Dalam kehidupan sehari-hari, apakah anda pernah lupa untuk mengunci pintu rumah ketika anda mau berangkat sekolah. Kadang saya lupa menaruh kunci Motor, meletakkan handphone, dan bahkan lupa makan karena banyaknya tugas yang harus dikerjakan dan masing banyak lagi. Apakah anda juga pernah mengalami hal-hal yang demikian? . fenomena-fenomena yang terjadi seperti ini, disebabkan oleh salah satu faktor yang namanya “Lupa”.
Seakan-akan apa yang kita alami dan kita pelajari tidak seluruhnya tersimpan dalam akal kita. Jika demikian mengapa hal itu bisa terjadi? Pada dasarnya manusia mampu mengingat apa yang telah dipelajari dengan alasan bukan berarti tidak bisa melupakan pembelajaran yang dipelajari.
Di dunia pendidikan tidak jarang mahasiswa mengalami kelupaan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru maupun dosen. Lupa bukanlah sesuatu yang baru terjadi dalam kehidupan seorang. Tetapi hal ini sudah sering terjadi dari seorang individu yang masih anak-anak sampai masa lansia, sehingga rata-rata manusia tidak dapat menghindarinya.
Seseorang yang mengalami kelupaan akan banyak mengalami hambatan dalam mengingat peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lampau. Apalagi kalau seseorang itu adalah seorang pelajar atau mahasiswa dimana kelupaan itu akan sangat mempengaruhi pembelajaran yang ia terima bahkan bisa membuat nilai akademik yang diharapkan bisa terganggu.
Tetapi disisi lain jika kita padang secara positif “lupa” dapat membantu seseorang untuk menghilangkan ingatan mengenai hal-hal yang negatif yang dapat menghambat perkembangan dirinya. Namun sayangnya, tidak semua hal negatif yang kita lupakan tetapi hal-hal positif yang dimiliki juga bisa dilupakan. Kalau demikian hal pertama yang perlu kita ketahui dalam situasi kelupaan adalah dengan menjawab pertanyaan ini:
Apakah suatu informasi sungguh-sungguh memasuki otak kita? Apakah sistem sensorik kita tidak bekerja saat informasi kita terima? Apakah energi atensi kita tidak diarahkan kepada istimuli yang relevan dalam lingkungan?.
Jika informasi tidak memasuki otak kita melalui reseptor-reseptor sensorik akibat pengaruh sistem atensi, akibatnya tidak ada informasi yang dapat diingat. Secara umum kebanyakan lupa terjadi karena kegagalan penyandian (failure encode) dan mengacu pada kegagalan memasukan materi kedalam Long Term Memory yaitu penyimpan jangka panjang yang sewaktu-waktu bisa diingat kembali.
Meskipun demikian, terkadang kita tidak menyadari bahwa informasi kita pelajari tidak sungguh-sungguh memasuki memori kita. Anda mungkin terkejut saat mengetahui bahwa anda kurang berhasil dalam mendapatkan nilai ujian anda, meskipun anda tidak pernah sekalipun bolos satu sesi mata kuliah, kemungkinan saat dalam proses kuliah anda sering melamun serta mengerjakan aktivitas lain. Karena kurang perhatian terhadap suatu informasi, lupa terjadi karena kegagalan pengambilan informasi (retrieval failure) yang mana ketidakmampuan menemukan isyarat informasi yang diperlukan bagi pengambilan informasi.
Kegagalan ini pertama tidaklah selalu disebabkan oleh hilangnya memori itu secara total. Karena banyak penelitian laboratorium telah menunjukkan bahwa materi yang tidak dapat diingat dalam kondisi tertentu nantinya akan diingat dalam kondisi yang berbeda. Artinya seseorang mungkin gagal mengingat dengan adanya isyarat yang diberikan, tetapi ketika diberi isyarat yang berbeda, ingatan akan berhasil.
Kelupaan bukan saja terjadi karena kegagalan pengambilan informasi (retrieval failure) kelupaan juga terjadi karena pembusukan memori atau yang disebut dengan teori pembusukan (Decay Theory). Teori pembusukan (Decay Theory) dari kelupaan mengasumsikan bahwa informasi hanya melemah atau hilang dari waktu ke waktu jika tidak digunakan.
Tetapi jika sesuatu telah tersimpan di long-term memory maka, itu bukanlah terjadi karena tidak pernah diakses dan diambil atau lama tidak digunakan. Tetapi lupa terjadi karena tercampurnya dengan banyak informasi yang ada di long-term memory atau penyimpanan jangka panjang.
Teori tersebut menyiratkan kita lupa karena sebuah ingatan yang telah hilang sama sekali. Namun cukup sering kita gagal mengingat pada suatu saat tertentu tetapi ada kemungkinan untuk mengingatnya nanti.
Misalnya; ketika seseorang mahasiswa disuruh mengerjakan tugas di bulan lalu dan pengumpulannya dibulan yang akan datang. Tetapi karena dia merasa bahwa masih banyak waktu maka semakin berjalannya waktu (dalam jangka waktu tertentu ) ia lupa mengerjakan tugas.
Namun ada saatnya untuk dia ingat kembali, yaitu ketika waktu pengumpulan tugas sudah mendekat. Seseorang mungkin gagal dalam mengingat dengan adanya isyarat yang diberikan, tetapi hal ini tidak menutup kemungkinan jikalau diberikan dengan isyarat yang berbeda maka seseorang akan mengingat.
Salah satu keberatan dasar terhadap teori pembusukan adalah bahwa teori ini tidaklah cukup untuk menjelaskan pengaruh kegiatan yang mengintervensi antara pembelajaran asli dan ingatan kemudian. Lupa mungkin sangat dipengaruhi oleh kejadian atau peristiwa yang terjadi berikutnya, yang mungkin menghalangi atau dan dalam kasus-kasus tertentu membantu mengingat memori-memori lama yang tersimpan
Konsep-konsep lupa yang umum dan paling luas adalah kehilangan informasi. Namun, berbagai riset yang telah memperlihatkan bahwa berbagai jenis melupakan terjadi pada waktu yang bersamaan.
Perbedaan utama dapat dibuat antara patologi melupakan dan normal melupakan. Hal ini mengejutkan untuk menjadikan hilangnya informasi sebagai hal yang normal, tetapi dari sisi lain masuk akal untuk berasumsi bahwa seseorang tidak perlu mencatat semua informasi yang diterima dari lingkungan hidup. sebagian besar dari apa yang kita lihat atau dengar adalah tidak relevan dengan apa kita lakukan. Mengingat bahwa memori memiliki batas yang jelas dalam hal kecepatan proses.
Sedangkan lupa yang normal merujuk pada ketidakmampuan untuk mengakses informasi yang masing tersimpan . seperti ketika anda mau menjawab soal ujian tetapi pada saat itu anda lupa, walaupun informasi itu sudah ada dalam long-term memory anda yang tersimpan.
Lalu, ketika selesai menyelesaikan ujian anda ingat kembali. Inilah yang dinamakan lupa yang normal. Misalkan, seperti file favorit anda yang ada di komputer anda tidak menemukan file ada di hard drive, dan penghapusan oleh virus komputer.
Meskipun teori Decay merupakan penyebab penting dari kelupaan. Tampaknya tidak mungkin bahwa teori Decay adalah satu-satunya teori kelupaan. Lupa karena banyak informasi yang dimiliki bukanlah sebabkan oleh teori Decay tetapi teori Interferensi.
Teori interferensi yang pada dasarnya berasumsi bahwa lupa disebabkan oleh persaingan antara ingatan-ingatan yang serupa. Ketika dua atau lebih ingatan serupa diasosiasikan dengan isyarat, pengambilan satu memori dapat memblokir pengambilan yang lainnya. Atau terganggu oleh informasi oleh informasi baru maupun informasi lama.
Teori ini terdiri dari Interferensi retroaktif (retroactive interference) dan Interferensi proaktif (proactive interference). Interferensi retroaktif adalah ketika memori atau ingatan baru menghambat pengambilan memori-memori lama. Sebagai contoh, sebagai mahasiswa ketika anda belajar di bangku kuliah dengan mata kuliah yang baru.
Anda semakin banyak belajar dengan mata pelajaran baru tersebut. Sehingga pelajaran lama yang anda pelajari dimasa Sekolah Dasar, Sekolah Menengah berlahan mulai lupa karena mata kuliah yang baru (informasi yang baru). Sedangkan, Interferensi proaktif adalah informasi-informasi atau ingatan lama menghambat ingatan atau informasi baru yang masuk. Sehingga informasi baru yang didapat terjadi kelupaan.
Sebagai contoh, anda mungkin pernah menjadi pelajar di suatu sekolah, ketika sekolah ingin melaksanakan Ujian Nasional. biasanya ruangannya dibagi diruangan yang berbeda dari kelas yang biasanya anda masuk. Ketika anda ke sekolah anda langsung masuk ke kelas yang biasanya anda masuk tiap hari.
Sehingga anda lupa masuk ke dalam ruangan atau Ujian Nasional. Ini merupakan ingatan lama yang menghambat masuknya informasi baru ke dalam memori untuk diingat.
Kita telah melihat dua teori atau dua mekanisme yang dapat menghasilkan lupa: Decay dan interference sekaligus dengan contoh yang mungkin dapat membantu anda untuk lebih mengerti.
Tetapi dibalik itu ada beberapa kontradiksi antara teori Decay dan teori Interferensi. Ada beberapa spekulasi dalam psikologi bahwa lupa ini tampak sebagai pembusukan (Decay) tetapi mungkin benar-benar mencerminkan gangguan (interference), artinya alasan mengapa ingatan tampak meluruh selama interval retensi adalah karena ingatan tersebut diganggu oleh ingatan tambahan yang dipelajari.
Teori Decay dan interferensi membuat prediksi yang berbeda tentang apakah berlalunya waktu atau jumlah informasi yang mengganggu adalah penyebab utama lupa. Jika memori hanya menyeluruh dari waktu ke waktu, maka jumlah recall harus oleh panjang interval retensi. Jika memori terganggu oleh gangguan maka ingatan harus ditentukan oleh jumlah informasi yang menganggu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H