Melanjutkan tulisan yang lalu:
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (1)
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (2)
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (3)
Meski tentara PVA sudah mundur ke terowongan, pertempuran masih terus berlangsung. Sehingga ada adegan dimana pada malam hari seorang prajurit melemparkan kaleng keluar mulut terowongan, begitu mendengar suara kaleng jatuh di luar, langsung suara itu diberondong dengan tembakan bertubi-tubi, maka beberapa prajurit sengaja melakukannya beberapa kali secara iseng.
Di tengah malam, ketika musuh sudah lelah, maka apa pun yang dilempar keluar oleh para PVA tidak lagi di respon dengan tembakan lagi. Maka ketika itu beberapa pasukan PVA merayap keluar terowongan menuju bunker musuh dan meledakannya.
Jenderal Yang Dezhi, wakil komandan Tentara Relawan/PVA, mencatat kejadian dalam risalah pertemuan: "Suatu hari, seorang tentara Amerika menemukan tempat terlindung dan buang air besar di bawah bendungan/dam. Celananya dilepas sebelum dia sempat bahkan mengangkatnya. Kedua tangan yang terulur dari bendungan langsung menariknya ke dalam terowongan. Sejak saat itu, setiap kali militer AS buang air besar, mereka akan membentuk tim yang terdiri dari tiga orang, dan dua di antaranya berjaga-jaga."
Meskipun masalah ini terlihat kecil, tapi dengan jelas menunjukkan kekuatan aktivitas unit kecil PVA. Bahkan meski musuh menduduki posisi permukaan Shangganling pada saat itu, tapi mereka tetap berada dalam situasi ketakutan, di mana jika angin menderu dan pepohonan serta rerumputan bergoyang semuanya mereka serang.
Dalam sembilan hari dari 21 hingga 29 Oktober 1952, lebih dari 20 unit tentara PVA yang berdiri kokoh di terowongan mengambil inisiatif menyerang musuh sebanyak 158 kali melalui serangan mendadak dan serangan diam-diam, kecuali sembilan kekalahan sisanya berhasil, dan tujuh posisi permukaan dipulihkan.
Namun, serangan sedikit demi sedikit ini tidak cukup untuk melawan serangan musuh, Bulan (malam hari) adalah milik para PVA dan matahari (siang hari) adalah milik militer AS. Saat fajar, musuh akan mengandalkan keunggulan daya tembak mereka untuk melancarkan serangan bergelombang pasang, membombardir PVA seperti air hujan, tanpa memperhitungankan harga dari amunisinya. Namun tekanan ini mempersempit ruang hidup PVA, pos-pos berulang kali diperebutkan, dan jumlah korban pasukan PVA terus menigkat.
Cui Jian’gong, komandan Divisi ke-45, tidak meninggalkan pos komando selama tujuh hari tujuh malam. Semua perwira dan prajuritnya, termasuk juru masak dan pelayan di divisi tersebut, telah didorong ke dalam terowongan di Shangganling, namun korban masih terlalu besar. Apa yang harus PVA lakukan?
Tepat ketika Cui Jiangong sangat cemas deperti semut di panci panas, telepon berdering. Di ujung telepon yang lain ada Komandan Qin Jiwei berkata, "Komandan Cui, jika Anda tidak dapat mempertahankan posisi Anda, jangan kembali dan menemuiku."
Cui Jian’gong berpikir sejenak dan menjawab dengan tegas, "Komandan, Divisi Empat Puluh Lima kita hanya memiliki satu batalion yang tersisa. Saya akan menjadi komandan batalion, jika tersisa satu batalion, jika hanya tersisa satu kompi, saya akan menjadi komandan kompi, meski pun hanya tinggal satu komandan kompi, saya akan tetap di pos ini.”
Faktanya, dalam Pertempuran Shangganling, di antara semua kompi infanteri Divisi 45, 16 kompi dibangun kembali secara menyeluruh sebanyak dua kali, karena banyak yang tewas dan terluka. Korban di pasukan tingkat pertama divisi tersebut hampir 100%, dan korban di tingkat peleton para kader hampir 90% korban, dan kader tingkat kompi di atas 65%.
Ketika angka-angka ini dilaporkan ke markas militer, kepala seksi operasi Divisi 45 langsung menangis.
Seorang komandan yang matang tidak hanya harus memiliki semangat juang yang tinggi, tetapi juga perlu menganalisa secara rasional situasi pertempuran tim dalam menghadapi berbagai kesulitan seperti kekurangan makanan, air, oksigen, dan personel, Qin Jigong mengeluarkan perintah militer di hadapan atasannya untuk melakukan serangan balik.
Jadi taktik apa yang akan dia terapkan untuk menstabilkan situasi perang dan mendapatkan kembali semua pos-pos permukaan di Shangganling?
Pertempuran Jungkat-jungkit Shangganling
Selama empat hari empat malam, dua ratus prajurit pemberani PVA, dibombardir dengan dua juta peluru artileri PBB, yang kemudian disusul dengan serbuan pasukan PBB dengan taktik lautan manusia yang dilindungi dengan tembakan artileri, bagaimana PVA bisa meraih kemenangan?
Pada pukul 03.30 pagi 14 Oktober 1952, pasukan PBB di medan Perang Korea tiba-tiba melancarkan serangan sengit ke Shangganling. Para pasukan PVA yang menjaga pos ketinggian 537,7 dan 597,9 Shangganling berjumlah dua kompi, pertempuran berlanjut hingga pukul 12 siang pada hari itu. Dua kompi tersebut telah kehilangan dua pertiga, kekurangan air, makanan dan amunisi hanya tinggal beberapa, pada saat ini, ledakan tembakan artileri yang hebat memutuskan saluran telepon di pos tersebut.
Pada saat ini, Cui Jian’gong, komandan Divisi ke-45, sangat cemas di pos komando sehingga komandan divisi ini menjadi gelisah. Komandan divisi ini yang pernah ikut serta dalam revolusi tahun 1935 dan bertempur dalam "Pertempuran Pingxingguan" dan "Nine-Way Siege" selama perang di Tiongkok daratan terus merokok sejak pasukan PBB membombardir Shangganling, lantai sudah penuh dengan puntung rokok, dua kompi yang ditempatkan di Shangganling adalah pasukannya.
Sedang telpon sudah tidak sambung, dan semua anggota PHB (komunikasi) sudah ditugaskan ke luar, hingga saat itu belum ada kabar masuk bagaimana situasi pertempuran di Shangganling.
Ketika Komandan Cui Jian’gong merasa cemas, seorang tentara di sebelahnya menyerahkan teleskop dan berkata, "Komandan, lihat cepat." Cui Jian’gong mengambil teleskop dan tertegun. Dia menatap Shangganling dengan mulut setengah terbuka melihat lebatnya tembakan artileri, Cui Jian’gong berkata, "Ada begitu banyak peluru artileri, seperti pangsit dijatuhkan dari panci, gila!, benar-benar seperti pangsit yang dijatuhkan dari kuali!."
Menurut statistik pasca perang, pada hari Pertempuran Shangganling pada 14 Oktober 1952, pasukan PBB menembakkan lebih dari 400.000 peluru artileri ke posisi Shangganling, dengan rata-rata enam peluru ditembakan per detik, setiap kali setelah di bombardir, berkelompok pasukan PBB mulai menyerang perbukitan, tapi 2 kompi pasukan PVA yang mempertahan di posisi ini hari itu berhasil memukul mundur lebih dari 20 kali penyerbuan musuh.
Pada awal Shangganling, hanya ada dua kompi yang menjaga dua bukit dan dua dataran tinggi. Setelah gelombang penyerbuan pertama, sudah tidak banyak pasukan yang tersisa dalam beberapa hari pertempuran.
Tepat ketika Cui Jian’gong sangat cemas, telepon tiba-tiba berdering. Di ujung lain telepon ada Wang Fuxin, komandan kompi pertama yang mempertahankan Dataran Tinggi 537.7. Dia melaporkan situasi tersebut kepada Cui Jiangong secepat mungkin, tapi teleponnya hanya bertahan tiga menit, tapi tiba-tiba terputus lagi.
Apa yang terjadi di garis depan? Pria di foto di atas ini bernama Niu Baocai, pemimpin regu regu komunikasi (PHB) kompi pertama yang menjaga Dataran Tinggi 537,7.
Begitu Niu Baocai menerima tugas dari Komandan Kompi Wang pada pukul 14.00, waktu setempat 14 Oktober 1952 untuk memperbaiki saluran telepon di bagian yang terkena bom dengan secepatnya mungkin. Setelah menerima perintah, tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Niu Baocai mengangkat perangkat saluran telepon dan melompat keluar dari parit.
Selama proses melakukan perbaikan pengkabelan, Niu Baocai terluka kena serpihan ledakan bom ketika melakukan perbaikan, saat melakukan penyambungan terakhir, ternyata kabel yang dibawanya telah habis, masih ada sepotong yang harus disambung, Niu Bocai tanpa memperdulikan dirinya, tanpa segan-segan menggunakan tubuhnya untuk menyambungkan hubungan tilpon tersebut, sehingga hubugan tilpon tersambung untuk beberapa menit, namun harus mengorbankan nyawanya.
Niu Baocai mengorbankan nyawanya sendiri untuk menyampaikan informasi militer, sehingga dalam situasi kritis Cui Jian’gong, komandan Divisi 45, segera memerintahkan Resimen ke-133 untuk segera memperkuat Dataran Tinggi 537,7, dan Resimen ke-135 untuk memperkuat Dataran Tinggi 597,9 untuk menjaga puncak bukit dan menambah kekuatan, pokoknya apa pun Shangganling tidak boleh jatuh ke tangan musuh. (maka perintah itu sempat dikeluarkan, ketika tilpon tersambung beberapa menit dan putus, momen ini sangat menentukan).
Berdasarkan strategi militer AS, pertama-tama mereka harus merebut dua dataran tinggi ini, dan selanjutnya mereka baru dapat merebut Wushengshan/Pike’s Peak. Jadi dapat dikatakan bahwa divisi yang bertempur di Shangganling di sini adalah pintu gerbang menuju Wushengshan.
Ketika Panglima Resimen Kedelapan AS Van Fleet untuk menyerang Shangganling, memang telah merumuskan rencana untuk menyerang Shangganling, dan dia sudah mengira bahwa pasukan PVA akan memperkuat pertahanan Shangganling, maka dari itu dia melakukan pengepungan dan melakukan bombardir dengan hebatnya di semua jalur persimpangan yang menuju Shangganling.
Resimen Tentara PVA ke-133 dan ke-135 yang menerima misi hanya dapat naik ke Shangganling satu kompi dalam satu waktu. Seringkali ketika satu kompi kehabisan tenaga dan kompi lain akan segera mengambil tempat itu, dalam waktu kurang dari dua hari, resimen tersebut pada dasarnya sudah kehilangan kekuatan tempurnya.
Jadi dari dua dataran tinggi ini ke puncak utama pos PVA, yang terdekat berjarak 500 meter, dan yang terjauh adalah 1.000 meter. Namun, dalam jarak tersebut, militer AS telah melakukan blokade berlapis-lapis, sehingga korban PVA sangat tinggi.
Tidak hanya resimen ke-133 dan ke-135 yang menderita kerugian besar, tetapi Divisi ke-45 Cui Jian’gong dilanda pemboman gila-gilaan oleh militer AS dalam dua hari terakhir. Jumlah pasukan menurun tajam dari lebih dari 5.000an ketika mereka memasuki Korea kin tinggal menjadi 2.000an lebih. Mata Cui Jiangong merah dan dia cemas. Dia segera menghubungi per tilpon atasannya, Komandan Qin Jiwei dari Korps ke-15, untuk meminta bala bantuan, di telepon, dia berkata dengan marah bahwa ini bukanlah medan perang, melainkan penggiling daging di Semenanjung Korea.
Qin Jiwei, komandan Korps ke-15, segera mengeluarkan perintah darurat, dan Divisi ke-44 segera memperkuat dan bekerja sama dengan Divisi ke-45 untuk mempertahankan mati-matian Shangganling.
Van Fleet, panglima kampanye Shangganling militer AS, adalah seorang ahli teori militer yang mengandalkan senjata. Ketika dia menyampaikan rencananya untuk menyerang Shangganling, dia pernah membual kepada atasannya bahwa dia dapat dengan mudah memenangkan pertempuran dengan 200 korban di pihaknya dan hanya butuh 5 hari untuk mengambil alih Shangganling
Tapi dua hari telah berlalu, dan tidak ada tanda-tanda kehancuran Shangganling. Bala bantuan sukarelawan masih terus berdatangan. Bagaimana ini bisa terjadi? Van Fleet, yang memiliki karakter mau gampangan dan kasar dalam melakukan sesuatu, memutuskan untuk menggunakan lebih banyak daya tembak untuk memenuhi janjinya.
Pada tanggal 16 Oktober 1952, Van Fleet digantikan oleh Letnan Kolonel Ross, komandan Resimen ke-32, untuk menggantikan Letnan Kolonel Moss dari Resimen ke-31 sebagai penyerang utama. Pada saat yang sama, Divisi ke-7 AS mengerahkan seluruh Resimen ke-32 dan Batalyon 1 dan 1 Resimen ke-17 menyerang Shangganling. Dan Van Fleet mengirimkan semua pasukan paling elitnya.
Peningkatan pasukan Van Fleet yang tiba-tiba memberikan tekanan yang sangat besar pada PVA Korps ke-15 yang mempertahankan Shangganling. Banyaknya korban yang diderita setiap hari membuat Qin Jiwei merasa tidak tahan lagi.
Tiga kali menambah pasukan dan dua kali mengganti jenderal di medan perang. Mengapa Van Fleet begitu gila?
Di posisi Jincheng (Kumsong) di paralel ke-38 Semenanjung Korea sebelah barat Shangganling, pada 16 Oktober 1952, prajurit dari Tentara PVA Korps ke-12 sedang mengemas perlengkapan mereka dan bersiap mundur ke belakang untuk beristirahat sesuai dengan perintah rencana awal, pasukan harus dimobilisasi dan kembali ke Korea Utara ke tempat bernama Gushan pada bulan Oktober.
Zhang Jun - Staf Departemen Operasi Tentara PVA Korps ke-12 menuturkan: Ke Daerah Gushan untuk beristirahat dan memulihkan diri. Setelah bertempur selama setahun, pasukannya sangat lelah.
Zhang Jun baru saja berusia 19 tahun pada saat itu dan merupakan petugas staf Kantor Operasi Divisi Korps ke-12. Ketika dia menerima perintah untuk beristirahat dan bersiap untuk mandi dan berganti pakaian, dia tiba-tiba menerima telegram darurat dari Resimen.
Lebih lanjut Zhang Jun meceritakan: Saat kita sedang berkemas pindah, Shangganling mulai sedikit tegang. Resimen memberi kami perintah ini saat itu dengan mengirim telegram yang menyatakan bahwa satu pasukan resimen akan diperintahkan untuk mendukung Shangganling.
Sebagai perwira staf tempur, Zhang Jun segera membuka peta pertempuran untuk mempelajari rute perjalanan setelah menerima perintah. Tentara PVA Korps ke-12 hanya berjarak 20 kilometer dari Shangganling saat itu. Namun, selama 10 menit dia melihat peta. Resimen Ketiga Markas besar mengirimkan telegram mendesak satu demi satu. Isi telegram awalnya hanya mentransfer satu atau dua resimen untuk bala bantuan, tetapi akhirnya diubah menjadi seluruh Korps ke-12 untuk memperkuat Shangganling.
Zhang Jun menceritakan: Perintah kekuatan militer adalah untuk membentuk Korps ke-12 dan mendirikan Pos Komando Pertempuran Shangganling yang dipimpin oleh Li Desheng. Maka Li Desheng pergi ke Pos Komando Korps untuk menerima tugas tersebut. Saya pergi bersama Li Desheng saat itu.
Foto di atas ini adalah Li Desheng, Dia adalah wakil komandan Tentara PVA ke-12 pada usia 36 tahun dan bertanggung jawab untuk memimpin operasi seluruh pasukan. Li Desheng bergabung dengan revolusi pada usia 14 tahun. Dia berpengalaman mendaki gunung yang tertutup salju dan berjalan di padang rumput. Dia pernah berpartisipasi dalam Kampanye Seratus Resimen yang dipimpin oleh Peng Dehuai. Selama Perang Pembebasan, dia mengikuti pasukan Liu dan Deng ke Pegunungan Dabie’shan. Dia adalah seorang jenderal yang berani dan banyak akal.
Ketika Li Desheng mendengarkan analisis situasi pertempuran oleh kepala resimen, dia menyadari betapa berbahayanya situasi di Shangganling. Pengeboman pasukan PBB, yang menjatuhkan enam peluru artileri per detik, menurunkan permukaan puncak Shangganling lebih dari dua meter.
Li Desheng menyadari bahwa dia harus mengumpulkan pasukannya secepat mungkin dan memperkuat Shangganling secepat mungkin. Kemudian dia memberi perintah kepada Zhang Jun untuk segera menyampaikan perintah penguatan Shangganling ke seluruh unit yang berafiliasi dengan Korps ke-12. Namun, karena peralatan komunikasi Korps ke-12 yang terbelakang, Zhang Jun harus pergi ke berbagai unit untuk menyampaikan perintah secara lisan.
Zhang Jun menceritakan: Malam itu, saya naik mobil untuk mencari pasukan. Saat itu, pasukan sedang mundur dengan kacau. Banyak pasukan dan kendaraan yang mundur. Selain itu, banyak sekali kendaraan yang melaju ke depan. Malam hari untuk mencari dan mengenali satuan mereka sangat sulit, karena tentara harus menjaga kerahasiaan yang ketat pada saat itu, mereka tidak akan memberitahumu sama sekali jika ditanya.
Setelah upaya sia-sia semalaman, Zhang Jun menghadapi masalah besar lagi saat fajar, pesawat musuh mulai mengebom. Zhang Jun mengendarai jip militer gaya Amerika. Satu-satunya orang yang bisa mengendarai kendaraan semacam ini haruslah seorang perwira tinggi di Tentara PVA. Beberapa pesawat militer AS menguntit jip Zhang Jun. Zhang Jun dibom oleh pesawat musuh tiga kali di pagi hari. Untungnya, setiap kali tidak mengenai sasaran, sehingga berhasil meloloskan diri.
Saat Zhang Jun mendesak pengemudi untuk terus mencari pasukan, pengemudi menghentikan mobilnya ke tepi. Dia berkata kepada Chang Jun, "Jangan diteruskan. Jika komandan Zhang terus meaniki mobil ini, kita mungkin tidak dapat menemukan kesatuan kita. Mari komandan menghormati pengemudi dulu." Disarankan untuk segera kembali ke markas militer dan mengganti jip dengan sepeda motor roda tiga.
Zhang Jun mencertiakan: Justru dengan sepeda motor roda tiga ini lebih nyaman, sasarannya jadi lebih kecil, dan lebih mudah disembunyikan. Pada pukul tiga atau empat sore, saya melihat beberapa kuda lagi di muara parit lain, jadi saya tebak kemungkinan itu kesatuan kita (PVA) yang siap berangkat, lalu saya lari mendekati mereka dan saya tanya, ternyata mereka adalah resimen ke-100.
Zhang Chao, komadan Resimen ke-100, meragukan perintah Zhang Jun untuk berhenti mundur, beristirahat, dan segera memperkuat Shangganling, karena Zhang Jun tidak bisa menunjukkan dokumen atau segel apa pun tentang perintah atau tanda tangan pemimpin tersebut bahkan perintah itu tidak tertulis hanya secara lisan, Itu disampaikan kepadanya secara lisan.
Zhang Jun menceritakan kemudian: Karena saat itu perang relatif sedang gencar-gencarnya, maka saya meminta dia untuk duduk di atas motor, langsung menghadap komandan resimen ke-3 untuk menerima perintah.
Dengan cara ini, melalui penjelasan demikian dan penjelasan terus-menerus secara lisan, Zhang Jun membutuhkan waktu dua hari untuk menyampaikan perintah satu demi satu, dan berbagai unit mulai berkumpul di Shangganling. Saat ini, unit terjauh dari Korps ke-12 hanya berjarak tiga puluh kilometer dari Shangganling. Biasanya, hanya dibutuhkan waktu beberapa jam perjalanan sudah bisa sampai, tapi kali ini para prajurit PVA tidak pernah menyangka bahwa mereka akan membutuhkan waktu beberapa kali lebih lama dari biasanya untuk menyelesaikan perjalanan ini.
Bala bantuan tiba di dekat medan perang
Pria di foto di atas bernama Zhang Junmin. Saat itu, dia adalah seorang prajurit dari Batalyon 1 Resimen ke-93 dari Divisi ke-31 Koprs ke-12. Batalyon mereka adalah satuan pertama yang menerima perintah untuk memperkuat Shangganling atas perintah tersebut, Zhang Junmin dan pasukannya segera bergegas menuju Shangganling tanpa henti, sampai ke Shangganling. Suara meriam bergemuruh di sepanjang perlanannya, dan cahaya api terus menerus membelah langit malam, Zhang Junmin tahu bahwa pertempuran sengit sedang menunggu dia.
Zhang Junmin tua menceritakan: Divisi kita berangkat pada malam hari. Saat itu setelah pertempuran, kuping saya tidak mendengar suara artileri, hanya dapat melihat kilatan cahaya bertubi-tubi, begitu kilatan cahaya terlihat suara ledakan bom terdengar. Begitu satu ledakan diikuti ledakan lain berturut-turut dari punggung gunung terus ke jurang gunung sepanjang jalan, maka atasan Koprs kita mengatakan, jika Korps kamu bisa membawa setengah dari anggota Korps sampai selamat ke atas adalah suatu kemenangan, tapi hasilnya tidak berhasil membawanya ke atas.
Zhao Chouhai – Komandan Batalyon 1 Divisi 31 Tentara PVA ke-12 menceritakan: Ada banyak pasukan yang mati di sepanjang jalan, dan mayatnya tidak satu pun ada yang masih utuh, ada yang kehilangan lengah, kaki dan kepala, di sana sini ada yang hanya tertinggal tangan, kaki dan kelapa saja, bahkan bagi orang yang penakut benar-benar menakutkan, dan membuat orang takut setengah mati.
Van Fleet, panglima tertinggi resimen AS Kedelapan, sebenarnya tidak menggunakan taktik yang rumit untuk menyerang Shangganling. Dia menggunakan pesawat dan meriam yang tak terhitung jumlahnya untuk meluncurkan peluru artileri dalam jarak pendek untuk melakukan pemboman terkonsentrasi tanpa mempedulikan biayanya dengan cara yang mewah/boros, dia menciptakan istilah militernya sendiri "Van Fleet Ammunition".
Menurut dokumen data yang sudah dideklasifikasi. Dalam tabel statistik konsumsi amunisi militer AS selama Pertempuran Shangganling. Dari tabel itu, kita dapat melihat bahwa Pertempuran Shangganling berlangsung selama 43 hari, militer AS mengonsumsi lebih dari 1,9 juta peluru artileri dan lebih dari 5.000 bom udara. Pada puncak perang, mereka menghabiskan lebih dari 300.000 peluru artileri dan lebih dari 500 bom udara dalam satu hari.
Pada saat serangan yang paling gencar daya tembak militer AS, setiap senjata menembakkan rata-rata 72 butir peluru artileri per jam. Menurut statistik dari para ahli terkait, jumlah peluru artileri yang dikonsumsi oleh militer AS selama Pertempuran Shangganling adalah lima kali lipat dari standar jumlah amunisi bagi militer AS yang biasa.
Pertempuran telah berlangsung selama empat hari pada 18 Oktober 1952. Saat senja, Qin Jiwei, Komandan Korps ke-15, menerima telepon dari Cui Jiangong, Komandan Divisi ke-45. Cui Jiangong berkata, "Komandan, daya tembak musuh sangat besar intens dan gencar sehingga posisi pos di Shangganling pada dasarnya sudah terlepas. Namun, kita harapkan komandan untuk jangan khawatir, kita sedang bersiap untuk mengatur pasukan kita untuk merebut kembali posisi tersebut pada malam hari.”
Siapa yang berani bergerak di siang hari bagi PVA? Ada banyak sekali pesawat. Pesawat di atas dan meriam di bawah akan musnah begitu Anda keluar.
Padahal, luas posisi Shangganling tidak luas, hanya dua bukit yang luasnya kurang dari empat kilometer persegi. Karena keterbatasan ruang, baik ofensif maupun defensif, hanya bisa menampung pasukan setingkat batalyon dan kompi. Di belakang Shangganling baik musuh maupun PVA telah menempatkan puluhan ribu pasukan.
Menurut peraturan tempur Tentara PVA, operasi di bawah skala Kompi disebut pertempuran. Awalnya, hanya dua kompi yang berpartisipasi dalam pertempuran tersebut. Pertempuran di Shangganling dengan cepat meningkat menjadi pertempuran tiga dimensi berskala besar dengan banyak melibatkan alutsista besar.
Saat Tentara PVA bersiap untuk melakukan serangan balik, Van Fleet juga memulai mengadakan pertemuan. Pada pertemuan tersebut, dia mengajukan pertanyaan kepada semua perwira: Mengapa Tentara PVA dapat bertahan dalam posisi di bawah daya tembak yang begitu kuat? Dan bisakah mereka melancarkan serangan balik yang kuat terhadap pasukan PBB ?
Semua orang tidak tahu jawabannya. Mungkinkah Tentara PVA benar-benar memiliki senjata rahasia? Setelah pertemuan tersebut, Van Fleet mengirimkan sejumlah besar agen khusus untuk melakukan pengintaian di depan posisi Tentara PVA, jawabannya. Ternyata Tentara PVA sudah membuat terowongan di sini, mereka menggunakan terowongan tersebut untuk menghindari pemboman dari bombardir gencar pasukan PBB.
Xu Kejie - Kepala Seksi Pengintaian Divisi 34 Korps ke-12 Tentara PVA menceritakan: Terowongan kita bangun karena dipaksakan oleh musuh, dan kita tidak bisa berbuat apa-apa, karena serangan dari pesawat dan tank-tank musuh yang sangat gencar, kita berusaha keras membangun benteng-benteng di depan, tapi begitu fajar di bom pada hancur. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa perang terowongan ini adalah karya dan penemuan dari tentara rakyat kita, adalah suatu karya perintis yang hebat.
Taktik macam apa ini? Van Fleet, lulusan West Point Army, sedikit bingung, tapi bagaimanapun juga, dia harus memenuhi janjinya dan menggunakan tembakan artileri yang lebih kuat untuk mengambil alih Shangganling dalam waktu lima hari.
Pada hari keenam Pertempuran Shangganling pada 20 Oktober 1952, militer AS mengirimkan 30 serangan pembom B-26 ke Shangganling pagi-pagi sekali untuk melakukan pemboman karpet. Lebih dari 300 pemboman artileri berat dilakukan secara bersamaan, dan lebih dari 40 tank melakukan serangan kelompok, tapi karena keterbatasan medan, mereka hanya bisa mendekati dataran tinggi sebagai titik tembak tetap untuk secara langsung mendukung serangan infanteri, sebanyak 3 batalyon infanteri militer AS memasuki pertempuran, mereka menyerang dengan serangan multi-gelombang, dalam formasi segitiga belakang, dengan pasukan bergerak dari kecil ke besar, satu demi satu di bawah pengawasan gendarmerie (CPM).
Serangan gencar gila-gilaan Van Fleet akhirnya membuahkan hasil. Tak lama kemudian, Divisi ke-7 AS di Front Timur berhasil mempertahankan sebagian besar posisi permukaan termasuk puncak utama Shangganling untuk pertama kalinya, sedangkan Divisi ke-2 Korsel juga kehilangan Dataran Tinggi 537,7, permukaan Posisi Beishan dapat direbut kembali, dan pertahanan PVA yang telah bertahan selama seminggu telah benar-benar habis, baik dalam hal pasukan divisi maupun persediaan amunisi.
"Operasi Showdown" Van Fleet akhirnya yang didukung oleh daya tembak yang kuat, dan tampaknya itu mungkin telah mencapai efek pertempuran yang diharapkan. Namun, tentara PVA yang heroik dari divisi tersebut terlihat tidak akan menyerah begitu saja. Serangan balik seperti apa yang akan PVA lakukan?
Kedua pasukan saling berhadapan, dan pertempuran sengit pun terjadi. Masing-masing mengeluarkan kartu truf terakhir. Bisakah PVA akhirnya memimpin para pasukan PVA untuk mendapatkan kembali wilayah yang hilang? Empat puluh tiga hari setelah Pertempuran di Shangganling sebagai “Pertempuran yang Menentukan”.
Bersambung...
Silakan baca:
Pertempuran Bukit Shangganling di Perang Korea (5)
Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri
https://en.wikipedia.org/wiki/Battle_of_Triangle_Hill
https://korea.stripes.com/health/the-sacrifices-of-gen-van-fleet-and-his-son.html
https://www.psywarrior.com/KoreaSCP.html
http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/js_214151/4843738.html
http://taihangsummit.com/407e0a32f9/
https://www.163.com/dy/article/IQO2H4I405566RY0.html
http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/js_214151/4843738.html?big=fan
http://www.news.cn/2022-11/25/c_1129158123.htm
http://www.mod.gov.cn/gfbw/gfjy_index/xjdx/4809442.html
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI