Ekspor merupakan satu-satunya alasan mengapa Australia berhasil lolos dari penderitaan beberapa kemerosotan ekonomi global selama beberapa dekade yang terakhir termasuk krisis keuangan yang melumpuhkan pada tahun 2008.
Namun, ketergantungan Tiongkok terhadap mengimpor biji besi Australia akan terancam dengan adanya metode pembuatan besi revolusioner yang lebih cepat, lebih murah, dan lebih ramah lingkungan.
Para peneliti Tiongkok di Akademi Teknik Tiongkok yang bergengsi mengungkap menemukan teknik baru yang secara drastis mengurangi waktu pemrosesan dari beberapa jam menjadi hanya beberapa detik, dalam sebuah makalah penelitian baru minggu ini.
Dengan menyuntikkan bijih besi yang digiling halus ke dalam tungku yang sangat panas menggunakan tongkat yang dikenal sebagai "vortex lance", terjadi "reaksi kimia eksplosif/explosive chemical reaction" yang cepat, menghasilkan tetesan besi cair dengan kemurnian tinggi yang dapat digunakan langsung dalam pembuatan baja.
Hal ini menghasilkan peningkatan produktivitas 3.600 kali lipat dibandingkan metode tradisional dan sangat efektif dengan bijih besi kadar (yield) rendah atau sedang.
Metode ini "dapat menyelesaikan proses pembuatan besi hanya dalam waktu tiga hingga enam detik, dibandingkan dengan lima hingga enam jam yang dibutuhkan oleh tanur sembur tradisional", menurut tulisan tim proyek yang dipimpin oleh Profesor Zhang Wenhai dalam sebuah makalah yang diterbitkan dalam jurnal Nonferrous Metals yang ditinjau sejawat.
Metode Ini Mengkhawatirkan bagi Australia dalam Beberapa Hal
Jika pembuatan besi secara kilat ini berkembang pesat, ini berarti Tiongkok tidak perlu lagi bergantung pada impor bijih besi kadar tinggi (high-yield) untuk membuat baja.
Salah satu keunggulan Australia adalah negara tersebut memiliki bijih besi bermutu tinggi yang melimpah, yang saat ini dibutuhkan oleh Tiongkok karena bijih besi dengan kualitas yang lebih rendah akan merusak pabrik-pabriknya dan menghasilkan baja dengan kualitas yang buruk.