Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Kisah Perkembangan Industri Penerbangan Tiongkok dan Tokoh-tokohnya (1)

23 Mei 2024   10:40 Diperbarui: 23 Mei 2024   10:49 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pesawat tanpa radar seperti manusia tanpa mata. Mampu memahami tren medan perang kapan saja (setiap saat) sangat penting bagi jet tempur. Untuk menyelesaikan masalah ini sangat penting bagi desain pesawat berperforma tinggi di masa depan.

Setelah beberapa bulan eksplorasi, Xu Shunshou menemukan solusi yang tepat, yaitu mengubah asupan udara dari hidung ke sisi badan pesawat. Solusi teknis ini belakangan menjadi arus utama internasional, yang kemudian menjadi pesawat tempur Phantom Amerika dan Uni Soviet SU-25.  Mereka semua menggunakan metode pemasukan udara ini.

Sumber: quora.com+ militaryfactory.com
Sumber: quora.com+ militaryfactory.com

Agar pesawat yang dirancangnya lebih sesuai dengan kebutuhan pilot Tiongkok, Xu Shunshou sering membawa gambar ke tentara untuk meminta pendapat. Suatu kali, seorang pilot melaporkan kepada Xu Shunshou bahwa ketika mereka menerbangkan pesawat Soviet, kanopi pesawat mudah mengenai kepala mereka, dan pegangan kendali juga sangat tidak nyaman untuk dipegang, Xu Shunshou mencatatnya di dalam hatinya.

Sekembalinya ke kantornya, Xu Shunshou akhirnya dapat menemukan permasalahan tersebut, setelah melakukan penelitian berulang kali. Ternyata pesawat yang diterbangkan oleh pilot Tiongkok saat itu semuanya diimpor dari Uni Soviet, dan pesawat tersebut didesain sesuai dengan ciri fisik pilot Soviet.

Untuk mengatasi masalah ini, Xu Shunshou yang berdifat teliti, mengatur agar seorang desainer mengumpulkan data tubuh 1.400 pilot Tiongkok. Setelah melalui analisis statistik ilmiah, Xu Shunshou mengatakan bahwa ketinggian kokpit JJ-1 (Jet latih buatan Tiongkok No.1) harus ditingkatkan secara tepat.

Pada saat yang sama, ukuran pegangannya dikurangi, dan desain ini lebih cocok untuk pilot Tiongkok sendiri. Dengan cara ini, Xu Shunshou menghabiskan waktu 5 bulan untuk menyelesaikan semua masalah teknis inti JJ-1 dengan benar.

Kemudian langkah selanjutnya dalam menjaring karya desain telah memasuki tahap desain penampilan. Tanpa diduga, itu terjadi pada saat perancangan program JJ-1 menemui masalah besar.

Pada bulan Maret 1957, pekerjaan desain JJ-1 sudah memasuki tahap akhir. Menurut praktik internasional, prototipe kayu akan diproduksi saat ini untuk ditinjau oleh semua pihak, tetapi orang Tiongkok belum pernah ada yang pernah membuat prototipe pesawat seperti demikian.

Para personil desain selama itu dapat menggambar dan memperbaiki pesawat terbang, tetapi pekerjaan pertukangan seperti ini membuat mereka bingung.

Kemudian Xu Shunshou memutar otak, dan akhirnya mengundang seorang tukang kayu mahir (tingkat delapan) bernama Chen Mingsheng, dan memperlihatkan  beberapa gambar JJ-1 serta beberapa prototipe kayu buatan asing. Akhirya dia membawa tim pertukangan dengan alat pertukangan kayu, maka dibuatlah protipe kayu ini hanya dalam seratus hari.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun