Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Memahami Peluang dan Tantangan Tiongkok di Pentas Dunia (4)

16 Januari 2024   10:42 Diperbarui: 16 Januari 2024   12:29 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: globaltimes.cn

Akhirnya Korea Selatan dan Taiwan memanfaatkan ruang kosong itu untuk masuk. Jadi Jepang dipaksa untuk meninggalkan pengembangan chip yang saat itu sudah lebih maju dari AS.

Pada saat yang sama, Jepang tidak hanya meninggalkan industri chip, yang merupakan industri chip terkemuka di dunia pada saat itu, tetapi juga menerima gagasan Amerika bahwa pemerintah tidak dapat menggunakan kebijakan industri untuk mendukung pengembangan industri baru.

Jepang awalnya mempunyai banyak kebijakan industri untuk mendukung pengembangan industri baru di Jepang, namun setelah tahun 1980an, Jepang menerima gagasan neoliberalisme dan percaya bahwa pemerintah tidak boleh memiliki kebijakan industri dan harus membiarkan pasar memainkan perannya dan perusahaan sendiri yang akan melakukannya.

Akibatnya, setelah tahun 1980-an, industri yang semula dipimpinnya menyerah, dan tidak ada industri baru yang bermunculan

Coba dicamkan, tidak ada teknologi baru yang terkemuka secara internasional yang dikembangkan Jepang sejak tahun 1980an. Pada dasarnya, teknologi tersebut tidak ada.

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya bahwa pembangunan ekonomi bergantung pada inovasi teknologi yang berkelanjutan, industri yang terus meningkat, dan teknologi lainnya yang terus berinovasi.

Tanpa peningkatan produksi, tingkat produktivitas tidak dapat ditingkatkan dan tingkat pendapatan tidak dapat meningkat.

Jika tingkat produktivitas tidak membaik dan tingkat pendapatan tidak meningkat, maka kewajiban bank akan menjadi masalah.

Jika tingkat produktivitas terus meningkat dan tingkat pendapatan terus meningkat, dari sudut pandang bisnis tidak masalah. Maka pendapatan, pasar akan terus meningkat, dengan demikian bisa melunasi hutang tersebut.

Faktanya, sebagian besar perusahaan di Tiongkok mengandalkan pinjaman dari bank untuk investasi dalam produksi, dan penjualan ke pasar, dari keuntungannya  untuk pembayaran kembali ke bank. Hal yang sama berlaku untuk perspektif rumah tangga.

Hutang rumah tangga Tiongkok banyak, tapi kalau penghasilannya terus bertambah maka bisa melunasi hutangnya, itu tidak masalah sama sekali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun