Dan pada bulan Oktober, bank sentral Tiongkok mengatakan telah memangkas dua suku bunga utama ke tingkat terendah yang pernah tercatat.
Namun, para ekonom telah memperingatkan bahwa stimulus fiskal yang lebih langsung yang ditujukan untuk menopang konsumsi domestik diperlukan untuk memulihkan kesehatan ekonomi Tiongkok karena kekhawatiran akan perang dagang baru dengan AS meningkat.
Menggarisbawahi terus lesunya konsumsi yang dihadapi Tiongkok, data resmi pada hari Senin (09/12/24) menunjukkan pertumbuhan harga konsumen melambat bulan lalu.
Indeks harga konsumen, ukuran utama inflasi, mencapai 0,2 persen, turun dari 0,3% pada bulan Oktober, kata Biro Statistik Nasional.
Angka tersebut di bawah perkiraan 0,4% dalam survei Bloomberg terhadap para ekonom. Dengan pertemuan minggu lalu yang dimaksudkan untuk menetapkan pendekatan yang luas daripada kebijakan tertentu, Ting Lu, Kepala Ekonom Tiongkok di Nomura, menulis dalam sebuah catatan bahwa "kami tidak banyak berharap dari konferensi tersebut, meskipun ada beberapa ekspektasi pasar yang berlebihan".
"Akibat krisis properti, krisis fiskal, dan memburuknya ketegangan dengan AS, ekonomi Tiongkok tidak berada dalam siklus penurunan normal, sehingga mungkin diperlukan lebih dari sekadar paket stimulus 'bazoka' baru-baru ini untuk benar-benar memulihkan ekonomi," tulis Tn. Ting.
Namun dari pengalaman yang sudah-sudah Tiongkok biasanya dapat mengalami terobosan dalam kesulitan serupa....
Sumber: Media TV & Tulisan Luar Negeri
https://www.yeeyi.com/news/details/2557554/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H