak menjadi esensial dalam audit.

Kumbakarna dalam Konteks Audit Kepatuhan Pajak Warga Negara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun