Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Perbincangan Demokrasi Model Amerika-Barat dan Model Tiongkok

10 Februari 2024   09:50 Diperbarui: 10 Februari 2024   09:59 706
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

berasal dari konsep-konsep inilah konsensus yang dimiliki Tiongkok selama ribuan tahun. Konsep-konsep ini adalah semacam struktur psikologis yang mendalam dari budaya orang Tiongkok.

Tidak seperti di Barat, jika pandai fasih dan pandai berbicara, bisa mencalonkan diri sebagai presiden.  Hal seperti ini tidak sesuai dengan budaya orang Tiongkok (orang yang pinter omong belum tentuk bisa bekerja).

Jadi sistem Tiongkok dalam memilih dan menunjuk talenta sebenarnya mengintegrasikan tradisi politik Tiongkok kuno, misalnya dalam sejarah Tiongkok memiliki sistem ujian kekaisaran.

Ada juga tradisi pengkaderan pada  PKT, serta beberapa praktik politik Barat, sehingga saat ini Tiongkok telah membentuk sistem yang disebut seleksi plus pemilu atau seleksi plus beberapa bentuk pemilu (meritokrasi).

Jadi pengalaman keseluruhan pemimpin puncak di Tiongkok saat ini jauh melebihi pengalaman para pemimpin negara-negara Barat. Pada dasarnya, para pemimpin tertinggi Tiongkok telah lama bekerja di tingkat akar rumput. Mereka umumnya telah memerintah dua hingga tiga provinsi dan sering kali bahkan memiliki pengalaman memerintah lebih banyak orang mungkin melebihi 100 juta, dan mereka sering kali bekerja di berbagai departemen partai, pemerintahan, dan militer serta di banyak bidang.

Di masa lalu, ada pandangan di Barat, dan beberapa intelektual publik Tiongkok juga mengatakan bahwa jika selama sistemnya bagus, tidak masalah jika kita memilih pemimpin yang bodoh.

Faktanya, dengan kebangkitan Tiongkok, penipuan atau pandangan salah semacam ini harus dikatakan telah berakhir. Semua orang sekarang tahu bahwa jika Anda memilih orang bodoh sebagai pemimpin, negara Anda akan menderita. Jika Anda memiliki pemimpin yang tidak kompeten seperti Islandia, negaranya akan bangkrut. Yunani juga memiliki masalah ini, dan para pemimpin AS juga menghadapi masalah ini saat ini.

Sebenarnya selain standar-standar tersebut, tampaknya di Tiongkok juga bisa mengedepankan beberapa standar Tiongkok sendiri, yang juga dapat disebutkan sebagai "with the people" yang artinya bersama rakyat dan juga boleh melihat dunia sepenuhnya dengan standar ini.

Xi Jinping pernah mengatakan: Kami akan dengan tegas mengubah apa yang harus diubah dan apa yang bisa diubah, dan kami dengan tegas tidak akan mengubah apa yang tidak boleh diubah dan tidak bisa diubah. Apa yang tidak bisa diubah, yaitu makna yang diwakili oleh kata "rakyat" tidak bisa diubah.

Dalam dunia yang penuh tantangan saat ini, kata ini adalah senjata ajaib Tiongkok untuk mengatasi masalah dan menang, yaitu tetap dekat dengan rakyatnya. Karena Tiongkok selalu menekankan hal ini, dalam beberapa dekade terakhir globalisasi, sebagian besar masyarakat Tiongkok telah menerima keuntungan dari globalisasi ini.

Berbeda dengan beberapa negara lain, termasuk negara-negara Barat, sebagian besar masyarakatnya belum mendapatkan manfaat dari program ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun