Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Saat Pertama Pintu Tiongkok Terbuka Bagi Agama Katolik

18 September 2024   12:26 Diperbarui: 18 September 2024   12:26 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada saat itu, pesonanya mencapai sedemikian rupa sehingga "orang-orang dari segala penjuru dirasakan menarik dan bermanfaat, dan semua pembesar istana serta selebritas sangat ingin bertemu dengannya." (Halaman 87 volume pertama "Koleksi Xu Guangqi" yang disusun oleh Wang Chongmin, Rumah Penerbitan Buku Kuno Shanghai, edisi 1984.)

Ini harus dikatakan sebagai kesuksesan besar, tetapi Matteo Ricci tidak terbawa oleh euforia ini. Dia tampak sangat tenang dan berfikir dalam, bahwa ini hanyalah "pintu masuk kecil ke dunia penyebaran Injil yang luas", dan itu hanyalah pintu masuk yang sangat penting saja.

Masuk Masyarakat Tiongkok Secara Halus

Sumber: notevenpast.org
Sumber: notevenpast.org

Di permukaan, Matteo Ricci tampaknya bukan seorang misionaris profesional, melainkan seorang utusan sekuler, atau bahkan seorang musafir yang santai. Namun nyatanya, dia tidak pernah melupakan sejenak pun misinya untuk "menjadi prajurit Yesus yang gagah berani dan berjuang atas nama-Nya untuk menaklukkan Tiongkok yang penyembah berhala ini." Semua yang dia lakukan adalah tindakan sadar untuk memenuhi misi ini.

Matteo Ricci menganggap mempengaruhi pihak lain secara halus melalui komunikasi sebagai khutbah  yang paling efektif. Tanpa disadari, sebagian orang yang berinteraksi dengannya mendapat petunjuk darinya dan menjadi beriman. Dia pernah dengan bangga mengatakan bahwa ini adalah cara yang sangat efektif untuk menyebarkan Injil kepada orang-orang "kafir" tanpa harus meninggalkan rumah gereja. Dia pernah merangkum pengalamannya sebagai berikut:

Agar kemunculan agama baru tidak menimbulkan kecurigaan di kalangan masyarakat Tiongkok, para pendeta tidak terang-terangan membicarakan masalah agama saat pertama kali muncul di tengah masyarakat. Selain menunjukkan rasa hormat dan sapaan serta keramahtamahan kepada pengunjung, mereka menghabiskan waktunya mempelajari bahasa Mandarin, kaligrafi, serta adat istiadat dan kebiasaan masyarakat.

Namun, mereka berupaya untuk mendidik kaum "kafir" ini dengan cara yang lebih langsung, yaitu dengan memberi contoh, melalui keteladanan kehidupan suci mereka. Dengan cara ini mereka mencoba untuk memenangkan hati orang lain dan secara bertahap, tanpa kepura-puraan, membuat pikiran mereka menerima hal-hal yang tidak dapat diyakinkan dengan kata-kata.. (Sama seperti catatan di atas, halaman 167-168 volume pertama.)

Matteo Ricci memperhatikan pengaruh alami dalam komunikasi, dan tentu saja dia tidak menyerah menggunakan semua cara dan kesempatan untuk mempromosikan doktrin Katolik secara langsung. Dia tidak hanya "berbicara tentang doktrin Katolik setiap kali dia bertemu tamu," tetapi dia juga menulis banyak buku misionaris. Namun, propaganda doktrinalnya juga berusaha sebisa mungkin "bernuansa Tiongkok" agar sesuai dengan selera masyarakat Tiongkok.

Pengetahuan tentang pengetahuan Tiongkok dan Barat dapat sangat berguna dalam hal ini. Ia mampu membandingkan dan mendamaikan ajarannya dengan teori Konfusianisme Tiongkok dengan mengutip kitab suci, mencoba menjelaskan bahwa keduanya berasal dari "nenek moyang yang sama" dan memiliki akar yang sama, dan bahwa tidak ada perselisihan antara Tuhan dan orang bijak dan kebijakan kuno Tiongkok.  

Misalnya, dia menulis buku "Makna Sebenarnya dari Tianzhu" (aslinya bernama "Makna Sebenarnya dari Tianxue") untuk menguraikan ajaran dan banyak mengutip dari banyak karya klasik Tiongkok seperti "Puisi", "Buku", "Yi", "Li" (buku ajaran Kongfusius) dan seterusnya. Buku ini telah diterbitkan berkali-kali dan mempunyai pengaruh yang besar. Kemudian, dia menulis buku seperti "Sepuluh Bab tentang Orang Abnormal" dan "Warisan Bianxue". Dia juga mengutip sejumlah besar karya klasik Konfusianisme dan melengkapi penjelasannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun