Untuk mengetahui kisah ini, perlu mengetahui mengapa Tiongkok mempunyai kemauan politik yang kuat untuk mengembangkan industri penerbangan atau kedirgantaraannya secara mandiri sejak berdirinya RRT (Republik Rakyat Tiongkok diproklamirkan berdiri resmi 1 Oktober 1949).
Kaitannya dengan ini baiklah kita berkilas balik pada tahun 1950 Perang Korea pecah, api perang dengan cepat melebar hingga mencapai Sungai Yalu (perbatasan RRT dengan Korea). Pada hari-hari awal perang, 15 kesatuan AU-AS memiliki lebih dari 1.100 pesawat, sedangkan AU Tiongkok hanya memiliki beberapa pesawat "IWC" yang diaktifkan kembali selama Perang Pembebasan (Perang Saudara dengan Kuomintang yang akhirnya lari ke Taiwan)
Oleh karena itu, MacArthur, yang saat itu menjabat Panglima Angkatan Perang Timur Jauh AS, dengan sombongnya menyatakan bahwa Tiongkok tidak memiliki angkatan udara sama sekali.
Namun, hanya sebulan setelah Angkatan Udara AS memamerkan kekuatannya, situasi tiba-tiba berbalik. AU Tiongkok memiliki jet tempur MiG-15 baru dan melancarkan duel udara sengit dengan AU AS.
Sehingga terjadi sebuah "Koridor MiG" di tepi selatan Sungai Yalu yang membuat militer AS sangat kecewa, sehingga Kepala Staf Angkatan Udara AS saat itu, Hoyt Sanford Vandenberg, harus memerintahkan agar pasukan dan pesawat AS dan sekutu tidak di-izinkan memasuki daerah "Koridor MiG" jika tidak dikawal pesawat pengebom AS.
Ketua Mao sangat senang ketika berita itu sampai ke Beijing. Saat bertemu dengan perwakilan Tentara Relawan Tiongkok, dia bahkan mengatakan bahwa akan sangat bagus jika memiliki angkatan udara. Kemudian berseru "Hidup Angkatan Udara!!!"
Namun, setelah kegembiraan sesaat, Ketua Mao menghela nafas. Pilot kita bisa menciptakan keajaiban "Koridor MiG", tapi kapan Tiongkok bisa menerbangkan pesawat yang kita (Tiongkok) kembangkan dan produksi secara mandiri?
Segera setelah itu di bawah instruksi Ketua Mao, Perdana Menteri Zhou Enlai segera mulai membangun industri penerbangan/kedirgantaraan Tiongkok, dan impian penerbangan Tiongkok pun segera terwujud.
Jadi, bagaimana industri penerbangan RRT berubah dari negara yang sangat miskin dan tidak tahu apa-apa tentang industri kedirgantaraa berkembang menjadikan negara dirgantara yang tinggal landas? Ada cerita yang kurang diketahui di balik ini tentang pesawat pertama yang dirancang secara mandiri yang selama berdekade tidak diketahui khalayak umum, kini mulai dibuka...
Pada 18 April 1951, pemerintah pusat secara resmi mengeluarkan pemberitahuan yang mengumumkan pembentukan Biro Industri Penerbangan Kementerian Perindustrian Berat, dengan kode nama Biro 4. Ketika berita itu menyebar, seorang pemuda bernama Xu Shunshou ( dibaca: Shi Sunsou) sangat bersemangat dan antusias.
Song Shubi -- istri Xu Shunshou belakangan menceritakan: Setelah saya mulai bekerja, suatu hari saya melihat dia sangat bahagia, dan saya berkata, apa yang sedang kamu gembirakan hari ini? Dia tidak memberi tahu saya terlebih dahulu, tapi dia mengatakan bahwa saya bisa merancang pesawat terbang untuk negara saya di masa depan.
Pemuda dengan penampilan bermartabat dan temperamen anggun dalam foto tersebut adalah Xu Shunshou, Dia berusia 34 tahun saat itu. Xu Shunshou lahir di keluarga intelektual di Wuxing, Provinsi Zhejiang. Setelah "Insiden 7 Juli" pecah, Xu Shunshou, lulusan Sekolah Menengah Gan Gang, menganut gagasan menyelamatkan negara melalui penerbangan. Ia bercita-cita untuk diterima di Universitas Pusat Nasional Republik Tiongkok, yang merupakan pendahulu dari Fakultas Teknik Universitas Nanjing.
Pada tahun 1944, Xu Shunshou dikirim ke Amerika Serikat untuk mempelajari teknologi desain pesawat terbang. Hingga menjelang berdirinya RRT, Xu Shunshou bertekad untuk mengabdikan seluruh upayanya pada industri penerbangan RRT dengan ketulusannya kepada tanah airnya.
Biro Industri Penerbangan didirikan di Shenyang pada bulan April 1951 dan dipindahkan ke Beijing tiga bulan kemudian. Jalan Gulou West No. 158, Beijing. Halaman yang tidak mencolok ini adalah kantor Biro Industri Penerbangan, ketika itu dia ditugaskan ke departemen teknis sebagai Insinyur biasa.
Tugas pertama yang diterimanya bukan sebagai desainer pesawat, melainkan sebagai petugas merawat dan memperbaiki pesawat.
Untuk memenuhi pasokan suku cadang pesawat untuk melawan agresi AS dan membantu Korea, Biro Industri Penerbangan secara khusus membentuk departemen manufaktur yang bertanggung jawab atas produksi suku cadang untuk memenuhi kebutuhan perbaikan pesawat.
Saat itu, pesawat yang digunakan Tentara Relawan Tiongkok di Korea semuanya dibantu oleh mantan Uni Soviet (saat itu sebelum bubar), dan dokumen teknisnya semuanya dalam bahasa Rusia, oleh karena itu, Xu Shunshou yang satu-satunya orang di departemen teknis yang mahir berbahasa Rusia, menjadi personil yang terbaik untuk menerjemahkan materi dan menggambar diagram.
Selama periode ini, karena karyanya yang luar biasa, dia dipromosikan menjadi kepala departemen desain. Dalam sekejap, pada tahun 1954, setelah tiga tahun pengalaman, Xu Shunshou mulai mengambil alih pekerjaannya sendiri.
Pada 1 April 1954, di bawah kepemimpinan Xu Shunshou, Pabrik Manufaktur Pesawat Nanchang mulai mencoba meniru Yak 18 Uni Soviet. Yak 18 adalah pesawat latih utama dua kursi yang diproduksi oleh Uni Soviet setelah Perang Dunia II. Ini adalah model dasar untuk pelatihan Angkatan Udara Tiongkok. Setelah setengah tahun uji coba produksi, replika pesawat pertama berhasil diproduksi.
Pada tanggal 3 Juli 1954, Yak 18 tiruan Tiongkok berhasil melakukan penerbangan pertamanya, ini menandai awal dari Tiongkok memperoleh kemampuan untuk merancang dan memproduksi pesawat sendiri. Ketua Mao Zedong sangat bersemangat setelah mendengar berita ini, dan secara pribadi menulis surat pujian kepada Pabrik Manufaktur Pesawat Nanchang.
Isi surat itu seperti berikut: Selamat atas keberhasilan uji coba produksi pesawat Yak-18 yang pertama. Ini merupakan awal yang baik dalam membangun industri manufaktur pesawat terbang negara kita (Tiongkok) dan memperkuat kekuatan pertahanan negara kita. Saya harap Anda terus bekerja keras untuk lebih menguasai inti teknis dan meningkatkan kualitas di bawah bimbingan para ahli Soviet, untuk memastikan penyelesaian tugas produksi formal. Mao Zedong.
Namun, karena berbagai alasan, para ahli terkait (ex. Soviet) bungkam mengenai masalah inti terkait desain pesawat, dan pesawat yang mereka berikan ke Tiongkok untuk ditiru adalah model yang sudah lama berhenti diproduksi.
Gu Songfen -- Akademisi dari Akademi Teknik Tiongkok menceritakan: Mereka  (Uni Soviet) bahkan menjual peralatan kerajinannya kepada kita. Ini menunjukan apa? Jika kita mengandalkan orang lain, kita akan selalu di belakang mereka, dan kita akan berada satu generasi di belakang mereka.
Xu Shunshou juga tahu betul bahwa tidak mungkin mengandalkan negara asing untuk teknologi inti desain pesawat. Dia hanya bisa mengandalkan kekuatannya sendiri untuk membuat jalur baru. Jika RRT ingin mengembangkan desain pesawat secara mandiri, itu harus mendirikan lembaga penelitian ilmiah mandiri.
Maka itu Xu Shunshou mengajukan permohonan kepada pimpinan Biro Industri Penerbangan. Pada bulan Agustus 1956, Biro Industri Penerbangan mengeluarkan perintah untuk mendirikan kantor desain pesawat di Pabrik Shenyang 112, dan menunjuk Xu Shunshouwei sebagai kepala desainer.
Di bawah perintah Administrasi Industri Penerbangan, Tiongkok memutuskan untuk mendirikan badan desain pesawat khusus pertamanya, Kantor Desain Pesawat. Ini adalah deretan bangunan kecil yang telah ditinggalkan selama bertahun-tahun di halaman Pabrik Shenyang 112.
Ini adalah ruang kantor kantor desain pada saat itu. Ada kesenjangan besar antara ini dan kantor desain ketika Xu Shunshou berada belajar di Amerika Serikat.
Meskipun kondisi kantornya sederhana, tapi Xu Shunshou sangat termotivasi. Dia secara pribadi memimpin semua orang untuk merenovasi beberapa bangunan kecil sesuai dengan standar dan persyaratan yang diperlukan. Setelah menyelesaikan tata letak lingkungan kantor desain, Xu Shunshou mulai membentuk sebuah tim.
Saat itu, Xu Shunshou hanya memiliki lebih dari 30 desainer, tetapi biasanya tim dasar sebuah kantor desain pesawat membutuhkan setidaknya sekitar seratus orang. Dari mana Xu Shunshou dapat menemukan begitu banyak talenta profesional?
Pada tahun 1952, RRT yang baru berdiri secara khusus mendirikan Sekolah Tinggi Industri Penerbangan Nanjing dan Sekolah Industri Penerbangan Shenyang untuk mengembangkan bakat penerbangannya sendiri. Sistem akademiknya berlangsung selama 4 tahun. Tahun itu kebetulan merupakan angkatan pertama siswa dari kedua sekolah tersebut, maka dia  memutuskan untuk pergi ke sana untuk melakukan seleksi sekelompok talenta.
Sebelum berangkat, semua orang mengadakan pertemuan khusus untuk membahas masalah rekrutmen. Terakhir, Xu Shunshou menulis tiga kata di papan tulis di ruang desain: nilai, hobi, dan semangat kerja.
Berdasarkan ketiga kriteria tersebut, Xu Shunshou memilih lebih dari 70 lulusan universitas. Tim ini mewakili tingkat tertinggi desain pesawat Tiongkok pada saat itu. Usia rata-rata hanya 22 tahun,  Maka sejak itu Tiongkok  mulai membudidayakan talenta kedirgantaraan.
Xu Shunshou percaya bahwa merancang pesawat baru harus dimulai dari kebutuhan aktual dan berusaha sejalan dengan tingkat kemahiran internasional dalam kondisi teknis yang memungkinkan.
Saat itu, teknologi pesawat baling-baling sudah tertinggal, dan kecepatan pesawat jet bisa mencapai 4,6 kali lipat.
Cheng Bushi -- mantan kepala desainer Institut Penelitian Pesawat Shanghai menceritakan: Penerbangan di pertengahan abad ke-20 sebenarnya merupakan sebuah kemajuan. Setelah diperkenalkannya teknologi jet, seluruh teknologi mengambil tampilan yang benar-benar baru. Komunitas penerbangan internasional dianggapnya sebagai awal dari era jet, jadi ini adalah langkah teknologi yang sangat penting. Maka pesawat pertama yang dirancang oleh RRT adalah jet.
Saat itu, umumnya pesawat latih digunakan di sekolaah penerbangan AU Tiongkok adalah Yak-11 dengan roda pendarat roda tiga baling-baling, tapi kini (ssat itu) sudah tidak bisa lagi memenuhi persyaratan pelatihan pesawat jet. Setelah pertimbangan menyeluruh, Xu Shunshou akhirnya memilih pesawat latih jet subsonik sebagai pesawat latih.
Oleh karena itu, pesawat yang akan dikembangkan diberi nama Fighter Trainer Type 1 atau disingkat Fighter Training 1.
Pada bulan Oktober 1956, Xu Shunshou menerima persetujuan dari atasannya, dan dia tahu bahwa akan ada pertempuran yang sulit di depan.
Pada saat itu, sebagian besar orang di kantor desain adalah mahasiswa yang baru lulus. Meskipun mereka sangat antusias, mereka kurang pengalaman. Oleh karena itu, Xu Shunshou secara khusus menyusun "Manual Institut Desain". Shunshou meminta kantor desain mengumpulkan informasi desain pesawat sebanyak mungkin untuk referensi.
Chen Yijian -- mantan Akademisi dari Akademi Teknik Tiongkok menceritakan: Â Dilihat dari bahannya, banyak sekali bahan dari Soviet dan beberapa gambar dari Amerika Serikat, yang mengharuskan desainer untuk memikirkan lebih banyak gambar dan detail pesawat yang sudah matang, semakin banyak semakin baik. Ini ibratnya seperti membaca tiga seratus puisi kalsik Tang. Sekalipun Anda tidak bisa menulis puisi, Anda tetap bisa melantunkannya. Ini adalah teori Xu Shunshou.
Pada bulan Juli 1956, Pabrik Pembuatan Pesawat Shenyang baru saja berhasil meniru jet tempur MiG-17 Soviet. Para perancangnya sangat akrab dengan proyek rahasia pesawat tersebut, sehingga banyak dari mereka menyarankan agar mereka mengacu pada standar yang relevan dari MiG-17 untuk desain. Namun, Xu Shunshou tahu di dalam hatinya bahwa pesawat MiG memiliki banyak kekurangan, dan dia tidak boleh hanya fokus pada MiG saat mendesain dan harus mandiri.
Pada saat itu, semua pesawat jet mantan Uni Soviet menggunakan metode pemasukan udara dari hidung pesawat, tetapi Xu Shunshou menganggap ini adalah kelemahan yang serius. Karena hidung pesawat umumnya merupakan tempat pemasangan radar, dan kecepatan angin dari saluran masuk udara dari hidung akan sangat mengganggu radar, sehingga tidak ada cara untuk bisa memasang radar.
Pesawat tanpa radar seperti manusia tanpa mata. Mampu memahami tren medan perang kapan saja (setiap saat) sangat penting bagi jet tempur. Untuk menyelesaikan masalah ini sangat penting bagi desain pesawat berperforma tinggi di masa depan.
Setelah beberapa bulan eksplorasi, Xu Shunshou menemukan solusi yang tepat, yaitu mengubah asupan udara dari hidung ke sisi badan pesawat. Solusi teknis ini belakangan menjadi arus utama internasional, yang kemudian menjadi pesawat tempur Phantom Amerika dan Uni Soviet SU-25. Â Mereka semua menggunakan metode pemasukan udara ini.
Agar pesawat yang dirancangnya lebih sesuai dengan kebutuhan pilot Tiongkok, Xu Shunshou sering membawa gambar ke tentara untuk meminta pendapat. Suatu kali, seorang pilot melaporkan kepada Xu Shunshou bahwa ketika mereka menerbangkan pesawat Soviet, kanopi pesawat mudah mengenai kepala mereka, dan pegangan kendali juga sangat tidak nyaman untuk dipegang, Xu Shunshou mencatatnya di dalam hatinya.
Sekembalinya ke kantornya, Xu Shunshou akhirnya dapat menemukan permasalahan tersebut, setelah melakukan penelitian berulang kali. Ternyata pesawat yang diterbangkan oleh pilot Tiongkok saat itu semuanya diimpor dari Uni Soviet, dan pesawat tersebut didesain sesuai dengan ciri fisik pilot Soviet.
Untuk mengatasi masalah ini, Xu Shunshou yang berdifat teliti, mengatur agar seorang desainer mengumpulkan data tubuh 1.400 pilot Tiongkok. Setelah melalui analisis statistik ilmiah, Xu Shunshou mengatakan bahwa ketinggian kokpit JJ-1 (Jet latih buatan Tiongkok No.1) harus ditingkatkan secara tepat.
Pada saat yang sama, ukuran pegangannya dikurangi, dan desain ini lebih cocok untuk pilot Tiongkok sendiri. Dengan cara ini, Xu Shunshou menghabiskan waktu 5 bulan untuk menyelesaikan semua masalah teknis inti JJ-1 dengan benar.
Kemudian langkah selanjutnya dalam menjaring karya desain telah memasuki tahap desain penampilan. Tanpa diduga, itu terjadi pada saat perancangan program JJ-1 menemui masalah besar.
Pada bulan Maret 1957, pekerjaan desain JJ-1 sudah memasuki tahap akhir. Menurut praktik internasional, prototipe kayu akan diproduksi saat ini untuk ditinjau oleh semua pihak, tetapi orang Tiongkok belum pernah ada yang pernah membuat prototipe pesawat seperti demikian.
Para personil desain selama itu dapat menggambar dan memperbaiki pesawat terbang, tetapi pekerjaan pertukangan seperti ini membuat mereka bingung.
Kemudian Xu Shunshou memutar otak, dan akhirnya mengundang seorang tukang kayu mahir (tingkat delapan) bernama Chen Mingsheng, dan memperlihatkan  beberapa gambar JJ-1 serta beberapa prototipe kayu buatan asing. Akhirya dia membawa tim pertukangan dengan alat pertukangan kayu, maka dibuatlah protipe kayu ini hanya dalam seratus hari.
Setelah mendengar kabar bahwa prototipe kayu pesawat telah siap, dan pilot penguji di pabrik datang untuk mengamati prototipe tersebut. Ketika pintu hanggar terbuka, pilot yang duduk di kokpit dapat melihat landasan pacu di luar dan cakrawala di kejauhan seolah prototipe kayu ini benar-benar bisa terbang.
Pada bulan September 1957, Xu Shunshou menyambut tim peninjau yang dipimpin oleh Wakil Direktur Departemen Pemesanan Angkatan Udara (PLA) dengan harapan besar. Tanpa diduga, hasilnya keluar lima hari kemudian dan berkata: Kami lebih suka membeli pesawat-pesawat Soviet, dan tidak membutuhkan jet tempur Anda JJ-1.
Apa sebenarrnya permasalahannya ini? Ternyata setelah tim peninjau memeriksa prototipe tersebut, mereka menganggap pesawat tersebut terlalu besar dan berat, dan sulit melakukan manuver yang sulit.
Komentar seperti itu pasti membuat mereka sedih, tetapi Xu Shunshou dengan cepat mendapatkan kembali ketenangannya dan mengadakan pertemuan. Pada pertemuan tersebut, Xu Shunshou mendorong semua orang untuk mendengarkan pendapat militer dan membuat perubahan, sehingga rencana tersebut kemudian dapat disetujui.
Berdasarkan pendapat tersebut, kantor desain memodifikasi rancangan pesawat dan memperkecil ukuran tangki bahan bakar. Dua hari kemudian, prototipe yang dimodifikasi mulai menjalani tinjauan kedua.
Selama peninjauan ini, para pemimpin Biro Industri Penerbangan menyerahkan keseluruhan rencana JJ-1 kepada Institut Penelitian Tenaga Fluida Pusat (mantan) Uni Soviet dan meminta mereka untuk meninjaunya, lembaga ini adalah salah satu lembaga desain dan penelitian pesawat terbang tercanggih di dunia saat itu.
Pesawat yang dirancang di mantan Uni Soviet harus lulus uji lembaga penelitian ini sebelum bisa diproduksi. Jika bisa lolos review dari organisasi berwenang ini, berarti desain Xun Shunshui benar-benar berkualitas.
Jadi untuk ujian sebesar itu, bagaimana pencapaian tim pemula Tiongkok? Xu Shunshou sangat ingin menunggu hasilnya, tetapi rekan-rekan di bengkel produksi Pabrik Pesawat Shenyang bahkan lebih cemas daripada Xu Shunshou.
Saat itu gambar desain pesawat sudah dikirim ke pabrik dan menunggu produksi. Namun saat ini, rencana yang dikirim ke mantan Uni Soviet untuk ditinjau belum mendapat tanggapan. Xu Shunshou dengan tegas memutuskan untuk memulai produksi setelah mereka mendesaknya beberapa kali.
Meskipun Xu Shunshou sangat percaya diri dengan karyanya kali ini, tidak ada yang berani menjaminnya sampai hasilnya keluar. Sementara semua orang menunggu produksi, pada musim semi tahun 1958, pendapat tinjauan para ahli dari mantan Uni Soviet akhirnya datang.
Negara mantan Uni Soviet memiliki evaluasi keseluruhan yang baik terhadap JJ-1, namun menyatakan bahwa desain ekor horizontal pesawat tidak masuk akal dan dapat menyebabkan kecepatan pesawat menurun dan harus dimodifikasi.
Saat itu, pesawat sudah masuk jalur produksi. Jika dilakukan perubahan besar, masa konstruksi akan tertunda dan kerugian besar akan terjadi. Terus bagaimana sikap Xu Shunshou?
Sejak hari itu, Xu Shunshou membawa barang kebutuhan sehari-harinya ke kantor desain. Meja-meja di bawah jendela ini menjadi meja, meja makan, dan tempat tidurnya pada saat yang bersamaan. Dia bertekad untuk tidak meninggalkan pabrik pesawat selama sehari pun sebelum dapat menyelesaikan masalah tersebut.
Kebanyakan orang melihat langsung ke kurva saat mengamati gambar, tetapi Xu Shunshou menggunakan mata ke samping untuk mengamati kurva dari sudut yang berbeda.
Feng Jiabin -- Insinyur Senior Desain Penampilan Pesawat menceritakan: Ini adalah kurva. Kelihatannya mulus jika dilihat demikian (seperti gabar di atas), jika ada lubang atau tonjolan di dalamnya yang tidak terlihat, apa yang harus Anda lakukan? Anda pasti mengira kurva ini pendek bukan? Ini setara dengan memampatkan kurva, dan gundukan serta lembah di dalamnya dapat terlihat dengan sangat jelas, jika dilihat seperti di bawah ini.
Ketua Mao selalu memperhatikan situasi pesawat yang dirancang secara independen di negaranya. Tepat setelah Festival Musim Semi tahun 1958, dia secara pribadi mengunjungi Pabrik Pembuatan Pesawat Shenyang untuk melakukan inspeksi. Kedatangan ketua Mao membuat sorak-sorai personil dan teknisi di pabrik. Saat itu, uji coba produksi JJ-1 sedang dalam tahap akhir penelitian.
Ketua Mao melakukan percakapan ramah-tamah dengan staf teknis pabrik dan menanyakan kemajuan proyek tersebut. Dia berharap pesawat jet yang  dirancang dan diproduksi sendiri oleh Tiongkok sesegera mungkin terwujud.
Pada 24 Juli 1958, prototipe pertama JJ-1, No. 101, akhirnya dirakit. Dibutuhkan waktu kurang dari 100 hari sejak dikeluarkannya gambar produksi hingga perakitan akhir prototipe pertama.'
Dikelilingi oleh kerumunan orang pada tanggal 26 Juli 1958, pesawat JJ-1 pesawat J-1 pertama meluncur dari jalur perakitan, menunggu inspeksi penerbangan pertamanya. Pilot uji cobanya adalah Yu Zhenwu, lulusan Sekolah Penerbangan Angkatan Udara dan kemudian menjabat sebagai Komandan Angkatan Udara.
Ini adalah momen yang menarik banyak perhatian. Ketika Yu Zhenwu duduk dekat kokpit dan bersiap untuk lepas landas, kebisingan sebelumnya sepertinya berhenti dalam sekejap. Para desainer dan pekerja yang hadir menahan napas dan memusatkan perhatian mereka pada "Elang Perak" , serta bertanya-tanya dalam hati, bisakah pesawat pertama yang dirancang sendiri oleh Tiongkok dapat terbang?
Diiringi suar sinyal hijau yang muncul dari podium komando, JJ-1 melaju ke depan dan terbang ringan ke langit biru. Kegugupan dan kecemasan yang sebelumnya menghinggapi semua orang, seketika berubah menjadi kegembiraan yang meledak saat pesawat berhasil lepas landas sorak-sorai orang-orang yang bertepuk tangan dan suara gemuruh pesawat bercampur menjadi satu, lama terdengar tiada henti.
Pengembangan dimulai pada bulan Oktober 1956 dan penerbangan pertama berhasil pada bulan Juli 1958. Pesawat pertama Tiongkok, JJ-1, hanya membutuhkan waktu 1 tahun 9 bulan. Pesawat ini memelopori desain independen pesawat RRT dan mewujudkan transisi dari pesawat tiruan ke pesawat otonom. Peralihan desain menandai bahwa industri penerbangan Tiongkok telah memasuki era baru.
Sebagai kepala desainer, Xu Shunshou juga telah menjadi ahli desain pesawat Tiongkok pertama. Keberhasilan JJ-1 menciptakan sejarah pengembangan pesawat militer independen Tiongkok.
Jadi bagaimana Tiongkok bisa mencapai terobosan dalam penerbangan sipil, yang merupakan cabang penting dalam industri penerbangan? Akan dilanjutkan pada tulisan berikutnya..
Kisah Perkembangan Industri Penerbangan Tiongkok dan Tokoh-tokohnya (2)Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â Â
Sumber: Media tulisan dan TV luar negeri
https://watchjournal.com/iwc-pilots-watch-spitfire/
https://i-com.cdn.gaijin.net/monthly_2019_10/timg.jpg.26a5e7bf123ecc43176b094d1c46aafb.jpg
https://old-forum.warthunder.com/index.php?/topic/466712-shenyang-jj-1/
https://jiliuwang.net/archives/92821
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H