Van Fleet, panglima Resimen ke-8 AS dan komandan Kampanye (penyerangan) Shangganling AS, merasa khawatir. Dia pernah bersumpah (sesumbar) hanya membutuhkan waktu lima hari untuk merebut Shangganling dengan hanya akan mengorbankan 200 pasukannya, tapi bagaimana kenyataannya sekarang? Sumpah itu berubah menjadi tertawaan, dan jumlah kematian militer AS meningkat dari hari ke hari. Van Fleet terus memeras otak mencari jalan, akhirnya terpikirkan seseorang.
Chung Il-kwon adalah komandan Divisi Kedua Angkatan Darat Korea Selatan pada saat itu, dia lulus dari Sekolah Perwira Nonkomisioner Angkatan Darat Jepang. Setelah lulus dari sekolah ini, Chung Il-kwon pernah ke AS untuk menerima pelatihan sistematis militer AS, Â Van Fleet pikir mestinya dengan Divisi ke-2 dari Chung Il-kwon merupakan kandidat terbaik untuk mengambil alih serangan militer AS ke Shangganlin.
Chung Il-kwon, pada tahun 1940-an, seorang perwira Manchukuo mengubah nama Jepang menjadi Nakajima Ikken, ketika Jepang menguasai Korea. Ketika Korsel merdeka, berturut-turut menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat Republik Korea, Menteri Luar Negeri, Perdana Menteri, dan Ketua Majelis Nasional. Pada tahun 2008, menjadi faksi pro-Jepang. Â
Ketika Divisi Kedua Korsel mengambil tindakan ini, sebenarnya mereka juga sangat marah, mengatakan bahwa kalian (AS) lebih baik dari kita dan kalian tidak bisa menang, sangat tidak adil bagi kalian untuk membiarkan kita mengambil alih tugas ini. Tapi dalam benak Chung Il-kwon, jika kalian tidak bisa menang, tapi jika kita bisa menang, betapa bisa bangganya kita dan meningkatkan moral kita.
Sebenarnya, Divisi Kedua Korsel ini yang dipimpin oleh Chung Il-kwon pernah dikalahkan oleh Tentara PVA. Pada awal pertempuran ketiga saat awal pertempuran tahun 1951, Divisi Kedua Korsel ini menghadapi Divisi 196 dari Tentara PVA Korps ke-66 di daerah Yongnam-dong Gwanjeong-ri, yang hasilnya jelas mereka di gempur babak belur oleh PVA dan melarikan diri.
Dan kali kini mereka datang untuk bertarung di Shangganlin, apakah mereka tidak takut akan kalah lagi disini?
Tentara Korsel memang sudah rentan kalah sejak awal Perang Korea. Oleh karena itu, setiap kali melakukan pengaturan strategis untuk berperang, Peng Dehuai selalu menyerang Tentara Korsel terlebih dahulu, Â dengan menyerang Tentara Korsel lalu menerobos dan mengelinginya dan mengepung tentara AS, sehingga berhasil dalam satu gebrakan, dan merebut inisiatif di medan perang, militer AS sangat marah dengan hal ini.
AS mendirikan kamp pelatihan di wilayah Seoul pada tahun 1951 untuk secara khusus melatih tentara Korsel. Setelah lebih dari satu tahun reorganisasi dan pelatihan, Divisi Kedua Korea Selatan saat itu telah mengalami perubahan radikal.
Untuk pamer di depan Van Fleet, Chung Il-kwon ini tidak segan-segan menggunakan cara paling keji dan kejam dalam sejarah untuk menghadapi Tentara Relawan/PVA. Hingga bertahun-tahun kemudian para veteran PVA menguntuk Chung Il-kwo setiap kali dia menyebutkan namanya.
Untuk menghadapi benteng terowongan semacam ini, tentara Korsel juga memikirkan banyak cara. Karena mereka menduduki posisi permukaan, mereka menggunakan mortir, karena lintasan mortirnya melengkung. Kemudian mereka menggunakan lintasan melengkung ini untuk meledakkan pintu masuk terowongan PVA, dan pada saat yang sama mengatur peledakan di pintu masuk terowongan PVA.