Simulasi dibuat untuk membandingkan OR(r)-PWSPF dengan algoritma dasar OR(r) dengan algoritma Dijkstra yang bersifat teoritis tetapi tidak ada pengetahuan penuhnya. Algoritma Dijkstra berdasarkan pengetahuan penuh mewakili batas atas dari apa yang mungkin terjadi pada konstelasi tertentu. Gambar 11 menunjukkan CDF untuk panjang jalur (biaya) untuk berbagai algoritma, dengan pengetahuan lengkap Dijkstra berwarna biru, OR(20) berwarna merah dan OR(20)-PWSPF berwarna kuning. Perbandingan pasangan perutean yang gagal, yaitu pasangan sumber-tujuan yang tidak dapat dijangkau dengan probabilitas kegagalan tautan 30%, menunjukkan bahwa OR(20) dan OR(20)-PWSPF berada dalam rentang 0,25% dari pengetahuan penuh Dijkstra.
Menurut ahli Haweiii dapat disimpulkan bahwa OR dan OR-PWSPF mampu memberikan kinerja yang sangat dekat dengan kinerja dalam skenario ideal, namun masing-masing membutuhkan lebih sedikit lalu lintas kontrol (flooding) dan dengan demikian lebih disukai untuk digunakan dalam jaringan yang sangat dinamis.
Keluarga algoritma pe-rute-an ortodromik menggunakan tampilan topologi lokal yang tepat di setiap node untuk perutean global. Node dalam metode ini hanya bereaksi terhadap peristiwa jaringan yang terjadi di wilayahnya sendiri, dan tidak menyadari peristiwa yang terjadi di tempat lain dalam jaringan.
Teknik-teknik ini seperti yang dibahas sebelumnya, memberikan kinerja yang baik dibandingkan dengan protokol link state tradisional. Namun kurangnya konvergensi topologi global dengan pendekatan ini mungkin mengakibatkan jalur sub-optimal yang berkepanjangan selama kegagalan jaringan.
Untuk mengatasi masalah ini, pe-rute-an dapat dilakukan melalui wilayah dengan beberapa presisi. Database status tautan dan grafik topologi setiap node terdiri dari beberapa zona/tingkat/wilayah/radius. Setiap zona memiliki tingkat presisi sehubungan dengan waktu penyegaran peristiwa jaringan. Gambar berikut mengilustrasikan contoh grafik jaringan wilayah multi-presisi dalam sebuah node.
Teknik dan strategi yang berbeda dapat digunakan untuk memberikan pembaruan pada sebuah node untuk setiap zona topologinya berdasarkan kebutuhan presisi zona tersebut. Meskipun satu zona dapat menggunakan almanak, misalnya, zona lainnya dapat menggunakan flooding tradisional atau terbatas.
Node menggunakan jalur terpendek ke tujuan berdasarkan pandangan global mereka terhadap jaringan yang kini terdiri dari beberapa tingkat presisi. Metode ini dapat diterapkan pada jaringan yang menggunakan perutean tradisional atau jaringan yang menggunakan algoritma OR atau OR-PWSPF untuk menangani mobilitas node di jaringan satelit dan menggunakan pengalamatan geografis.
Teknik ini berbagi keunggulan yang diberikan oleh algoritma OR dan memungkinkan penggunaan topologi datar yang besar dalam operasi jaringan.
Terakhir, untuk membatasi perubahan dinamis dalam topologi konstelasi satelit, ISL biasanya diasumsikan berada dalam lapisan konstelasi yang sama, dan setiap satelit hanya dapat memiliki dua ISL intra-pesawat dan dua ISL antar-bidang.