Jenderal Yang Dezhi, wakil komandan Tentara Relawan/PVA, mencatat kejadian dalam risalah pertemuan: "Suatu hari, seorang tentara Amerika menemukan tempat terlindung dan buang air besar di bawah bendungan/dam. Celananya dilepas sebelum dia sempat bahkan mengangkatnya. Kedua tangan yang terulur dari bendungan langsung menariknya ke dalam terowongan. Sejak saat itu, setiap kali militer AS buang air besar, mereka akan membentuk tim yang terdiri dari tiga orang, dan dua di antaranya berjaga-jaga."
Meskipun masalah ini terlihat kecil, tapi dengan jelas menunjukkan kekuatan aktivitas unit kecil PVA. Bahkan meski musuh menduduki posisi permukaan Shangganling pada saat itu, tapi mereka tetap berada dalam situasi ketakutan, di mana jika angin menderu dan pepohonan serta rerumputan bergoyang semuanya mereka serang.
Dalam sembilan hari dari 21 hingga 29 Oktober 1952, lebih dari 20 unit tentara PVA yang berdiri kokoh di terowongan mengambil inisiatif menyerang musuh sebanyak 158 kali melalui serangan mendadak dan serangan diam-diam, kecuali sembilan kekalahan sisanya berhasil, dan tujuh posisi permukaan dipulihkan.
Namun, serangan sedikit demi sedikit ini tidak cukup untuk melawan serangan musuh, Bulan (malam hari) adalah milik para PVA dan matahari (siang hari) adalah milik militer AS. Saat fajar, musuh akan mengandalkan keunggulan daya tembak mereka untuk melancarkan serangan bergelombang pasang, membombardir PVA seperti air hujan, tanpa memperhitungankan harga dari amunisinya. Namun tekanan ini mempersempit ruang hidup PVA, pos-pos berulang kali diperebutkan, dan jumlah korban pasukan PVA terus menigkat.
Cui Jian’gong, komandan Divisi ke-45, tidak meninggalkan pos komando selama tujuh hari tujuh malam. Semua perwira dan prajuritnya, termasuk juru masak dan pelayan di divisi tersebut, telah didorong ke dalam terowongan di Shangganling, namun korban masih terlalu besar. Apa yang harus PVA lakukan?
Tepat ketika Cui Jiangong sangat cemas deperti semut di panci panas, telepon berdering. Di ujung telepon yang lain ada Komandan Qin Jiwei berkata, "Komandan Cui, jika Anda tidak dapat mempertahankan posisi Anda, jangan kembali dan menemuiku."
Cui Jian’gong berpikir sejenak dan menjawab dengan tegas, "Komandan, Divisi Empat Puluh Lima kita hanya memiliki satu batalion yang tersisa. Saya akan menjadi komandan batalion, jika tersisa satu batalion, jika hanya tersisa satu kompi, saya akan menjadi komandan kompi, meski pun hanya tinggal satu komandan kompi, saya akan tetap di pos ini.”
Faktanya, dalam Pertempuran Shangganling, di antara semua kompi infanteri Divisi 45, 16 kompi dibangun kembali secara menyeluruh sebanyak dua kali, karena banyak yang tewas dan terluka. Korban di pasukan tingkat pertama divisi tersebut hampir 100%, dan korban di tingkat peleton para kader hampir 90% korban, dan kader tingkat kompi di atas 65%.
Ketika angka-angka ini dilaporkan ke markas militer, kepala seksi operasi Divisi 45 langsung menangis.
Seorang komandan yang matang tidak hanya harus memiliki semangat juang yang tinggi, tetapi juga perlu menganalisa secara rasional situasi pertempuran tim dalam menghadapi berbagai kesulitan seperti kekurangan makanan, air, oksigen, dan personel, Qin Jigong mengeluarkan perintah militer di hadapan atasannya untuk melakukan serangan balik.