Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perbincangan Demokrasi Model Amerika-Barat dan Model Tiongkok

10 Februari 2024   09:50 Diperbarui: 10 Februari 2024   09:59 707
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam bulan politik ini, baiklah kita iseng berbincang-bincang dan intermezo tentang demokrasi....

Membicarakan tentang model demokrasi Tiongkok, tampaknya Tiongkok tetap low profile tentang perbedaan model Tiongkok dan Barat terutama Amerika. Namun setelah Tiongkok kini berkembang sangat menyolok sudah tidak lagi bersembunyi di balik kebesarannya.

Situasi Huawei juga sama, yang sebelumnya selalu bersikap rendah hati (low profile) dan melakukan segala sesuatunya dengan cara yang membumi, tetapi sekarang mereka berkembang pesat dan terlalu sukses di bidang-bidang seperti 5G, maka sudah sulit lagi bagi mereka untuk menghindari perhatian orang.

Faktanya setelah insiden penahanan Meng Wanzhou CFO Huawei dan juga anak Bos Huawei bebas, pernyataan-pernyataan Huawei kepada publik cukup terkendali. Namun kini telah terjadi perubahan pada Bos Huawei Ren Zhenfei ketika diwanwancari BBC , dia menyatakan AS tidak dapat menghancurkan mereka, dan dunia tidak dapat hidup tanpa Huawei karena mereka kini telah lebih maju.

Pernyataan ini sangat kuat. Dia juga mengatakan bahwa jika barat tidak cerah, timur yang akan cerah, dan jika selatan tidak cerah, utara yang akan cerah. AS tidak mewakili seluruh dunia, tapi hanya bisa mewakili sebagian dari dunia. Pernyataan Bos Huawei ini dinilai sangat kuat.

Analis Tiongkok berpandangan menghadapi negara-negara seperti AS, mereka harus mengatakan apa yang perlu dikatakan dan melakukan apa yang perlu dilakukan. AS adalah negara yang paling mengakui kekuatannya. Jadi menurut analis Tiongkok kebangkitan Tiongkok sendiri juga menuntut kebangkitan wacana Tiongkok. Lalu apa saja hambatan kebangkitan wacana Tiongkok?

Namun di balik wacana Barat terdapat kekuatan lunak dari politik dan budaya Barat secara keseluruhan, namun rintangan ini harus dilewati, dan mereka yakin Tiongkok pasti bisa melewatinya.


Misalnya selama ini Barat sedikit banyak memonopoli hak untuk menafsirkan konsep "demokrasi", maka tulisan ini akan berbagi kasus dengan pembaca, yang akan  merupakan salah satu penelitian tersendiri, yaitu mempelajari apa itu demokrasi?

Dapat dikatakan bahwa demokrasi merupakan salah satu topik yang paling kontroversial di dunia saat ini. Kesulitan dalam membahas topik demokrasi adalah pertama-tama bagaimana mendefinisikan demokrasi itu sendiri?

Faktanya, tidak ada konsensus yang nyata di seluruh dunia, jika kita bertanya kepada orang Barat, dia akan sering mengatakan masalah ini sangat sederhana tanpa berpikir panjang, yaitu sistem multi partai ditambah satu orang satu suara.

Sumber: booktopia.com.au
Sumber: booktopia.com.au

Menurut pandangan analis Tiongkok ini adalah demokrasi formal. Demokrasi ini tidak ada hubungannya dengan demokrasi substantif. Bentuknya mungkin mencerminkan esensinya, bisa juga tidak.

Namun bentuknya tidak sama dengan substansi, jadi ini adalah titik awal yang logis untuk pembahasan kita tentang demokrasi saat ini. Namun jika kita membahas demokrasi dalam istilah yang sering dikatakan oleh orang Tiongkok: "kepemimpinan partai, rakyat sebagai penguasa negara, dan supremasi hukum", maka akan sulit bagi orang Barat untuk memahaminya. Demikian menurut  pandangan anailis Tiongkok.

Menghadapi dilema definisi ini, apakah ada cara bagi kita untuk mendiskusikan demokrasi dalam bahasa yang dapat dipahami baik oleh Tiongkok dan Barat? Sebenarnya menurut cendikiawan Zhang Weiei dari Tiogngkok caranya ada, dan dia sudah mencobanya.

Pada tahun 2016, Zhang pernah di Universitas Oxford untuk memberikan pidato tentang perbandingan demokrasi Tiongkok dan Barat. Dia merasa efeknya kurang baik. Dia dan Institut Penelitian Tiongkok, ciri khasnya adalah suka bersaing dengan kuat terhadap lawan dan menggunakan wacana Tiongkok yang telah mereka teliti. Hasil terbaru adalah pertandingan melawan lawan yang kuat. Bagaimana dengan umpan balik setelah pertandingan?

Mereka pikir ini adalah dialog yang sangat bermakna antara Tiongkok dan Barat. Jadi disini ingin memperkenalkan poin-poin utama berdasarkan pidato Zhang di Universitas Oxford dan beberapa perkembangan baru dalam beberapa tahun terakhir.

Apa yang Zhang katakan pada saat itu adalah yang ada sekarang di Tiongkok dan Barat, para sarjana Tiongkok dan Barat tidak dapat mencapai konsensus mengenai definisi demokrasi. Jadi bisakah menggunakan definisi sementara untuk membahas masalah dan memulai diskusi, yang dalam bahasa Inggris disebut 'working definition (definisi kerja)'?

Lalu ditanyakan oleh Zhang, bisakah kita meminjam kata-kata mendiang Presiden AS Lincoln yang terkenal yang mengatakan: Pemerintahan dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, tapi khusus "oleh rakyat untuk rakyat", Zhang ingin menambahkan sesuatu di sini, karena Lincoln ketika mengusulkan "pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat", apa yang dia katakan "rakyat" tidak termasuk orang kulit hitam, suku Indian, perempuan, atau orang Tionghoa yang ada di Amerika ketika itu.

Pasalnya, AS juga mengesahkan Chinese Exclusion Act/UU Pengecualian orang Tionghoa pada tahun 1882 untuk merampas hak-hak dasar orang Tionghoa. Tentu saja menurut Zhang itu tidak mengecualikan atau menghalangi, untuk sementara jika akan menggunakan ungkapan Lincoln untuk membahas masalah demokrasi. Lalu mari kita lihat bagaimana kinerja Tiongkok dan AS dalam ketiga aspek tersebut?

Sebagai perbandingan, Zhang memilih AS karena Amerika paling suka menjual demokrasi kepada dunia. Oleh karena itu, untuk membahas masalah ini kita harus langsung menggunakan AS sebagai acuan untuk membandingkan satu sama lain. Menurutnya kini Tiongkok juga sudah mencapai titik dimana memang bisa dibandingkan dengan AS.

Jadi mari kita bandingkan ketiga aspek tersebut, dengan mulai dengan "untuk rakyat/for the people", atau bisa diterjemahkan lebih lugas "melakukan sesuatu untuk rakyat". Meskipun model Tiongkok mungkin tidak sempurna, tapi sebuah keajaiban ekonomi yang sangat besar terjadi di Tiongkok, mereka telah berhasil mengentaskan 740 juta orang keluar dari kemiskinan dalam 40 tahun terakhir. Tiongkok telah menciptakan kelas menengah terbesar di dunia, dan standar hidup sebagian besar masyarakat Tiongkok telah mengalami peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Menurut data dari Biro Statistik Nasional, pendapatan per kapita penduduk Tiongkok pada tahun 2017, setelah dikurangi faktor harga, meningkat 23 kali lebih tinggi dibandingkan 40 tahun lalu pada  1978, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 8,5%.

Jumlah kelas menengah Tiongkok telah berkembang dari nol menjadi terbesar di dunia. Menurut statistik Bank Dunia, jumlahnya mencapai 400 juta pada tahun 2018. Lalu bagaimana situasi di Amerika pada periode waktu yang sama?

Situasi di AS adalah pendapatan riil kebanyakan orang hampir tidak meningkat dalam 40 tahun terakhir. Menurut survei yang diterbitkan oleh Pew Center pada tahun 2018, jika gaji pekerja biasa Amerika dibandingkan dengan tingkat pada tahun 1978 setelahnya dikurangi faktor inflasi, angkanya kira-kira sama dengan 40 tahun yang lalu.

Sumber: pewresearch.org
Sumber: pewresearch.org

Jumlah kelas menengah di Amerika telah menyusut drastis. Data yang bisa kita lihat menunjukkan bahwa kelas menengah telah turun dari 61% menjadi 52% dari populasi orang dewasa di AS.

Selain itu, kita juga bisa melihat aset bersih rumah tangga Tiongkok tumbuh sangat pesat. Kekayaan bersih rata-rata rumah tangga di AS telah turun drastis. Statistik terbaru yang bisa kita lihat adalah median kekayaan bersih rumah tangga di AS pada tahun 2016 adalah US$97.300, masih belum mencapai tingkat sebelum krisis keuangan pada tahun 2007.

Jadi jika kita menghitung berdasarkan nilai tukar saat ini bahwa 1 dolar AS kira-kira sama dengan 6,75 RMB, maka 97.300 dolar AS kira-kira sama dengan 656.000 RMB. Jika kita membulatkan ke atas untuk menambah sedikit kekayaan ke AS, kita dapatkan angka 660.000.

Sebelum RRT (Republik Rakyat Tiongkok) berdiri, mereka mengalami kekacauan selama ratusan tahun, yang menyebabkan apa yang dapat disebut kemiskinan total di Tiongkok.

Theodore H. White, yang merupakan jurnalis terkenal yang berbasis di Chongqing pada tahun 1946 telah menulis dalam buku berjudul "Thunder Out of China". Yang menguraikan keadaan Tiongkok pada masa itu.

Sumber: amazon.com
Sumber: amazon.com

Uraiannya tentang Tiongkok saat itu memberi kesan kepada orang-orang bahwa itu seperti Republik Demokratik Kongo di Afrika saat ini. Perang telah menyebabkan puluhan juta korban jiwa. Seluruh negara sedang terpuruk, perekonomian benar-benar ambruk, dan harapan hidup rata-rata hanya sekitar 40 tahun.

Tapi hanya dalam 79 tahun sejak berdirinya RRT, seluruhnya telah berubah total. Sulit bisa membayangkan untuk membandingkan aset bersih rumah tangga di Tiongkok dan AS 40 tahun yang lalu? Saat ini Tiongkok sama sekali tidak merasa rendah diri dengan perbandingan seperti itu.

Maka tidak mengherankan jika majalah terkenal Inggris "The Economist" menerbitkan artikel utama/sampul pada tahun 2014 berjudul "Apa yang Salah dengan Demokrasi Barat?" "(What's gone wrong with democracy?) Yang mengutip jajak pendapat yang dilakukan Pew Center di AS saat itu.

(Demokrasi adalah ide politik paling sukses di abad ke-20. Mengapa demokrasi mendapat masalah, dan apa yang bisa dilakukan untuk menghidupkannya kembali?)

Sumber: economist.com
Sumber: economist.com

Pada tahun 2013, 85% masyarakat Tiongkok yang merasa puas dengan arah pembangunan negaranya, saat itu proporsinya di AS adalah 31% dan 25% di Inggris. Kemudian mereka percaya apa yang terjadi sekarang bahwa gelombang demokratisasi yang dipromosikan oleh Barat di seluruh dunia kini terhenti. 

Mengapa terhenti? Ada dua alasan: Pertama, krisis keuangan di AS. Krisis keuangan tahun 2008 merupakan pukulan berat bagi sistem negara-negara Barat, dan mereka menjadi kurang percaya diri.

Kedua, di lingkup dunia Tiongkok sedang berkembang pesat. Mereka mengatakan bahwa demokrasi Amerika memiliki terlalu banyak masalah dan selalu memilih pemimpin kelas dua. Yang mengutip artikel dari Prof. Zhang, tapi apa yang mereka kutip tidak akurat menurut Zhang. Kata-kata aslinya saat itu justru adalah pemimpin kelas tiga yang selalu dipilih. Prediksi Zhang tampaknya sangat akurat.

Yang kedua adalah kita berbicara tentang rakyat jelata yang disebut 'of the people', lebih jelasnya disebut 'from the people'.

Masyarakat Tiongkok mempunyai tradisi budaya sipil yang sangat mendalam.

Kemudian Zhang melihat informasi bahwa 90% pegawai negeri sipil di lembaga-lembaga negara pusat berasal dari keluarga biasa. Sejak berdirinya RRT, sebagian besar kader senior Partai Komunis Tiongkok (PKT) berasal dari keluarga biasa. Bahkan yang disebut pemimpin generasi kedua dari kaum PKT ini setidaknya menduduki posisi di semua tingkatan,  namun itu pun setelah 30 atau bahkan 40 tahun berpengalaman dan mengumpulkan banyak pengalaman dalam pemerintahan negara barulah seseorang dapat memasuki tingkat pengambilan keputusan tertinggi di Tiongkok.

Lalu mari kita lihat AS. Proporsi anggota Kongres AS yang kaya sekitar 50%. Mantan Presiden Trump saat ini sendiri adalah orang super kaya. Oleh karena itu, ekonom Amerika pemenang Hadiah Nobel Stiglitz mengatakan bahwa AS saat ini dia sebut "of the one percent by the one percent "dari satu persen hanya untuk yang satu persen", yang berarti "1% kaum kaya, 1% yang memerintah dan 1% yang menikmati." Ini adalah salah satu uraiannya.

Tingkat kepemilikan rakyat dalam pemerintahan Tiongkok jelas lebih tinggi dibandingkan dengan sebagian besar pemerintahan di negara-negara Barat, terutama lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara seperti AS dimana kekuatan modal memiliki pengaruh yang berlebihan, dan lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara Britania Raya atau Inggris yang memiliki tradisi aristokrat.

Sumber: chinadaily.com.cn
Sumber: chinadaily.com.cn

Di AS ada majalah akademis bernama "Perspectives on Politics" yang untuk edisi musim gugur tahun 2014, menerbitkan sebuah studi bersama yang dilakukan oleh para sarjana dari Universitas Princeton dan Universitas Northwestern untuk suatu studi perbandingan.

Dari lebih dari 1.800 kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah AS dari tahun 1991 hingga 2002, disimpulkan bahwa kebijakan-kebijakan ini hampir selalu dirumuskan melalui kelompok kepentingan khusus yang memiliki kepentingan bisnis, dan keputusan-keputusan tersebut tidak ada pengaruhnya/manfaatnya sama sekali terhadap warga negara biasa.

Ketiga, yaitu 'by the people atau pemerintahan diperintah oleh rakyat'. Terus terang, ini adalah pertanyaan yang sedang dikaji di seluruh dunia. Bagaimana rakyat bisa benar-benar memerintah negara.

Barat selalu mengatakan bahwa metode mereka sangat sederhana, memilih pemimpin tertinggi dan anggota Kongres setiap empat tahun disebut demokrasi perwakilan, yang setara dengan pemerintahan rakyat.

Tapi berapa banyak orang di Barat yang masih mempercayai pernyataan ini? Beberapa analis dan pengamat hanya bisa mengatakan bahwa pernyataan ini menjadi semakin tidak umum.

Oleh karena itu, fenomena yang sangat umum di Barat saat ini disebut dengan "elect and regret" artinya menyesal setelah memilih. (bagaimana dengan Indonesia?)

Ambil contoh Kongres AS. Bisa menggunakan jajak pendapat Gallup dan tingkat dukungan dalam lima tahun terakhir selalu lebih rendah dari 20%. Jadi terus terang, Anda tidak lebih dari menentukan undang-undang.

Undang-undang ini mengatur bahwa jika Anda terpilih sebagai wakil rakyat, betapapun buruknya tingkat dukungan Anda di masa depan, Anda tetap dapat mewakili rakyat secara sah. Hal ini mengingatkan kita pada kritik dan cemoohan pemikir Prancis Rousseau terhadap demokrasi Inggris.

Rousseau mengatakan orang Inggris hanya bersikap demokratis sampai hari pemilu empat tahunan, setelah itu mereka menjadi budak.

Amerika memilih George W. Bush. Dia memerintah negaranya dengan tidak kompeten. Dia meluncurkan dua perang bodoh dan tidak menyadari bahwa krisis keuangan akan segera terjadi pada tahun 2008. Akibatnya, menimbulkan AS begitu banyak masalah. Pada akhirnya, tingkat persetujuannya hanya sekitar 20%, tapi dia tetap mengklaim mewakili kekuasaan rakyat, tapi menurut beberap analis ini sebenarnya adalah ejekan terhadap kekuasaan rakyat.

Zhang menceritakan, pada bulan Januari tahun ini, dia mengikuti Forum Davos yang diadakan di Swiss. Tema forum ini adalah membahas arsitektur inti tata kelola global di bawah globalisasi, atau arsitektur baru.

Namun dalam diskusi tersebut, seorang sarjana senior Amerika berpendapat bahwa struktur pemerintahan global yang baru masih perlu didasarkan pada demokrasi dan nilai-nilai demokrasi.

Ketika itu Zhang menyatakan setuju, tapi bagaimana mendefinisikan demokrasi adalah kuncinya. Mengenai topik yang kita bahas hari ini, Zhang katakan demokrasi haruslah demokrasi yang konsensusnya dicapai oleh komunitas internasional melalui diskusi dan negosiasi, dan bukan demokrasi ala Amerika. Pasalnya, presiden Amerika sendiri pun sangat tidak puas dengan demokrasi Amerika saat ini.

Sarjana ini mungkin tidak menyangka akan ada yang menanyakan pertanyaan ini, Dia balik pertanya, apakah ada bentuk demokrasi yang lain? Belakangan Zhang katakan bahwa Anda membutuhkan keberanian yang besar untuk mengatakan ini. Jika menurut Anda sistem demokrasi Amerika itu baik, gunakan saja sendiri. Dan tetap menggunakannya. Gunakan untuk keuntungan Anda sendiri. Jangan menyeret negara lain ke dalam air. Tiongkok pasti tidak akan menemani Anda untuk melakukannya.

Jadi apa yang telah dilakukan Tiongkok dalam beberapa dekade terakhir? Dengan kata lain, Tiongkok telah mengeksplorasi pemerintahan rakyat Tiongkok sendiri, atau yang disebut demokrasi. Tiongkok telah memperkenalkan suatu bentuk demokrasi yang lain dari AS dan Barat.

Seperti sudah pernah disinggungnya sebelumnya di atas, yang disebut dengan demokrasi substantif, sehingga jika pandangan arus utama di Barat mendefinisikan demokrasi sebagai demokrasi prosedural atau demokrasi formal, maka mereka berpendapat bahwa sistem multi-partai dengan hak pilih universal hampir setara dengan demokrasi.

Lalu Tiongkok fokus pada eksplorasi demokrasi substantif, lalu mulai dari demokrasi substantif. Yang dimaksud dengan demokrasi substantif adalah tujuan, maksud dan hasil yang ingin dicapai oleh demokrasi.

Tiongkok mengeksplorasi demokrasi prosedural berdasarkan persyaratan tersebut, bukan sebaliknya. Itu sebabnya Deng Xiaoping mengatakan hal ini di awal reformasi dan keterbukaan. Dia mengatakan bahwa Tiongkok harus secara politik menciptakan demokrasi yang 'lebih tinggi dan praktis' daripada demokrasi di negara-negara kapitalis. Kedua kata sifat ini sangat penting.

Apa yang dimaksud dengan 'lebih tinggi dan praktis'? yaitu memiliki standar yang tinggi dan mampu mewakili kepentingan mayoritas masyarakat dalam pengambilan keputusan.

Pada saat yang sama, hal ini dapat menghindari berbagai kelemahan yang terlihat jelas dalam demokrasi Barat saat ini, seperti pengaruh kekuatan modal yang berlebihan, pengaruh uang yang berlebihan, perhatian terhadap isu-isu populis, politik yang picik, dan lain-lain.

Jadi apa yang dimaksud dengan demokrasi yang lebih praktis? Demokrasi ini harus mampu membawa manfaat nyata bagi sebagian besar masyarakat, dibandingkan politisi di Barat yang terus-menerus menulis cek kosong atau membicarakan klub. Itu tidak akan berhasil.

Deng Xiaoping juga berbicara mengenai cara mengevaluasi kualitas sistem politik suatu negara pada kesempatan lain, ia menyebutkan tiga kriteria: Pertama, melihat apakah situasi politik negara sudah stabil.

Yang kedua adalah melihat apakah sistem ini dapat meningkatkan persatuan masyarakat dan meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Perlu diketahui bahwa Deng Xiaoping menyatukan persatuan rakyat dan perbaikan kehidupan masyarakat. Sekarang dapat kita lihat hal ini sangat berpandangan jauh ke depan.

Salah satu masalah terbesar model politik Barat adalah bahwa model ini telah mengacaukan banyak negara dan memecah belah masyarakat. Kita bisa melihat perang saudara terjadi di Suriah, Irak, Afghanistan, dan sebagainya. Yang mengakibatnya banyak penderitaan yang menimpa masyarakat, dan tidak memberikan kehidupan yang bahagia sama sekali.

Kriteria ketiga Deng Xiaoping adalah melihat apakah produktivitas dapat berkembang secara berkelanjutan.

Faktanya, konstruksi demokrasi Tiongkok juga berkisar pada tiga kriteria yang disebutkan oleh Deng Xiaoping.

Tiongkok lebih menaruh perhatian pada pengintegrasian unsur-unsur tradisi sejarahnya sendiri, unsur-unsur sosialisme, dan juga memasukkan beberapa unsur yang bermanfaat dari model Barat.

Oleh karena itu, banyak inovasi yang berani dilakukan Tiongkok, dan isi eksplorasinya sangat luas, misalnya Tongkok berbicara tentang metode pemilihan pemimpin, metode Amerika disebut pemilu, metode yang dieksplorasi oleh Tiongkok disebut seleksi plus pemilu/pemilihan.

Banyak konsep pemerintahan rakyat Tiongkok sendiri yang penuh hikmah dan telah lama ada dalam sejarahnya.

Misalnya "satu-satunya hal dalam politik adalah memenangkan hati rakyat." Bakat/talenta sangatlah penting. Orang Tiongkok mengatakan bahwa "perdana menteri harus orang terbaik di negaranya, jenderal yang galak harus dikirim memimipin tentaranya"

berasal dari konsep-konsep inilah konsensus yang dimiliki Tiongkok selama ribuan tahun. Konsep-konsep ini adalah semacam struktur psikologis yang mendalam dari budaya orang Tiongkok.

Tidak seperti di Barat, jika pandai fasih dan pandai berbicara, bisa mencalonkan diri sebagai presiden.  Hal seperti ini tidak sesuai dengan budaya orang Tiongkok (orang yang pinter omong belum tentuk bisa bekerja).

Jadi sistem Tiongkok dalam memilih dan menunjuk talenta sebenarnya mengintegrasikan tradisi politik Tiongkok kuno, misalnya dalam sejarah Tiongkok memiliki sistem ujian kekaisaran.

Ada juga tradisi pengkaderan pada  PKT, serta beberapa praktik politik Barat, sehingga saat ini Tiongkok telah membentuk sistem yang disebut seleksi plus pemilu atau seleksi plus beberapa bentuk pemilu (meritokrasi).

Jadi pengalaman keseluruhan pemimpin puncak di Tiongkok saat ini jauh melebihi pengalaman para pemimpin negara-negara Barat. Pada dasarnya, para pemimpin tertinggi Tiongkok telah lama bekerja di tingkat akar rumput. Mereka umumnya telah memerintah dua hingga tiga provinsi dan sering kali bahkan memiliki pengalaman memerintah lebih banyak orang mungkin melebihi 100 juta, dan mereka sering kali bekerja di berbagai departemen partai, pemerintahan, dan militer serta di banyak bidang.

Di masa lalu, ada pandangan di Barat, dan beberapa intelektual publik Tiongkok juga mengatakan bahwa jika selama sistemnya bagus, tidak masalah jika kita memilih pemimpin yang bodoh.

Faktanya, dengan kebangkitan Tiongkok, penipuan atau pandangan salah semacam ini harus dikatakan telah berakhir. Semua orang sekarang tahu bahwa jika Anda memilih orang bodoh sebagai pemimpin, negara Anda akan menderita. Jika Anda memiliki pemimpin yang tidak kompeten seperti Islandia, negaranya akan bangkrut. Yunani juga memiliki masalah ini, dan para pemimpin AS juga menghadapi masalah ini saat ini.

Sebenarnya selain standar-standar tersebut, tampaknya di Tiongkok juga bisa mengedepankan beberapa standar Tiongkok sendiri, yang juga dapat disebutkan sebagai "with the people" yang artinya bersama rakyat dan juga boleh melihat dunia sepenuhnya dengan standar ini.

Xi Jinping pernah mengatakan: Kami akan dengan tegas mengubah apa yang harus diubah dan apa yang bisa diubah, dan kami dengan tegas tidak akan mengubah apa yang tidak boleh diubah dan tidak bisa diubah. Apa yang tidak bisa diubah, yaitu makna yang diwakili oleh kata "rakyat" tidak bisa diubah.

Dalam dunia yang penuh tantangan saat ini, kata ini adalah senjata ajaib Tiongkok untuk mengatasi masalah dan menang, yaitu tetap dekat dengan rakyatnya. Karena Tiongkok selalu menekankan hal ini, dalam beberapa dekade terakhir globalisasi, sebagian besar masyarakat Tiongkok telah menerima keuntungan dari globalisasi ini.

Berbeda dengan beberapa negara lain, termasuk negara-negara Barat, sebagian besar masyarakatnya belum mendapatkan manfaat dari program ini.

Kriteria keempat, 'with the people/bersama dengan masyarakat'. Dalam bahasa Mandarin berarti pergi ke masyarakat atau ke massa. Proses pengambilan keputusan Tiongkok sangat klasik, yaitu dari massa ke massa, Tiongkok telah membentuk apa yang disebut sentralisme demokrasi tipe baru.

Konsep sentralisme demokratis muncul berdasarkan model Soviet, namun kemudian model ini secara bertahap hanya menjadi sentralisme tanpa demokrasi. Tiongkok telah mengambil pelajaran dari Uni Soviet, dan kini Tiongkok telah membentuk contoh paling klasik dari sentralisme demokrasi jenis baru yang disebut "perencanaan dan kemudian bertindak."

Perumusan rencana lima tahun, konsultasi dan konsultasi yang dilembagakan secara teratur ratusan kali, termasuk dari massa ke massa, semua dipersilakan masuk dan keluar, dll.

Yang pada akhirnya dicapai konsensus untuk mengambil keputusan dan merumuskan rencana. Oleh karena itu, dari perspektif komparatif internasional, kemampuan perencanaan strategis sistem politik Tiongkok, dan tentu saja kemampuan pelaksanaannya, telah menjadi yang terkuat di dunia. Oleh karena itu, satu demi satu repelita (rencana lima tahun) telah berhasil dirumuskan dan di-implementasikannya, harus dikatakan hal ini telah meletakkan dasar yang kokoh bagi kebangkitan Tiongkok yang pesat.

Sistem pemilu multi partai di Barat menentukan rencana yang dirumuskan oleh satu partai politik, dan tidak dapat dilanjutkan jika ada partai lain yang berkuasa kemudian.

Misalnya, ketika Obama mengatakan bahwa pencapaian terbesarnya adalah rencana reformasi layanan kesehatan, tapi begitu Presiden Trump terpilih langsung membatalkan semuanya.

Oleh karena itu, ciri khas demokrasi model Tiongkok adalah bekerja satu periode sampai berhasil, sedangkan Barat sering mengerjakan satu periode pada satu waktu. Banyak analis dan pengamat yang berpandangan, model ini sangat sulit untuk bersaing dengan Tiongkok.

Kesimpulan sangat sederhana. Tidak ada model demokrasi yang sempurna di dunia. Semua tergantung perbandingan. Dari perbandingan demokrasi model Tiongkok dan model Amerika pada lima aspek di atas, menurut analis Tiongkok model mereka relatif lebih unggul dan mempunyai prospek yang menjanjikan masa depan.

Namun mereka juga mengakui Tiongkok juga mempunyai permasalahan, kekurangan, dan tantangan tersendiri, dan masih memerlukan reformasi lebih lanjut.

Sumber: Media TV dsan Tulisan Luar Negeri

https://www.pewresearch.org/short-reads/2018/08/07/for-most-us-workers-real-wages-have-barely-budged-for-decades/

https://books.google.co.id/books/about/Thunder_Out_Of_China.html?id=8P0NAQAAMAAJ&redir_esc=y

https://www.economist.com/essay/2014/02/27/whats-gone-wrong-with-democracy

https://inroadsjournal.ca/how-china-does-it/

https://www.chinadaily.com.cn/a/202303/27/WS6420cb92a31057c47ebb699d.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun