Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Mengapa Tiongkok Memilih Sistem Satu Partai Politik?

18 Februari 2024   17:31 Diperbarui: 19 Februari 2024   10:52 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahasan ini dikutip dari pandangan pakar, analis Tiongkok dan luar dalam diskusi akademis dalam rangka kelahiran PKT (lahir 23 Juli 1921) terakhir ini. Mereka memperhatikan bahwa akhir-akhir ini sikap AS dan negara-negara Barat terhadap Tiongkok nampaknya telah banyak berubah dalam beberapa tahun terakhir. Mengapa?

Menurut pandangan analis dan pakar Tiongkok serta beberapa pengamat luar, karena selama ini Barat telah lama salah memahami Tiongkok dan PKT.

Di Tiongkok, politik berfungsi dalam kerangka negara komunis berdasarkan sistem kongres rakyat di bawah kepemimpinan Partai Komunis Tiongkok (PKT/CCP), dengan Kongres Rakyat Nasional (NPC) berfungsi sebagai organ tertinggi kekuasaan negara dan satu-satunya cabang pemerintahan. sesuai dengan prinsip kesatuan kekuasaan.

Di bawah pemerintahan Xi Jinping, Tiongkok juga disebut sebagai "demokrasi rakyat yang menyeluruh". Banyak pengamat asing mengkategorikan Tiongkok sebagai negara satu partai yang otoriter, dan beberapa di antaranya mengatakan Tiongkok telah beralih ke neo-otoritarianisme. Beberapa orang mengkarakterisasinya sebagai kediktatoran.

Beberapa pakar Tiongkok masih ingat hingga tahun 2012, pengamat politik arus utama Barat masih percaya bahwa Tiongkok akan runtuh. Bahkan ketika pada malam Kongres Nasional PKT ke-18, yang dipertanyakan pertama yang diajukan pembawa acara kepada pakar Tiongkok (Zhang Weiwei), apakah kelak masih akan ada Kongres Nasional PKT ke-19?

Maka saat itu pakar Tiongkok tertawa dan balik bertanya: "Berapa banyakkah prediksi Barat tentang Tiongkok yang benar dalam beberapa tahun terkahir ini?" dan dijawab tidak ingat oleh pembawa acara.

Ideologi yang memandu para cendekiawan arus utama Barat, media arus utama, dan lembaga pemikir arus utama masih bersifat "Western-sentrisme" atau "teori akhir sejarah." Jika selama praktik Tiongkok berbeda dengan praktik Barat, Tiongkok salah, Tiongkok akan menuju kemunduran dan akan runtuh.

Namun apapun gembar-gembor Barat dan AS, Tiongkok faktanya membuat kemajuan besar munuju panggung ekonomi dan politik dunia.

Sangat jelas terlihat, para cendekiawan, lembaga think tank, dan media Barat belum cukup siap, dan juga bahkan ada beberapa cendekiawan dan lembaga think tank dalam negeri Tiongkok sendiri yang terpengaruh paham Barat dan yang telah tercuci otak oleh wacana Barat juga belum siap.

Faktanya kita dapat melihat bahwa saat ini AS kini sangat cemas, kewalahan, dan berada dalam dilema, sehingga membuat kebijakan dadakan yang terkadang menutup Institut Konfusius, terkadang mencabut visa sarjana/cedikiawan Tiongkok, dan terkadang menyatakan bahwa Tiongkok dan AS adalah persaingan antar ras yang berbeda. Beberapa pihak bahkan mengancam akan "decoupling/keterlepasan(memutus sama sekali)" hubungan sepenuhnya dari perekonomian Tiongkok.

Reaksi AS tampaknya untuk pembicaraan tentang "Tiongkok" sudah kelewat batas. Sehingga bagi pihak Tiongkok perlu mengingatkan AS bahwa mereka harus percaya diri, AS itu masih negara adidaya dan tidak ada yang mau merampas kekuatan mereka. Tapi orang Amerika tidak percaya diri. Mereka tidak mempercayai hal ini dan selalu merasa bahwa Tiongkok seolah mengacam semua yang mereka miliki. Namun faktanya, Tiongkok tidak memiliki niat seperti itu terhadap AS.

Menurut pihak Tiongkok, AS dan bahkan seluruh dunia Barat telah lama salah memahami Tiongkok. Jika diperhatikan keadaan saat ini, kita biasanya tahu bahwa ketika media arus utama Barat menyentuh/memperbincangkan sistem politik Tiongkok dan sistem kepartaian Tiongkok, mereka berpandangan ada banyak hal yang salah dengan Tiongkok. Selalu ada beberapa pertanyaan, salah satunya adalah mengapa Tiongkok hanya melakukan reformasi ekonomi dan tidak melakukan reformasi politik.

Salah satunya adalah Barat menganggap, tanpa reformasi politik, bagaimana hal ini bisa berhasil? Salah satunya adalah kapan Tiongkok akan melepaskan sistem satu partainya? dll.

Namun cendikiawan Tiongkok menganggap pakar Barat malas melakukan penelitian, media malas melakukan liputan keadaaan sesungguhnya, mengandalkan pikiran diri sendiri untuk menipu seluruh dunia dengan apa yang disebut "nilai-nilai universal" yang didefinisikan oleh mereka diri sendiri. Dengan tidak memerlukan penyelidikan dan penelitian apa pun.

Merasa tidak perlu memahami tradisi budaya dan sejarah berbagai negara. Barat menganggap jika berbeda dengan mereka itu berarti tertinggal dan salah. Jadi Barat dan AS menganggap orang lain tidak boleh lebih tinggi dari mereka.

Mentalitas ini telah menyebabkan semakin kakunya sistem Barat, dan elit sosialnya tidak mau membuat kemajuan atau melakukan reformasi, akibatnya hanya akan terjadi aliran "fenomena angsa hitam" yang tiada hentinya, yang mengakibatkan masyarakat pada umumnya menjadi semakin kecewa.

Sehingga tampaknya perlu bagi Tiongkok memberi tahu orang Amerika untuk lebih percaya diri. Jika tidak, setidaknya percaya diri untuk berkeyakinan melakukan komunikasi. Kini mereka ketakutan untuk melakukan pertukaran akademis dan budaya yang normal. Bagaimana bisa mereka memiliki kemurahan hati dan kewibawaan sebagai negara besar?

Tampaknya Barat tidak bisa memahami sistem politik Tiongkok, khususnya  PKT. Menurut pihak Tiongkok ini adalah kunci dari permasalahan ini, dan ini sebagian besar disebabkan oleh prasangka ideologis Barat yang sudah lama ada. Hal ini juga berasal dari bias seluruh filsafat dan ilmu-ilmu sosial Barat yang didasarkan pada pengalaman Barat.

Seiring dengan kebangkitan Tiongkok, keinginan seluruh dunia luar untuk memahami PKT sebenarnya semakin kuat. Baik itu di Eropa, Rusia, Afrika, atau bahkan AS. Sekarang ini berhubung ada membatasan bagi pakar Tiongkok untuk menyampaikan pemaparan atau ceramah di Barat dan AS, jika tidak, diyakini peserta akan berbondong-bondong mendengarkannya. (Demikian menurut cendikiawan Tiongkok).

Saat ini, kekuatan ekstrim kanan memang sedang meningkat di AS. Mereka sedang gencar mempromosikan anti-Tiongkok dan anti-komunis, yang mengingatkan kita pada McCarthyisme pada tahun 1950-an.

Oleh karena itu, AS dikenal dengan sebutan Right Academic Freedom, namun saat ini sebenarnya tidak banyak institusi yang mampu bertahan terhadap arus balik tersebut, hal ini juga membantu kita untuk benar-benar memahami rajutan ekologi dan ekologi akademik AS yang sebenarnya.

Membicarakan tentang Tiongkok atau PKT sekarang secara politis tidak dibenarkan di AS karena termasuk "ketidak benaran politik", jadi menurut pihak Tiongkok hal ini pada akhirnya yang akan menjadi korban terbesarnya adalah AS sendiri.

Akibatnya memang benar banyak orang yang tidak bisa memahami PKT karena pengaruh wacana Barat, dan ini juga terjadi pada sebagian dari anggota dan kader partai PKT sendiri tidak bisa memahaminya.

Sehingga ada sebagian dari mereka yang bertanya mengapa Tiongkok tidak mengubah partainya dengan yang lain? Bahkan mereka tidak tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini, sehingga para pakar Tiongkok perlu menjelaskan tentang PKT dipilih  sebagai sistem tunggal, dengan bahasa yang dapat dipahami semua orang.

Prof, Zhang Weiwei memberikan pandangannya, menurutnya: Pertama-tama, nama Partai Komunis Tiongkok (PKT) disebut partai, tetapi "partai" ini memiliki arti yang sangat berbeda dengan "partai" yang disebut partai politik Barat. Jadi kata partai dalam bahasa Inggris disebut 'party', bahasa Perancisnya 'parti' dan bahasa Spanyolnya 'partidos'. Akar katanya adalah part, jadi teori partai Barat sangat sederhana, yaitu suatu masyarakat terdiri dari kelompok kepentingan yang berbeda-beda, dan setiap kelompok kepentingan pasti mempunyai kepentingannya sendiri, perwakilannya sendiri, yang merupakan bagian demi bagian. Keterwakilan beberapa kepentingan, dalam arti inilah cikal bakal sistem multi partai.

Oleh karena itu, partai politik di Barat secara terbuka disebut partai dengan kepentingan parsial, kemudian partai dengan kepentingan berbeda akan melalui pemilu, lalu menggunakan sistem pemungutan suara. Yang mendapat 51% suara dinyatakan pemenang, dan yang lain yang mendapat 49% suara dinyatakan kalah.

Jika Anda menang, saya kalah. Teorinya, masyarakat majemuk akan bergerak menuju persatuan terlebih dahulu melalui sistem pemungutan suara dengan premis mentaati supremasi hukum. Lalu jika ada perselisihan diputuskan Mahkamah Agung atau Mahkamah Institusi, keputusan Mahkamah Agung/Mahkamah Institusi bersifat final, semua harus setuju. Ini adalah metode operasi dasar sistem Barat.

Namun apa yang bisa dilihat realitasnya saat ini? Model politik Barat di masyarakat non-Barat sering kali gagal. Alasan pentingnya adalah ketika elemen-elemen sosial berselisih satu sama lain, maka putusan Mahkamah Agung atau Mahkamah Institusi sering kali tidak ada gunanya.

Sumber: vox.com
Sumber: vox.com

Faktanya, masalah perpecahan masyarakat seperti ini juga dihadapi oleh masyarakat Barat. Saat ini di AS antara Partai Demokrat dan Republik tidak dapat melakukan rekonsiliasi. Trump telah memecah belah seluruh masyarakat AS. Hal yang sama juga terjadi di Inggris, referendum untuk meninggalkan UE (Brexit) sangat memecah belah seluruh masyarakat Inggris.

Jadi sangat berbeda dengan "partai kepentingan parsial" di Barat. PKT adalah partai yang memperjuangkan kepentingan bersama. Di balik itu terdapat tradisi politik Tiongkok yang sudah lama ada. Tiongkok adalah negara yang beradab lama. Ciri-ciri negara yang beradab lama disebut "negara unifikasi yang sudah ribuan tahun" artinya ratusan negara secara bertahap berintegrasi sepanjang sejarahnya yang panjang. (baca sejarah Tiongkok kuno yang terdiri dari banyak negara-negara kecil yang saling beperang ribuan tahun dan menjadi negara kekaisaran yang unifikasi berupa dinasti-dinasti dan kini menjadi RRT).

Maka negara seperti itu tentu saja memiliki tradisi politiknya yang unik, yang berarti bahwa untuk memerintah negara yang terdiri dari ratusan negara tersebut, tradisi Tiongkok dalam sejarah adalah memiliki kelompok penguasa yang bersatu.

Jika Tiongkok juga menganut model partai kepentingan parsial Barat, maka ratusan bahkan ribuan partai politik akan segera bermunculan di Tiongkok, seperti Partai Shanghai, Partai Tianjin, Partai Shijiazhuang, Partai Harbin, Partai Hubei, Partai Jiangxi, dll. negara terpecah dan perang saudara pecah, dan banyak nyawa akan melayang.

Setelah Revolusi 1911, Tiongkok mengadopsi model partai kepentingan parsial Barat, yang mengakibatkan munculnya panglima perang berperang (war lord) dan negara terpecah belah. Terlebih lagi, setiap panglima perang didukung oleh negara-negara Barat yang berbeda, sehingga ini merupakan krisis yang sangat mendalam dan menyakitkan. Ini merupakan pelajaran politik mendalam bagi Tiongkok.

Maka negara seperti Tiongkok yang memiliki perbedaan budaya regional yang sangat besar. Negara ini perlu memiliki pemerintahan pusat yang bersatu, ekonomi modern, dan masyarakatnya menggunakan bahasa yang sama. Pada saat yang sama, terdapat ribuan dialek yang berbeda. Jika negara tersebut mengadopsi 'Kepentingan Parsial' yang konfrontatif model partai seperti di Barat,  negara tersebut akan menjadi tidak dapat diatur dan terpecah belah (disintergrasi).

Berkaitan dengan hal ini bisa membuat perbandingan lain, jika wilayah Uni Eropa (UE) saat ini adalah wilayah Kekaisaran Romawi kuno yang masih ada hingga kini, maka jumlah penduduk UE hanya 1/3 dari Tiongkok. Bahkan pada skala ini, mereka tidak akan berani mengadopsi apa yang disebut multi-partai dan menggunakan satu orang, satu suara untuk memilih pemimpin tertinggi UE. Jika hal ini melakukan, UE akan terpecah. Jika tidak terpecah, UE akan menjadi organisasi yang tidak berguna dan tidak akan memainkan peran yang benar-benar substantif.

Jadi tradisi politik dan budaya Tiongkok menentukan hal ini. Jika partai yang berkuasa di Tiongkok hanya mewakili kepentingan sebagian orang seperti partai politik Barat, maka partai ini akan ditinggalkan oleh rakyat.

Oleh karena itu, kelompok penguasa dalam sejarah Tiongkok juga ingin mewakili kepentingan rakyat secara keseluruhan, namun hal itu tidak mudah.

Kenyataan mereka bisa jadi mewakili negara tersebut, bisa juga tidak. Sekalipun tidak, mereka tetap akan mengatakan bahwa mereka mewakili masyarakat seluruh negeri, seperti partai politik di Barat, mereka secara terbuka mengatakan bahwa mereka mewakili kepentingan sekelompok orang (partainya). Hal ini tidak mungkin dilakukan dalam budaya politik Tiongkok.

Pembahasan di atas ini adalah penjelasan tentang warisan sejarah PKT dan gen sejarah dan tradisional Tiongkok dari sudut pandang negara beradab.

Jadi yang lebih penting bagi PKT adalah gen merahnya. Kalimat pertama dalam Konstitusi PKT adalah bahwa partai kelas pekerja Tiongkok adalah garda depan partai.

Pada saat yang sama, mereka adalah garda depan rakyat Tiongkok dan bangsa Tiongkok, kepemimpinan inti dari perjuangan sosialisme dengan karakteristik Tiongkok, mewakili persyaratan pengembangan produksi maju Tiongkok, mewakili arah kebudayaan maju Tiongkok, mewakili fundamental kepentingan mayoritas rakyat Tiongkok, dan cita-cita tertinggi partai, dan tujuan utamanya adalah mencapai komunisme.

Selain itu, PKT adalah partai pendiri negara Tiongkok, yang sangat penting karena mengorbankan nyawa jutaan anggotanya melalui perjuangan bersenjata yang sulit selama lebih dari 20 tahun sebagai imbalan atas lahirnya RRT. (Menurut pandangan Prof. Zhang)

Mao Zedong pernah menyampaikan sebuah ungkapan yang sangat mengharukan. bahwa ribuan syuhada telah berkorban secara heroik di hadapan kita (rakyat Tiongkok) demi kemaslahatan rakyat. Mari kita angkat tinggi-tinggi benderanya dan maju ke depan di atas noda darah mereka.

Mendiang penulis terkenal Taiwan, Li Ao, pernah menertawakan elemen kemerdekaan Taiwan di pulau itu. Dia mengatakan bahwa Anda semua adalah pengecut dan sekelompok orang yang tidak memiliki keyakinan. Dia mengatakan bahwa keyakinan adalah untuk karier dan untuk Iman berani menumpahkan darah.

Li Ao mengatakan bahwa dia pernah dipenjara oleh Kuomintang. Dia telah mempelajari hampir tiga puluhan  ribuan kasus yang ditangani Kuomintang selama Teror Putih di Taiwan. Dia mengatakan bahwa mereka yang mendekam di penjara terpenggal kepala dan mengalirkan darah mereka, dan mereka yang terbaring mati. Mereka yang dieksekusi di tempat eksekusi semuanya adalah 'Komunis atau pro-Komunis'. Dia mengatakan bahwa dia tidak menemukan elemen kemerdekaan Taiwan dalam banyak kasus. Kemudian, dia mengatakan bahwa dia menemukan satu orang yang kemudian ditembak, namun pada akhirnya diketahui bahwa dia adalah pasien gangguan jiwa.

PKT dan rakyat Tiongkok telah membayar seratus kali lipat, atau bahkan seribu kali lipat, untuk kemerdekaan nasional mereka, dibandingkan dengan orang Amerika yang membayarkan dengan nyawanya untuk kemerdekaan AS. Jadi tentu saja Tiongkok menghargai kemerdekaan nasional yang telah Tiongkok peroleh dengan susah payah, dan tentu saja Tiongkok menghargai kehidupan bahagia yang mereka peroleh dengan susah payah. Tentu saja Tiongkok juga menghargai kesuksesan Makau yang diperoleh dengan susah payah, jadi tentu saja Tiongkok  menolak dengan tegas menolak segala upaya revolusi warna. Tiongkok juga sangat membenci para pengkhianat dan penjual nusa dan bangsa ini.

Selain gen tradisional, PKT juga memiliki sejumlah besar unsur modern, mereka memiliki orientasi modernisasi paling jelas di dunia menurut pandangan Tiongkok. Dari berdiri hingga menjadi kaya dan menjadi kuat, dari rangkaian lengkap pengaturan politik yang dibuat oleh Ketua Mao hingga jalur perang "tiga langkah" Deng Xiaoping, cetak biru besar "Dua Abad" yang diusulkan oleh presiden Xi Jinping semuanya ditujukan untuk mewujudkan tujuan tersebut. Tujuan nasional modernisasi sosialis dan mencapai peremajaan nasional yang besar bagi negaranya Tiongkok.

Mekanisme pengambilan keputusan Partai Komunis Tiongkok (PKT) mencakup demokrasi deliberatif yang luas dan "sentralisme demokrasi baru", yang datang dari massa ke massa. Mekanisme pengambilan keputusan seperti itu dapat mengoordinasikan berbagai kepentingan dan tuntutan kelompok kepentingan yang berbeda dengan lebih baik dan mewujudkan dan memaksimalkan kepentingan masyarakat secara keseluruhan dan jangka panjang.

Tampaknya kemampuan perencanaan strategis sistem politik Tiongkok mungkin yang terkuat di dunia. (Menurut pandangan pakar Tiongkok dan beberapa analis dunia luar).

Selain itu, kita telah melihat kelancaran penetapan dan implementasi rencana lima tahun (repelita Tiongkok) satu demi satu, yang dapat dikatakan sebagai contoh yang sangat klasik.

Orang-orang Barat sering mengeluh bahwa perusahaan-perusahaan mereka mempunyai rencana, jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang, namun hampir tidak ada negaranya yang memiliki rencana seperti itu.

Suatu ketika bahwa Taiwan mempunyai perencanaan enam tahun pada masa Chiang Ching-kuo yang disebut mereka sebagai "demokratisasi", namun akhirnya tidak menemukan cara untuk menentukan dan mengimplementasikan rencana tersebut.

Jadi apakah itu suatu negara atau masyarakat apakah punya rencana baik atau tanpa rencan itu yang baik? Jelas yang mempunyai rencana adalah yang baik. Saat ini, Tiongkok telah membentuk konsensus "rencanakan dulu sebelum mengambil tindakan".

Menurut analis Tiongkok, dari perbandingan praktik internasional, kualitas pengambilan keputusan demokratis di Tiongkok secara keseluruhan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan kualitas di Barat. Baca:

Perbincangan Demokrasi Model Amerika-Barat dan Model Tiongkok

https://www.kompasiana.com/makenyok/65c6e47bde948f4855499592/perbincangan-demokrasi-model-amerika-barat-dan-model-tiongkok

Contoh nyata sebuah keputusan penting di AS, seperti reformasi layanan kesehatan yang dilakukan Obama (Obama Care), sering kali dibuat dalam lingkaran yang sangat kecil, dan kemudian melakukan tawar-menawar dengan berbagai kelompok kepentingan, dan akhirnya terbentuk 'Dokumen' yang sangat membosankan dan pada akhirnya sulit untuk dilaksanakan

Kemudian dijual ke publik melalui perusahaan humas bernama sell to the public dalam bahasa Inggris, dan kemudian Presiden Trump membatalkan semuanya. Oleh karena itu, pendekatan ini tidak tidak pernah terjadi dalam sistem pengambilan keputusan PKT.

Dalam sistem organisasi, di Tiongkok umumnya menerapkan sistem pengangkatan berdasarkan prestasi (meritokrasi). Ini berasal dari ujian kekaisaran dan sistem seleksi berdasarkan prestasi lainnya yang telah berlangsung selama ribuan tahun. Hal ini juga berasal dari tradisi kuat Tiongkok yang disebut dalam pepatah kuno: "Perdana menteri harus mulai dari negeri, dan jenderal yang kuat harus dikirim dari tentara/ Prime ministers must start from the state, and strong generals must be sent from the army."* Tradisi politik dan budaya ini juga telah diintegrasikan ke dalam banyak praktik dalam sistem politik.

Pepatah terkenal ini berasal dari "Han Feizi Xian Xue" karya Han Feizi selama Periode Negara Berperang (tahun 476-453 SM). Maknanya jelas digunakan dalam pemilihan bakat, mengacu pada manajemen tingkat tinggi di tempat kerja, dan jenderal departemen harus dipilih dari mereka yang telah dilatih di tingkat akar rumput, karena mereka memiliki pengalaman praktis yang kaya, jika tidak maka akan mudah untuk hanya berbicara di atas kertas dan menunda/menghambat perkembangan perusahaan.

Namun jajak pendapat, pemilu, pemungutan suara dll, juga dikonseptualisasikan menjadi sistem pengangkatan berdasarkan prestasi di Tiongkok sebagai "seleksi plus pemilu", seperti pengaturan kelembagaan.

Jika kita melihat para pemimpin senior PKT selama ini, sebagian besar dari mereka telah mengalami pelatihan akar rumput yang luas dan pengalaman di berbagai posisi, dan telah mengelola populasi yang sangat besar dan berbagai departemen yang sangat kompleks.

Oleh karena itu, Tiongkok telah mengumpulkan banyak pengalaman dalam memerintah negara, dan jelas bahwa kualitas pemimpin partai Tiongkok secara keseluruhan jauh lebih tinggi daripada pemimpin partai-partai model Barat. Demikian menurut pandangan pakar Tiongkok dan beberapa peneliti luar.

Namun tampaknya Tiongkok juga menyadari sistemnya masih dalam tahap penyempurnaan dan masih banyak ruang untuk perbaikan, namun dibandingkan dengan sistem pemilu Barat yang hanya mengandalkan pemilu, jelas lebih unggul dan memiliki masa depan yang menjanjikan. (Sehingga pemimpin yang terpilih tidak hanya  berdasarkan kepopulerannya seperti misalnya selebriti).

Dalam 30 tahun terakhir ini, kita dan Tiongkok telah menyaksikan disintegrasi Uni Soviet, runtuhnya Yugoslavia, dan memudarnya revolusi warna satu demi satu. Yang menyebabkan terjadinya restrukturisasi ekonomi, kekacauan politik, dan perpecahan sosial telah menyebabkan "Musim Semi Arab" berubah menjadi "Musim Dingin Arab".

Banyak negara yang dulunya damai dan makmur telah didorong oleh kekuatan Barat ke medan perang di mana kelompok etnis saling membunuh.

Kita juga telah melihat tren umum kemunduran yang terjadi di negara-negara Barat dan seluruh model negara-negara Barat. Negara-negara Barat telah terjerumus ke dalam krisis keuangan, krisis fiskal, dan krisis politik yang serius, dan tidak mampu melepaskan diri dari krisis ini.

Sebaliknya pada masa-masa ini, Tiongkok telah mengalami kebangkitan yang cepat dan komprehensif di bawah kepemimpinan PKT.

Standar hidup masyarakat Tiongkok telah meningkat pesat, dan Tiongkok telah mempercepat langkahnya menuju pusat panggung politik dan ekonomi dunia. Dapat dikatakan ini adalah rapor yang sangat cemerlang, dan kita dapat melihat rapor ini dalam perbandingan internasional.

Sejujurnya, negara-negara lain di dunia tidak bisa mengemukakan hal tersebut, dan partai politik lain pun tidak bisa mengemukakan hal tersebut. Jadi sekarang pakar Tiongkok dan pengamat luar sering mengatakan bahwa kunci untuk menjalankan urusan Tiongkok dengan baik terletak pada partainya.

Ada ungkapan yang sangat bagus dalam bahasa Inggris yang disebut "institution/ institusi", yang merupakan pengaturan kelembagaan yang paling penting. Oleh karena itu, membangun partai dengan baik adalah kunci kesuksesan karir bagi Tiongkok. Intinya ada disini. Jika tidak, Tiongkok mungkin akan kembali mengalami fragmentasi dan disintegrasi.

Maka dalam menghadapi tantangan dan tugas yang belum pernah terjadi sebelumnya, Tiongkok harus menegaskan "partai harus memerintah partai", dan dalam proses menyelesaikan banyak permasalahan yang ada di partai itu sendiri, Tiongkok harus melakukan integritas kader, integritas pemerintah, dan kejelasan politik, serta memastikan bahwa partai menjadi inti kepemimpinan yang kuat untuk pengembangan karir rakyat dan negara Tiongkok.

Saat ini kita bisa melihat persaingan internasional semakin meningkat, dan  persaingan sistem politik jelas merupakan salah satu kuncinya. Dalam kompetisi ini, Tiongkok tampaknya harus bisa mengekstrak tiga kriteria di bawah berikut ini yang juga bisa dikatakan sebagai wacana Tiongkok untuk perbandingan lintas partai dan lintas negara, salah satunya adalah apakah negara memiliki kekuatan politik atau partai politik yang dapat mewakili kepentingan masyarakat secara keseluruhan.

Kalau ada, negara ini mungkin daya saingnya lebih besar, dan besar kemungkinannya untuk menang, kalau tidak, kemungkinannya besar untuk terpuruk. Yang jelas Tiongkok mempunyai PKT, tapi AS tidak memilikinya partai yang kuat seperti PKT.

Yang kedua adalah melihat apakah suatu negara mempunyai kemampuan reformasi yang memadai. Tiongkok perlu melakukan reformasi, AS juga perlu melakukan reformasi, dan negara-negara Eropa juga perlu melakukan reformasi. Namun kini tampaknya hanya Tiongkok yang benar-benar dapat mendorong reformasi.

Mengapa? Karena reformasi bertujuan untuk menghilangkan kepentingan-kepentingan mendesak, dan penghapusan kepentingan-kepentingan mendesak perlu digalakkan oleh kekuatan politik yang mewakili kepentingan rakyat, jika tidak maka reformasi akan sulit dilakukan.

Hal ketiga adalah melihat kemampuan pengambilan keputusan dan pelaksanaan suatu negara. PKT menganut metode demokrasi deliberatif dan metode sentralisme demokratis dalam mengambil keputusan. Jadi kekuatan pengambilan keputusannya, kualitas pengambilan keputusannya, secara keseluruhan sudah jelas.

Saat ini tampaknya untuk hal tersebut Tiongkok jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model Barat yang pengambilan keputusan melalui lingkaran kecil, pengambilan keputusan melalui kelompok lobi, dan pengambilan keputusan populis di Barat. Jika dibanding dengan ini eksekusi keputusan Tiongkok harus dikatakan berkelas dunia.

Para pakar Tiongkok berpandangan ketiga standar di atas ini juga merupakan semacam wacana Tiongkok, standar Tiongkok. Mereka anggap ini dapat menggunakannya untuk mengukur dan menilai sistem kepartaian dan sistem politik negara-negara di seluruh dunia, termasuk AS. Hal ini pada gilirannya akan membantu Tiongkok untuk menjadi lebih baik, lebih tegas, percaya diri, dan percaya diri pada jalur yang akan diambil Tiongkok serta kepercayaan institusional dirinya.

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

https://www.cfr.org/backgrounder/chinese-communist-party

http://tppckte.org.cn/m/2023-11/22/content_116832681.html

https://iis.fudan.edu.cn/e0/fa/c6897a57594/page.htm

https://zh-yue.wikipedia.org/wiki/%E6%88%B0%E5%9C%8B

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun