Karena perhatian dan dorongan aktif dari Dinasti Song, momentum para pedagang Arab dan Persia yang datang ke Tiongkok untuk berdagang terus membanjir. Jumlah umat Islam yang menetap di Tiongkok semakin hari semakin meningkat mencapai puluhan ribu bahkan ratusan ribu. Beberapa dari mereka membawa istri-istrinya disebut "Pusaman/Bodhisattva"* atau wanita Muslim. (* Pusaman/Bodhisattva adalah karya Wen Tingyun seorang penulis pada Dinasti Tang). Ada juga  dari mereka yang menikahi wanita Han di Tiongkok, dan anak-anak mereka yang lahir di Tiongkok disebut "Fanke" atau "pribumi blasteran".
Pada tahun 1114 di Dinasti Song Utara, terdapat banyak Fanke yang telah tinggal di Tiongkok selama lebih dari satu generasi. Oleh karena itu, Dinasti Song Utara juga secara khusus mengeluarkan "Hukum Warisan Fanke Generasi Kelima" untuk menyelesaikan masalah pembagian warisan mereka di Tiongkok.
Meskipun demikian, para Fanke ini selalu dianggap sebagai ekspatriat asing, dan urusan politik serta agama semuanya ditangani oleh Fanzhang.
Melalui perdagangan, umat Islam yang datang ke Dinasti Tang untuk hidup lama ini ada yang memperkirakan adalah asal muasalnya etnis Hui di Tiongkok. Setelah Pemberontakan An Lushan pecah (Tahun 755-763)*, negara Khalifah dan negara-negara Wilayah Barat Tiongkok lainnya (sekutu Tang) mengirimkan pasukan untuk menangani pemberontakan tersebut, dan kemudian semuanya terselesaikan pemberontan di Dinasti Tang ini.
*Pemberontakan An Lushan adalah perang saudara di Tiongkok yang berlangsung dari tahun 755 hingga 763, sekitar pertengahan Dinasti Tang (618--907). Pemberontakan ini dimulai sebagai pemberontakan komando (militer) yang berupaya menggulingkan dan menggantikan pemerintahan Tang dengan dinasti Yan. Para pemberontak berhasil merebut ibu kota kekaisaran Chang'an setelah kaisar melarikan diri ke Sichuan, namun akhirnya menyerah pada perpecahan internal dan serangan balik oleh Tang dan sekutunya. Pemberontakan ini berlangsung selama masa pemerintahan tiga kaisar Tang: Xuanzong, Suzong, dan Daizong.
Menurut Kitab sejarah "Zizhi Tongjian"*, pada tahun kedua pemerintahan Kaisar Suzong (tahun 757) di Xi'an, tentara sekutu Tang dari Beiting dan Bahanna menyerang hingga ke Liangshan dan kemudian ke Fengxiang (daerah barat laut Tiongkok).
* Zizhi Tongjian adalah sebuah kronikel yang diterbitkan pada masa dinasti Song Utara yang memberikan catatan sejarah Tiongkok dari tahun 403 SM hingga 959 M, mencakup 16 dinasti dan mencakup hampir 1400 tahun. Teks utama disusun menjadi 294 gulungan, masing-masing setara dengan satu bab --- berjumlah sekitar 3 juta karakter Mandarin (Hanzi).
Saat itu, sebagian besar wilayah Asia Tengah seperti Bahanna masuk Islam di bawah kekuasaan Kerajaan Khalifah, sehingga sebagian besar tentara dari Wilayah Barat tersebut beragama Islam.
Setelah berhasil memadamkan pemberontakan An Lushan ini, para prajurit ini mungkin merasa nyaman dengan kebajikan dan kekayaan Dinasti Tang. Banyak dari mereka menetap di negara Dinasti Tang, dengan mayoritas tinggal di Shaanxi dan Gansu.
Pasukan Arab dikirim ke Tiongkok untuk membantu Dinasti Tang memadamkan Pemberontakan An Lushan, Â mereka memberikan kontribusi besar terhadap pemulihan ibu kota timur dan barat, akhirnya mereka seluruhnya menetap di Chang'an (Xi'an).
Konon untuk memenuhi kebutuhan hidup keagamaannya, kaisar Dinasti Tang membangun sebuah masjid.