Jet tempur generasi ke-6 juga disebut NGAD atau Next-Generation Air Dominance Fighter, bagi AS NGAD akan menjadi pesawat tempur revolusioner, tetapi dapatkah USAF memproduksi pesawat tempur semacam itu dalam jumlah yang cukup, atau apakah ini akan menjadi pengulangan dari apa yang terjadi pada F-22? Dapatkah F-35 mengisi sebagian besar peran yang dibutuhkan oleh NGAD?
Sedangkan Jet tempur Generasi ke-6 Tiongkok Baidi/White Emperor/Kaisar Putih justru memiliki efek gentar dengan satu misi harus lebih baik dari NGAD - AS.
Pada 25 November 2024, situs web majalah dua bulanan AS "National Interest" menerbitkan sebuah artikel berjudul "A Few Words to Summarize China's Sixth-Generation Fighter Baidi/White Emperor (Beberapa Kata untuk Merangkum Pesawat Tempur Generasi Keenam Tiongkok 'Baidi'.", yang ditulis oleh Maya Carlin Petroy, seorang analis di Pusat Kebijakan Keamanan AS. Artikel tersebut dikutip sebagai berikut:
Tiongkok memamerkan sejumlah pesawat masa mendatang di Pameran Penerbangan dan Dirgantara Internasional Tiongkok ke-15 (Zhuhai Air Show) yang diadakan di Zhuhai baru-baru ini.
Tujuan Tiongkok adalah membangun angkatan udara yang kuat. Sebagai bagian dari rencana ambisius ini, Aviation Industry Corporation of China (AVIC) sedang mengembangkan jet tempur generasi keenam. Dilaporkan bahwa fitur desain generasi baru pesawat tempur udara dan antariksa terpadu Tiongkok, yang disebut "Baidi", adalah memiliki kemampuan supersonik dan mampu menerobos atmosfer Bumi dan terbang ke luar angkasa. Saat ini, pesawat tersebut belum selesai dan hanya ditampilkan sebagai model pada pertunjukan udara ini.
"South China Morning Post" mengutip laporan media resmi Tiongkok yang mengatakan bahwa "Baidi" adalah proyek penting dari Perusahaan Industri Penerbangan Tiongkok, yang bertujuan untuk mengembangkan pesawat tempur udara dan antariksa terintegrasi, "yang konsep desainnya mencakup kemampuan terbang dengan kecepatan supersonik dan menerobos atmosfer."
Jet tempur generasi keenam Tiongkok dikatakan dirancang untuk mengoptimalkan kemampuan siluman, kelincahan tempur, dan meningkatkan kecepatannya. Meski spesifikasi detail dan performanya masih sangat dirahasiakan, dari gambar dan video yang sudah dirilis, terlihat bahwa jet tempur ini memiliki garis-garis indah, tepian tajam, dan berfokus pada kemampuan siluman. Secara khusus, kanopi memiliki desain yang gelap dan bersegi-segi yang mungkin membantu meminimalkan pantulan jejak pesawat.
Kerucut hidung jet tempur Baidi dilaporkan mengadopsi desain busur runcing, yang memungkinkannya terbang dengan hambatan minimal. Dari gambar pesawat tempur publik juga terlihat jelas bahwa kabin memiliki ruang besar yang akan digunakan untuk menyembunyikan senjata mematikan agar tidak ditemukan/dilacak oleh musuh.
Jet tempur Baidi dirancang untuk dapat melakukan misi baik di dalam maupun di luar atmosfer. Hanya ketika jet tempur ini mulai beroperasi di AU-PLA dan menjalankan misi, barulah parameter dan kemampuan sesungguhnya akan diketahui.
Dilaporkan bahwa AS juga meningkatkan pengembangan jet tempur generasi keenam. Program Dominasi Udara Generasi Berikutnya bertujuan untuk meluncurkan "keluarga sistem" pesawat tempur yang mencakup pesawat tempur generasi keenam yang tangguh dan sejumlah besar pesawat tempur kolaboratif, yang terakhir akan bertindak sebagai wingmen setia. Mirip dengan program Baidi Tiongkok, program Dominasi Udara Generasi Berikutnya akan memprioritaskan kemampuan seperti propulsi pesawat tempur, siluman, dan senjata canggih. Program ini saat ini ditunda, tetapi sebagian besar pakar memperkirakan AS akan memulainya kembali pada titik tertentu.
Ulasan dari AS
Jet tempur siluman generasi keenam " Baidi/Kaisar Putih" milik Tiongkok (saat ini masih tiruan/mock-up) bertujuan untuk melampaui program NGAD AS dengan fitur-fitur canggih seperti integrasi AI, rudal nuklir hipersonik, senjata energi terarah, dan kemampuan mendekati luar angkasa.
Didukung oleh mesin WS-15, Baidi dapat berfungsi sebagai pesawat induk pesawat nirawak atau platform perang anti-satelit. Tidak seperti AS, Tiongkok tidak menghadapi kendala politik, sehingga memungkinkan pengembangan yang cepat. Namun, tantangannya meliputi kompleksitas perawatan dan teknologi yang belum terbukti
Sementara AS menghentikan pengembangan NGAD karena biaya, ambisi Tiongkok untuk memimpin perlombaan jet tempur generasi keenam dapat mengubah dominasi udara. Perlombaan senjata ini menggarisbawahi persaingan yang semakin ketat antara kedua kekuatan dunia kelak.
Akankah Jet Tempur Baidi Tiongkok Dapat Memenangkan Perlombaan Jet Tempur  Generasi ke-6?
Jet tempur Next-Generation Air Dominance (NGAD) Angkatan Udara AS -- meskipun, saat ini, hanya tiruan -- bertujuan untuk menjadi mahakarya siluman meskipun sedang dalam masa jeda operasional hingga Donald Trump dan Menteri Pertahanan yang baru mengambil alih. Masuk akal jika Tiongkok juga menginginkan jet tempur generasi keenam, dan mereka menetapkan langkah cepat terkait pengembangan monster yang disebut Baidi  atau White Emperor ini.
Hambatan Karena Sistem Politik AS dan Tiongkok  yang  Berbeda
Tiongkok tidak perlu berurusan dengan kepemimpinan politik baru yang terus-menerus mengevaluasi ulang kebutuhan akan sistem persenjataan baru. Mereka hanya meminta para insinyur dan perancang mereka melakukan banyak sekali pekerjaan hingga pesawatnya siap, sehingga Tiongkok dapat melaju cepat dengan pesawat tempur generasi berikutnya.
Baidi/White Emperor Lebih Ambisius Dari NGAD
NGAD versi Tiongkok atau Baidi akan sangat tersembunyi dan dirahasiakan perkembangannya, dengan kecerdasan buatan di kokpit untuk daya pemrosesan, sensor, komunikasi, dan kesadaran situasional yang lebih baik. Baidi kemungkinan akan dilengkapi nuklir dengan kemampuan untuk menembakkan rudal hipersonik yang dilengkapi hulu ledak strategis.
Baidi mungkin dapat terbang sangat tinggi hingga dapat mencapai ketinggian hampir antariksa. Itu berarti Tiongkok ingin pesawat itu memungkinkan dapat menembakkan rudal anti-satelit.
Mungkin ada opsi tanpa awak, atau dapat berfungsi sebagai "induk" pesawat nirawak dengan apa yang disebut oleh Departemen Pertahanan AS sebagai Collaborative Combat Aircraft. Itu adalah istilah keren untuk pesawat nirawak otonom yang dapat mengumpulkan data intelijen, pengawasan, dan pengintaian atau terbang di depan Baidi/White Emperor untuk mencari target pertempuran udara atau darat untuk dihancurkan.
