Namun mengingat Tepco gagal mencegah bencana tahun 2011, dia tetap khawatir akan potensi pelepasan air yang terkontaminasi secara tidak sengaja, katanya.
Radionuklida tersebut dapat terbawa oleh arus laut, khususnya arus Kuroshio yang melintasi Pasifik. Hewan laut yang bermigrasi dalam jarak yang jauh juga dapat menyebarkannya.
Sebuah penelitian pada tahun 2012 mengutip "bukti nyata" bahwa tuna sirip biru Pasifik yang membawa radionuklida yang berasal dari Fukushima mencapai pantai San Diego dalam waktu enam bulan setelah kecelakaan tahun 2011. Yang tidak kalah mengkhawatirkannya dengan pembawa radioaktif, kata Richmond, adalah fitoplankton yaitu organisme yang mengambang bebas dan menjadi dasar rantai makanan bagi semua kehidupan laut dan dapat menangkap radionuklida dari air pendingin Fukushima. Ketika tertelan, isotop tersebut dapat "terakumulasi di berbagai invertebrata, ikan, mamalia laut, dan manusia." Selain itu, sebuah penelitian awal tahun ini merujuk pada mikroplastik yaitu partikel plastik kecil yang semakin tersebar luas di lautan mungkin sebagai "kuda Troya" dalam pengangkutan radionuklida.
Richmond mengatakan bahwa para ilmuwan dapat menemukan jejak unsur radioaktif di dekat California setelah kecelakaan tahun 2011, "merupakan indikasi dari apa yang dapat kita harapkan" selama beberapa dekade pembuangan air limbah. Dia dan rekan-rekan penasihat ilmiahnya di Forum Kepulauan Pasifik baru-baru ini menerbitkan sebuah opini yang mengatakan bahwa belum banyak yang diketahui tentang potensi dampak air limbah terhadap lingkungan dan kesehatan manusia dan menyerukan Jepang untuk menunda pelepasannya.
Richmond dan rekan-rekannya bukan satu-satunya ilmuwan Amerika yang segera menyuarakan keprihatinan tersebut. Pada bulan Desember lalu, National Association of Marine Laboratories (Asosiasi Laboratorium Kelautan Nasional) yang berbasis di AS sebuah organisasi dengan lebih dari seratus laboratorium anggota di AS atau wilayah AS mengeluarkan pernyataan yang menentang rencana pelepasan air limbah. Laporan tersebut mengutip "kurangnya data ilmiah yang memadai dan akurat yang mendukung pernyataan Jepang mengenai keselamatan." Pembuangan tersebut, kata pernyataan itu, dapat mengancam "perairan terbesar di planet ini, yang mengandung biomassa organisme terbesar ... termasuk 70 persen perikanan dunia."
Merisaukan Negara-negara Tetangga
Tiongkok adalah negara yang paling vokal dalam hal ini, menuduh Jepang melanggar "kewajiban moral dan hukum internasional" dan "menempatkan kepentingan egoisnya di atas kesejahteraan jangka panjang seluruh umat manusia". Baca:
Mengulas Geopolitik dan Latar Belakang Jepang Membuang Limbah Nuklir ke Laut