Para pemimpin Tiongkok juga mengamati masa jabatan kedua Donald Trump di Gedung Putih, dengan presiden terpilih tersebut mengindikasikan ia akan menghidupkan kembali kebijakan perdagangan kerasnya, yang memicu kekhawatiran akan terjadinya kebuntuan lain antara kedua negara adidaya ini.
Pada hari Senin (09/12/24), Politbiro Tiongkok, badan pembuat keputusan tertinggi negara itu, "menggelar pertemuan untuk menganalisis dan mempelajari kinerja ekonomi tahun 2025", demikian dilaporkan kantor berita pemerintah Xinhua.
"Kita harus secara giat meningkatkan konsumsi, meningkatkan efisiensi investasi, dan memperluas permintaan domestik secara komprehensif," kata pejabat pemerintah Tiongkok mengutip Xinhua.
"Tahun depan kita harus... menerapkan kebijakan fiskal yang lebih aktif dan kebijakan moneter yang cukup longgar," imbuh mereka.
Analis di SG Markets mengatakan perubahan ini merupakan yang pertama sejak 2011.
"Hasil dari pertemuan Politbiro... menunjukkan semua hal yang tepat, dengan beberapa frasa yang lebih lunak dan beberapa janji yang sangat lugas," tulis mereka dalam sebuah notenya.
Analis lain mengatakan perubahan ini "menunjukkan pemerintah menyadari urgensi tantangan ekonomi yang dihadapi Tiongkok".
Dan pengumuman upaya untuk meningkatkan konsumsi secara signifikan pada tahun mendatang merupakan "sinyal positif lainnya", tulis Zhang Zhiwei, Presiden dan Kepala Ekonom Pinpoint Asset Management, dalam sebuah  note.
Tiongkok Berjuang untuk Bangkit Kembali
Pemerintah Tiongkok telah meluncurkan serangkaian tindakan sejak September lalu yang bertujuan untuk mendorong pertumbuhan, termasuk memangkas suku bunga, membatalkan pembatasan pembelian rumah, dan meringankan beban utang pemerintah daerah.