Baik pesawat nirawak maupun Baidi/White Emperor sendiri akan memiliki kemampuan peperangan elektronik terbaru untuk mengganggu dan mengelabui sensor dan radar musuh, yang diharapkan dapat membuatnya lebih mampu bertahan hidup di lingkungan dengan ancaman tinggi.
Menggunakan  Mesin  WS-15  Baru
Tujuan utama Baidi/White Emperor adalah mengungguli F-22 dan F-35 serta mengalahkan NGAD dalam perlombaan pengembangan. Pesawat ini dapat menggunakan mesin WS-15 baru yang dirancang untuk J-20S generasi kelima yang bersifat siluman.
Baidi/White Emperor Bisa Memenangkan Pertarungan 'Star Wars'
Salah satu cara untuk membangun NGAD yang lebih baik adalah dengan melengkapi Baidi/White Emperor dengan laser. Dengan demikian akan memberi pesawat generasi keenam itu memiliki keahlian yang berbeda. Kemampuan energi terarah dapat digunakan untuk melawan satelit musuh dan rudal yang datang. Tidak jelas seberapa maju program energi terarah Tiongkok itu. Banyak pengamat dan penggemar alutsista belum mendengar AU-AS menyebutkan laser atau perang anti-satelit di NGAD. Itu bisa jadi informasi rahasia, tetapi tampaknya AS tidak akan terbang ke ketinggian mendekati angkasa dengan pesawat tempur generasi keenamnya.
Salah satu aspek Baidi/White Emperor yang ingin disertakan oleh orang Tiongkok adalah komponen yang dibuat dengan pencetakan 3D. Manufaktur aditif dapat membantu memangkas biaya, meskipun tampaknya harga bukan masalah bagi para desainer dan insinyur dari Tiongkok.
Dengan semua teknologi canggih yang dimilikinya, masuk akal jika Baidi/White Emperor akan sering menjalani perawatan, terutama dengan senjata hipersonik dan laser. Sistem energi terarah itu sendiri akan memerlukan semacam pelindung panas yang akan mendinginkan sayap, ditambah lagi membawa senjata hipersonik berujung nuklir dapat membebani mesin dan menyebabkan waktu henti (down time) bagi pesawat tempur.
Berdasarkan laporan militer resmi AS ada menyebutkan Tiongkok tidak menyebutkan rinci tentang Baidi.
Minggu ini menyelang Natal tahun ini, Departemen Pertahanan AS merilis laporan kekuatan militer Tiongkok tahun 2024 dengan judul resmi, "Military and Security Developments Involving the People's Republic of China/Perkembangan Militer dan Keamanan yang Melibatkan Republik Rakyat Tiongkok."
Di sana pengamat tidak menemukan adanya penyebutan White Emperor/Baidi dalam laporan setebal 182 halaman atau untuk pesawat generasi keenam, tetapi dapat ditemukan kutipan ini tentang masa depan pengembangan kedirgantaraan di Tiongkok.
"RRT mengisyaratkan upayanya dalam kemampuan generasi berikutnya. Pameran udara dan perdagangan memamerkan semakin banyak sistem otonom dan tim, termasuk untuk aplikasi tempur. Dalam konsep ini, pengembang RRT menunjukkan minat dalam pertumbuhan tambahan di luar ISR dan EW ke dalam pertempuran udara-ke-udara dan udara-ke-darat, dengan upaya pengembangan substansial untuk menghasilkan kemampuan pengerumunan untuk aplikasi operasional. Para peneliti RRT telah mengungkap pengembangan jaringan pemusnah massal multi-domain yang dirancang untuk menargetkan serangan udara dengan mengoordinasikan seluruh pesawat, sensor, dan rudal," kata laporan itu.
Baidi/White Emperor lebih ambisius daripada NGAD AS dan mungkin lebih maju karena jeda pada jet tempur generasi keenam Amerika.
Apakah Tiongkok dapat memenuhi daftar panjang keajaiban teknologi seperti laser dan senjata nuklir hipersonik masih harus dilihat. Kita harus memuji mereka karena telah melakukan segala cara karena harga tampaknya tidak menjadi masalah.
Di sisi lain, NGAD diperkirakan akan menelan biaya masing-masing US$300 juta, dan Amerika menghentikan pengembangannya untuk mengurangi biaya.
Pangamat dan penggemar alutsista akan mengamati NGAD AS dan Baidi/White Emperor karena perlombaan senjata ini akan menarik perhatian mereka.
Mari kita lihat terlebih dahulu apakah pemerintahan Trump akan memberikan lampu hijau dan tidak membatalkan NGAD. Jika NGAD dihapus, Tiongkok akan menganggapnya sebagai kemenangan besar dan terus mengembangkan pesawat tempur generasi keenam mereka sambil menguasai semua kemampuan hebatnya.
Taktik Pengelabuhi Perlombaan
Mari kita analisis dugaan ini satu demi satu. Pertama-tama, sebagai pesawat tempur generasi keenam, dilihat dari informasi teknis yang diungkapkan saat ini, "Baidi" tampaknya memiliki banyak karakteristik pesawat tempur canggih.
Akan tetapi, jika mempertimbangkan mesin scramjet dan kemampuan tempur jarak dekat yang ditunjukkannya, teknologi tersebut masih jauh di masa depan berdasarkan pemahaman kita saat ini.
Selain itu, jika itu benar-benar suatu penipuan strategis, maka tujuan dari pertunjukannya kemungkinan adalah untuk menguji reaksi masyarakat internasional, atau sekadar untuk menunjukkan imajinasi dan kemampuan inovasi industri penerbangan Tiongkok.
Terakhir, kemungkinan untuk menggunakannya sebagai proyek komunikasi budaya tidak dapat diabaikan. Bagaimanapun, metode ini dapat meningkatkan minat masyarakat terhadap ilmu penerbangan dan juga membuka pasar bagi produk budaya terkait dan layanan turunannya.
"Proyek Nantianmen" (nama untuk proyek ini yang mempunyai arti "Pintu Langit Selatan'), sebagai latar belakang pesawat tempur antariksa "Baidi", juga penuh misteri. Berdasarkan informasi publik, rencana tersebut tampaknya mencakup serangkaian proyek kedirgantaraan yang ambisius, dan pesawat tempur Baidi hanyalah sebagian darinya. Model yang pertama kali diperkenalkan pada Pertunjukan Udara Zhuhai terakhir dan tampilan yang lebih rinci pada pmeran kedirgantaraan ini, keduanya menunjukkan upaya program di bidang teknologi dan komunikasi budaya.
Debut model jet tempur "Baidi" tidak hanya untuk menarik perhatian para penggemar penerbangan, tetapi juga mengilhami imajinasi tak terbatas masyarakat tentang kekuatan tempur udara masa depan. Dilihat dari detail modelnya, detail teknisnya, dan konsep desain yang ditampilkannya tidak diragukan lagi merupakan tantangan bagi industri penerbangan modern dan prediksi yang berani tentang bentuk peperangan masa depan.
Pada saat yang sama, pameran jet tempur "Baidi" juga telah membangkitkan minat kuat orang-orang terhadap maksud dan tujuan sebenarnya di balik "Proyek Nantianmen". Apakah ini sekadar serangkaian bukti konsep atau apakah industri penerbangan Tiongkok untuk menunjukkan visi dan kekuatannya kepada dunia masih harus dilihat.
Pada Pameran Kedirgantaraan/Air Show Zhuhai ke-15 ini, jet tempur generasi keenam "Baidi" dengan bentuk unik dan tampilan fiksi ilmiah ditampilkan dalam model statis, menjadi fokus banyak pengunjung di lokasi untuk mengambil gambar. Banyak media, termasuk situs web militer yang relevan telah melaporkannya secara luas.
Meskipun masih belum ada informasi teknis terperinci tentang pesawat tempur antariksa "Baidi" yang berpartisipasi dalam pertunjukan udara ini, partisipasinya dalam Air show Zhuhai sendiri mengirimkan sinyal yang sangat jelas, yang melambangkan tekad Tiongkok dalam teknologi kedirgantaraan. Menunjukkan bangkitnya suatu perusahaan yang sebanding atau bahkan melampaui pesaingnya dalam bidang tersebut.
"Baidi" berpartisipasi dalam Air Show Zhuhai ke-15 sebagai model ukuran penuh. Di mata dunia luar, itu setara dengan peluncuran konsep pesawat tempur generasi keenam oleh Tiongkok, yang memungkinkan orang untuk melihat masa depan dan arah pengembangan penerbangan militer Tiongkok.
Dengan bantuan media dan netizen, "Baidi" telah mendapatkan ketenaran besar di seluruh dunia. Jet tempur generasi keenam ini, yang menyertakan elemen kecerdasan buatan AI dan kemampuan fusi data yang ditingkatkan, telah menjadi simbol konsep jet tempur generasi keenam. Di tempat-tempat di mana ponsel dapat mengakses Internet, hal ini mungkin telah menimbulkan sensasi tertentu, dan semua netizen menyatakan kekaguman mereka atas kemajuan luar biasa Tiongkok dalam teknologi kedirgantaraan.
Sementara itu, netizen yang mengikuti dinamika AU-AS mengetahui bahwa program pesawat tempur generasi keenam AS, Next Generation Air Dominance (NGAD), awalnya diharapkan masuk ke AU-AS sebagai produk pengganti yang ditingkatkan untuk F-22 Raptor mulai tahun 2030, namun faktanya proyek tersebut telah terperosok dalam tantangan keuangan yang signifikan dan telah terhenti.
Program jet tempur generasi keenam AS telah menghadapi banyak tantangan dan rintangan sejak peluncurannya. Proyek ini mencakup dua model, satu untuk AU-AS dan satu untuk AL-AS. Diharapkan dapat secara komprehensif menekan jet tempur generasi kelima termasuk J-20 dan Su-57 melalui teknologi siluman, jelajah supersonik, dan sistem informasi yang canggih. Baca:
Jet Tempur Siluman J-20S Tiongkok Akan Menantang Superioritas Udara AS
Namun, penelitian dan pengembangan mesin siklus variabel adaptif yang diperlukan untuk jet tempur generasi keenam masih menghadapi banyak kendala dan sulit untuk membuat kemajuan yang efektif dalam waktu singkat. Secara khusus, biaya per unit diperkirakan sebesar US$250-300 juta, sekitar tiga kali lipat biaya jet serang/tempur gabungan F-35 Lightning II. Hal ini menyebabkan AU-AS mengalami banyak masalah, dan mereka menangguhkan proyek tersebut dengan alasan bahwa "NGAD terlalu mahal."
Sekretaris/Kastaf AU-AS Frank Kendall mengatakan bahwa F-35 dapat mewakili dalam beberapa hal, batas atas dari apa yang bersedia AS bayar. Tanpa mengurangi harga satuan NGAD menjadi $100 juta, yang kira-kira setara dengan F-35, atau AS akan dipaksa menghentikan pengadaan jet tempur generasi keenam.
AU-AS masih bergelut dengan kendala konseptual dan anggaran yang besar, yang merusak kepercayaan rakyatnya sendiri dan dunia luar terhadap pengembangan jet tempur generasi keenam oleh AS. Rasanya proyek NGAD AS masih dalam tahap PTT*, dan mesin fisiknya masih jauh.
*People, Process, and Technology (PPT) mengacu pada metodologi di mana keseimbangan antara people, process, dan technology mendorong tindakan: Orang melakukan jenis pekerjaan tertentu untuk sebuah organisasi dengan menggunakan proses (dan seringkali, teknologi) untuk menyederhanakan dan meningkatkan proses tersebut.
Namun, Tiongkok secara terbuka meluncurkan konsep jet tempur generasi keenamnya di Air Show Zhuhai ke-15. Ia tidak mewakili generasi baru jet tempur yang dapat berpartisipasi dalam pertempuran sesungguhnya, tetapi telah menjadi alat strategis untuk menunjukkan kemampuan potensial kepada dunia luar dan menyoroti inovasi dan kemajuan teknologi Tiongkok dalam penelitian kedirgantaraan.
Jet tempur generasi keenam "Baidi" berpartisipasi dalam Air Show Zhuhai ini hanya sebagai model demonstrasi dan bukan jet tempur sungguhan. Tidak diragukan lagi bahwa tekanan telah diberikan kepada Washington untuk menilai kembali rencana "superioritas udara generasi berikutnya".
Pada jet tempur generasi keenam, "Baidi" muncul sebagai model skala, dan telah mengambil inisiatif di bidang pesawat tempur generasi berikutnya di seluruh dunia. Meskipun masih dalam tahap demonstrasi model, masih dalam PPT tahap N dibandingkan dengan AS.
Hal ini dapat membawa tekanan besar pada operasi udara AS dan dengan demikian mengguncang kepercayaan sekutu AS dalam pengembangan jet tempur dan peralatan canggih. Untuk pertama kalinya, AS tampak tertinggal dari pesaingnya. Dan para pesaingnya kemungkinan akan memperoleh keuntungan strategis dan geopolitik, sehingga menarik negara-negara yang berusaha untuk mengurangi ketergantungan mereka pada teknologi militer AS.
Singkatnya, konsep jet tempur generasi keenam "Baidi" telah menjadi "bintang" model di Air Show ke-15 Zhuhai, dan kejutan yang ditimbulkannya telah memengaruhi AU-AS dan Pentagon. Kemajuan nyata Tiongkok dalam mengembangkan jet tempur generasi keenam akan memaksa militer AS untuk mempertimbangkan kembali anggaran militernya.
Anggaran proyek NGAD telah membatasi perkembangan pesat program pesawat tempur generasi keenam AS. Proyek ini sedang menjalani peninjauan dasar pemikiran, dan sejumlah besar komentar dari media AS dan warganet telah mengencam kelangsungan hidupnya.
Stimulasi yang dibawa oleh "Baidi" mungkin membuat militer AS menyadari bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Jika proyek NGAD tidak segera dilanjutkan, kesenjangan antara AS dan Tiongkok dalam teknologi pesawat tempur generasi keenam mungkin akan sulit dijembatani.
Militer AS akan mempercepat evaluasi program "Dominasi Udara Generasi Berikutnya". Mengingat karakter Eagle (AS), mereka tidak akan memilih untuk berdiam diri, dan akan sangat sulit untuk menoleransi Rabbit/Kelinci yang berada di depannya pada generasi jet tempur berikutnya. AU-AS, yang telah lama berada di posisi terdepan dalam bidang pengembangan dan peralatan pesawat tempur, tidak akan membiarkan negara lain melampauinya dalam teknologi.
Lebih banyak biaya R&D pasti akan diinvestasikan, sehingga Lockheed Martin mungkin dapat mempercepat pengembangan jet tempur baru.
Namun, dilihat dari kemajuan Baidi, mungkin sangat sulit untuk mengharapkannya NGAD dapat menggantikan F-22 Raptor dan memperoleh keunggulan atas Angkatan Udara Tiongkok pada tahun 2030.
Sumber: Media TV & Tulisan Luar Negeri
https://www.sohu.com/a/826270941_121752854
https://www.163.com/dy/article/JHEQES5O0553TJK2.html
https://www.sohu.com/a/826270941_121752854
http://www.xinhuanet.com/milpro/20241128/702e9b87e97f4750866fd4708c7e4ddb/c.html
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H